Mohon tunggu...
Tazkiyah Ainul Qolbi
Tazkiyah Ainul Qolbi Mohon Tunggu... Dosen - Ibu Rumah Tangga | Menagajar | Menulis

Tidak ada tulisan yang buruk, semua tulisan bagus dan bermakna. Hanya terkadang berbeda waktu dan selera.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Enam Pembentuk Karakter Anak Usia Dini

31 Desember 2021   11:34 Diperbarui: 31 Desember 2021   11:50 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            Komunikasi dua arah adalah proses timbal balik antara kedua belah pihak atau lebih dalam memberikan informasi, dengan kata lain salah satu pihak memberikan respon saat pesan atau informasi dikirimkan oleh pihak lain begitu sebaliknya. Komunikasi dua arah ini menekan ego kedua belah pihak. Terkadang orang tua hanya ingin didengar dan dituruti oleh anak, sehingga jika anak tidak mengerjakan sesuai dengan perintah orang tua, orang tua akan marah. Cobalah untuk mendegarkan dan memahami apa yang sedang anak inginkan, dan beri pengertian. Ditulisan selanjutnya saya akan memberikan cara membangun komunikasi dua arah sejak dini.

Tiga Kata Kunci

            Tiga kata yang menjadi mantra ampuh untuk membangun hubungan dengan manusia yaitu maaf, tolong, dan terima kasih. Tiga kata tersebut sebagai kunci membangun hubungan antar manusia dengan baik. Terlihat sepele namun memberikan dampak yang sangat besar. Minta maaf jika melakukan kesalahan adalah salah satu cara untuk menghargai orang lain. Minta tolong jika membutuhkan bantuan lebih baik dibandingkan dengan menyuruh atau membuat perintah tanpa permisi. Terima kasih adalah ungkapan yang paling sederhana untuk mengapresiasi kebaikan orang lain.

            Maaf, tolong, dan terima kasih harus dimulai dari orang tua, alih-alih orang tua menyuruh anak untuk melakukan hal tersebut, akan lebih baik jika orang tua memberikan contoh pada anaknya. Jika orang tua melakukan kesalahan segera meminta maaf, karena tidak ada orang tua yang sempurna, justru menjadi orang tua akan memberikan banyak peluang untuk melakukan kesalahan pada anak. Hindari menyalahkan anak secara terus-menerus, jika pun itu adalah kesalahan anak orang tua tetap harus minta maaf karena jika anak salah belum tentu orang tua benar. Begitupun dengan minta tolong dan mengucapkan terima kasih, anak akan merasa sangat dihargai dan tanpa kita minta ia akan belajar untuk menghargai orang lain pula. Akhirnya terbentuklah pribadi anak yang memanusiakan manusia.

Empati

            Empati merupakan kemampuan emosional untuk memahami apa yang dirasakan oleh orang lain atau kemampuan untuk melihat masalah dari sudut pandang orang lain. kemampuan ini adalah salah satu hal yang harus ditanamkan sejak dini supaya anak terbiasa melakukan hal tersebut. Hal sederhana yang bisa dilakukan orang tua untuk mengajarkan empati sejak dini dengan cara memberikan kesempatan pada anak untuk merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain secara langsung.

            Sebagai contoh, setiap anak di awal pertumbuhan gigi atau pada saat giginya sudah tumbuh, naluri untuk menggigit orang lain secara alami akan muncul pada anak, ia bisa menggigit ibunya, bapaknya, kakaknya, adiknya dan orang-orang yang ada disekitarnya. Alih-alih memarahi ana katas perlakuannya lebih baik menjelaskan bahwa digigit itu sakit, kita bisa menggingit ia kembali dengan pelan sambil dijelaskan bahwa hal tersebut sebagai contoh apa yang dirasakan orang lain "coba ya kalau kamu digigit juga sakit kan, nah orang lain yang kamu gigit juga merasakan hal yang sama". Hal utama adalah penjelasan, karena anak tidak akan paham jika tidak dijelaskan. Tidak cukup satu atau dua kali saja, tapi harus selalu diulang-ulang. Lama-kelamaan ia akan paham dan akan lebih peduli pada orang lain dan berusaha untuk tidak menyakiti orang lain dan memahami apa yang dirasakan orang lain.

Delayed Gratification

            Delayed gratification adalah kemampuan anak untuk menunggu atau menunda sesuatu yang ingin didapatkan saat ini (instan) dengan tujuan meraih sesuatu yang diinginkan di masa mendatang. Istilah ini mungkin terdengar asing ditelinga kita, namun hal ini sangat berpengaruh untuk masa depan anak. Jika orang tua mengajarkan hal ini anak akan belajar lebih bersabar, menghargai proses, dan belajar untuk lebih menghargai apa yang dia dapatkan. Anak juka akan terbiasa berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mendapatkan hal yang sangat ia dapatkan, ia akan belajar menjadi seseorang yang lebih produktif untuk mencapai tujuannya. Ditulisan selanjutnya saya akan berbagi cara untuk menerapkan delayed gratification pada anak yang sudah saya lakukan.

Kemandirian

            Orang tua tidak selamanya ada di samping anak, tidak selamanya akan melayani segala kebutuhan anak. Memiliki anak yang mandiri tentu menjadi idaman bagi setiap orang tua. Orang tua akan sangat senang jika memiliki anak yang mandiri. Dengan demikian orang tua harus mengajarkan kemandirian sedini mungkin sesuai dengan kemampuan anak pada setiap jenjang usianya. Di masa depan anak akan siap menghadapi kehidupan dengan bekal kemandirian yang telah kita terapkan pada usia sedini mungkin. Ditulisan selanjutnya saya akan berbagi cara untuk mengajarkan kemandirian pada anak yang sudah saya lakukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun