Menjadi seorang ibu adalah impian mayoritas perempuan di dunia, meski saat ini tidak semua perempuan mendambakan menjadi seorang ibu dengan alasan mereka masing-masing. Hal tersebut tidak membuat seorang ibu menjadi tidak istimewa, justru menjadi ibu adalah suatu hal yang tak bisa kita paksakan. Memiliki anak adalah sebuah anugerah, anak adalah rezeki yang berbeda dengan mendapatkan uang tapi lebih istimewa dari itu.
      Anak adalah amanah yang harus kita jaga, kita rawat, dan kita didik dengan penuh kasih sayang dan tanggung jawab. Satu hal yang harus orang tua pahami adalah anak tidak pernah meminta untuk dilahirkan, mereka tidak bisa memilih lahir dari rahim siapa, kita sebagai orang tua yang memohon ia hadir dalam kehidupan rumah tangga. Maka dari itu, orang tua harus menyadari bahwa anak adalah anugerah dan tanggung jawab terbesar dalam hidup, tanggung jawab di dunia dan juga di akhirat.
      Cara mengasuh menjadi kunci utama pembentukan karakter anak, seringkali ibu muda bertanya, apa yang pertama kali harus diajarkan pada anak? Tulisan kali ini, saya akan berbagi pengalaman beberapa hal yang saya lakukan dalam mengasuh dan mendidik anak. Ada beberapa hal yang pertama kali harus diajarkan dan diterapkan pada seorang anak sejak dini bahkan pada saat masih ada dalam kandungan.
Nilai-nilai Agama
      Hal sederhana yang saya lakukan untuk mengajarkan anak menerapkan nilai-nilai agama adalah dengan selalu bersyukur atas segala hal yang diterima oleh kita. Anak saya sering sekali mengatakan "Bubu, aa punya tangan, aa punya mata, aa bisa buang air besar, aa bisa makan burger, dan lain sebagainya". Sambil tersenyum saya selalu menjawab "Alhamdulillah, coba aa bilang Alhamdulillah. Itu adalah pemberian dari Allah SWT semoga bermanfaat dengan benar ya. Bersyukur adalah suatu hal yang terlihat mudah tapi sulit untuk dilakukan, maka dari itu biasakan anak bersyukur sejak dini supaya hal tersebut menjadi kebiasaan hingga dewasa nanti.
      Selain bersyukur, nilai tauhid juga sudah harus diperkenalkan dan dibiasakan pada anak. Anak adalah sosok yang selalu mengagumi segala keindahan yang dilihatnya, ia bahkan akan sangat antusias ketika merasakan ada angin, melihat daun-daun melambai, melihat matahari, bulan, bintang, langit, awan, dan banyak hal lain. Termasuk anak saya, ia akan sangat antusias melihat hal-hal tersebut. Pada saat itulah saya mencoba menjelaskan bahwa semua itu adalah ciptaan Allah SWT, dan mengajak ia memuji kebesaran Allah SWT dengan mengucapkan kalimat Masyaa Allah.
      Selain itu, mengajarkan dia senantiasa berharap pada Allah SWT karena sebaik-baik berharap hanya kepada-Nya. Seringkali anak meminta dibelikan mainan, sepeda, sepatu, makanan, dan lain sebagainya. Biasanya saya tidak pernah langsung menuruti, diberikan jeda untuk menunggu dan berdoa. Berdoa semoga Allah SWT memberikan rezeki dan memudahkan segala usaha untuk mendapatkan segala hal yang diinginkan. Selain mengajarkan untuk berharap pada Allah SWT, hal ini juga mengajarkan anak untuk senantiasa sabar dan berusaha serta berdoa untuk mendapatkan sesuatu.
      Banyak nilai-nilai agama yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari seorang anak dengan cara yang sederhana dan dapat diterima dengan benar olehnya. Seperti berdoa sebelum melakukan aktivitas dan lain sebagainya. Nilai-nilai agama adalah hal utama yang harus diterapkan sejak dini.
Komunikasi Dua Arah
      Komunikasi merupakan proses menerima dan memberikan informasi untuk saling memahami dan mengerti satu sama lain. Komunikasi adalah aspek yang paling penting dalam suatu hubungan, termasuk hubungan orang tua dengan anak. banyak orang tua yang mengatakan bahwa seorang bayi tidak akan mengerti meskipun diajak bicara, tidak akan menjawab meskipun ditanya. Hal yang harus orang tua pahami adalah, bayi memang tidak bisa merespon dengan kalimat, tapi ia bisa merespon dengan perilaku.
      Menurut saya, anak kecil adalah manusia yang paling sensitif dan mudah mengerti dibandingkan dengan orang dewasa sekalipun. Ia tahu jika ibunya marah, ibunya sedih, ibunya lelah dan lain sebagainya. Anak memiliki insting yang kuat, hanya saja bagi anak yang belum bisa berbicara ia belum mampu mengungkapkan apa yang dirasakannya.
      Komunikasi dua arah adalah proses timbal balik antara kedua belah pihak atau lebih dalam memberikan informasi, dengan kata lain salah satu pihak memberikan respon saat pesan atau informasi dikirimkan oleh pihak lain begitu sebaliknya. Komunikasi dua arah ini menekan ego kedua belah pihak. Terkadang orang tua hanya ingin didengar dan dituruti oleh anak, sehingga jika anak tidak mengerjakan sesuai dengan perintah orang tua, orang tua akan marah. Cobalah untuk mendegarkan dan memahami apa yang sedang anak inginkan, dan beri pengertian. Ditulisan selanjutnya saya akan memberikan cara membangun komunikasi dua arah sejak dini.
Tiga Kata Kunci
      Tiga kata yang menjadi mantra ampuh untuk membangun hubungan dengan manusia yaitu maaf, tolong, dan terima kasih. Tiga kata tersebut sebagai kunci membangun hubungan antar manusia dengan baik. Terlihat sepele namun memberikan dampak yang sangat besar. Minta maaf jika melakukan kesalahan adalah salah satu cara untuk menghargai orang lain. Minta tolong jika membutuhkan bantuan lebih baik dibandingkan dengan menyuruh atau membuat perintah tanpa permisi. Terima kasih adalah ungkapan yang paling sederhana untuk mengapresiasi kebaikan orang lain.
      Maaf, tolong, dan terima kasih harus dimulai dari orang tua, alih-alih orang tua menyuruh anak untuk melakukan hal tersebut, akan lebih baik jika orang tua memberikan contoh pada anaknya. Jika orang tua melakukan kesalahan segera meminta maaf, karena tidak ada orang tua yang sempurna, justru menjadi orang tua akan memberikan banyak peluang untuk melakukan kesalahan pada anak. Hindari menyalahkan anak secara terus-menerus, jika pun itu adalah kesalahan anak orang tua tetap harus minta maaf karena jika anak salah belum tentu orang tua benar. Begitupun dengan minta tolong dan mengucapkan terima kasih, anak akan merasa sangat dihargai dan tanpa kita minta ia akan belajar untuk menghargai orang lain pula. Akhirnya terbentuklah pribadi anak yang memanusiakan manusia.
Empati
      Empati merupakan kemampuan emosional untuk memahami apa yang dirasakan oleh orang lain atau kemampuan untuk melihat masalah dari sudut pandang orang lain. kemampuan ini adalah salah satu hal yang harus ditanamkan sejak dini supaya anak terbiasa melakukan hal tersebut. Hal sederhana yang bisa dilakukan orang tua untuk mengajarkan empati sejak dini dengan cara memberikan kesempatan pada anak untuk merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain secara langsung.
      Sebagai contoh, setiap anak di awal pertumbuhan gigi atau pada saat giginya sudah tumbuh, naluri untuk menggigit orang lain secara alami akan muncul pada anak, ia bisa menggigit ibunya, bapaknya, kakaknya, adiknya dan orang-orang yang ada disekitarnya. Alih-alih memarahi ana katas perlakuannya lebih baik menjelaskan bahwa digigit itu sakit, kita bisa menggingit ia kembali dengan pelan sambil dijelaskan bahwa hal tersebut sebagai contoh apa yang dirasakan orang lain "coba ya kalau kamu digigit juga sakit kan, nah orang lain yang kamu gigit juga merasakan hal yang sama". Hal utama adalah penjelasan, karena anak tidak akan paham jika tidak dijelaskan. Tidak cukup satu atau dua kali saja, tapi harus selalu diulang-ulang. Lama-kelamaan ia akan paham dan akan lebih peduli pada orang lain dan berusaha untuk tidak menyakiti orang lain dan memahami apa yang dirasakan orang lain.
Delayed Gratification
       Delayed gratification adalah kemampuan anak untuk menunggu atau menunda sesuatu yang ingin didapatkan saat ini (instan) dengan tujuan meraih sesuatu yang diinginkan di masa mendatang. Istilah ini mungkin terdengar asing ditelinga kita, namun hal ini sangat berpengaruh untuk masa depan anak. Jika orang tua mengajarkan hal ini anak akan belajar lebih bersabar, menghargai proses, dan belajar untuk lebih menghargai apa yang dia dapatkan. Anak juka akan terbiasa berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mendapatkan hal yang sangat ia dapatkan, ia akan belajar menjadi seseorang yang lebih produktif untuk mencapai tujuannya. Ditulisan selanjutnya saya akan berbagi cara untuk menerapkan delayed gratification pada anak yang sudah saya lakukan.
Kemandirian
      Orang tua tidak selamanya ada di samping anak, tidak selamanya akan melayani segala kebutuhan anak. Memiliki anak yang mandiri tentu menjadi idaman bagi setiap orang tua. Orang tua akan sangat senang jika memiliki anak yang mandiri. Dengan demikian orang tua harus mengajarkan kemandirian sedini mungkin sesuai dengan kemampuan anak pada setiap jenjang usianya. Di masa depan anak akan siap menghadapi kehidupan dengan bekal kemandirian yang telah kita terapkan pada usia sedini mungkin. Ditulisan selanjutnya saya akan berbagi cara untuk mengajarkan kemandirian pada anak yang sudah saya lakukan.
      Berikut adalah beberapa hal yang harus diajarkan pada anak sedini mungkin, jika ada hal lain bisa teman-teman tambahkan dikolom komentar. Semoga tulisan ini memberikan manfaat, terima kasih atas waktu yang sudah teman-teman sempatkan untuk membaca tulisan yang sederhana ini. Saya tunggu kritik dan saran yang membangun supaya tulisan berikutnya bisa lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H