Oleh : Tazkia Salma – 22 Maret 2021
Pendidikan merupakan salah satu dari 17 goals SDGs, yang memiliki target dalam memastikan pendidikan yang inklusif dan berkualitas setara, juga mendukung kesempatan belajar seumur hidup bagi semua. Dalam goals tersebut memiliki beberapa target yang harus dicapai pada tahun 2030. Namun, dalam proses pencapaiannya terdapat hambatan yang dihadapi sehingga mempengaruhi capaian target pendidikan bermutu tersebut.
Seperti permasalahan yang sedang dihadapi saat ini, mencapai pendidikan yang berkualitas dan setara untuk semua lapisan masyarakat menjadi tantangan utama dalam mencapai tujuan pembangunan yang berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) di Indonesia, terutama di tengah pandemi Covid-19 saat ini. Seperti kita ketahui, Indonesia sedang menghadapi wabah Covid-19 yang sudah menyebar ke berbagai provinsi.
Penularan yang terjadi akibat adanya wabah virus ini menyebar secara cepat, sehingga pada akhirnya pemerintah mengeluarkan berbagai kebijakan sebagai upaya memutus penyebaran virus ini. Kebijakan yang diberlakukan pemerintah mencakup segala bidang, salah satunya pendidikan. Pemerintah mengeluarkan kebijakan sistem pembelajaran beralih dari tatap muka menjadi sistem daring.
Kebijakan tersebut menimbulkan berbagai dampak yang terjadi di masyarakat. Sistem pendidikan yang terpaksa harus mengubah metode pembelajaran dari tatap muka menjadi pembelajaran jarak jauh, akibatnya menimbulkan permasalahan. Karena sistem tersebut tentunya menjadi suatu hal yang baru bagi semua kalangan, padahal tidak semua pelajar atau bahkan guru siap dan terbiasa akan hal tersebut.
Sistem Pembelajaran Daring Tidak Berjalan Efektif
Kebijakan sistem pembelajaran daring mempengaruhi efektivitas KBM di salah satu sekolah di Kabupaten Bogor, yaitu SMK Binantara Cibinong. Hal ini dilakukan sebagai salah satu upaya untuk memutus mata rantai penularan virus Covid-19. Namun, dari kebijakan yang dikeluarkan tentunya tidak dapat memastikan semuanya akan berjalan sebagaimana mestinya.
Akibat kebijakan tersebut hasil KBM yang dilakukan tidak dapat berjalan dengan maksimal. Salah satu faktor yang menyebabkan pembelajaran tersebut menjadi kurang efektif yaitu karena guru tidak dapat memantau secara langsung keseriusan belajar siswa. “Guru sulit untuk memberi sanksi serta mengontrol stabilitas konsentrasi siswa dalam mengikuti KBM,” ujar Wakil Kepala Humas SMK Binantara Cibinong, Chaerul Alvi Syahri.
Hal tersebut tentu saja menjadi tantangan para guru untuk menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif. Karena pembelajaran daring ini tentu tidak akan seefektif pembelajaran di dalam kelas. Para guru tidak dapat memantau secara langsung keseriusan belajar siswanya, bisa saja para siswa malah asik bermain dan tidak mengikuti pelajaran.
“Hasil KBM kurang maksimal, pembentukan karakter siswa tidak bisa berjalan dengan baik, siswa mengalami penurunan semangat belajar dan juga penurunan kedisiplinannya,” ujarnya.
Sistem pembelajaran yang diterapkan di SMK Binantara dengan memanfaatkan teknologi komunikasi seperti aplikasi online secara variatif. Aplikasi yang digunakan yaitu seperti grup WhatsApp, google classroom, dan zoom meeting. Guru mengajar di kelas tanpa dihadiri siswa, dan siswa berada di rumah untuk mengikuti pembelajaran yang disampaikan secara online.
Hal tersebut tentu saja membuat pembelajaran yang dilakukan menjadi kurang efektif. Para guru dan siswa tidak dapat berinteraksi secara langsung. Belum lagi, jika mengalami kendala gangguan jaringan tentu akan mempengaruhi proses pembelajaran. “Materi yang disampaikan secara online belum tentu dipahami oleh para siswa, sistem tersebut hanya efektif untuk memberikan penugasan,” ujar Chaerul Alvi Syahri
Keluhan Siswa dalam Pembelajaran Daring
Ketidakefektifan dalam melakukan pembelajaran daring tidak hanya dirasakan oleh guru saja. Salah satu siswa SMK Binantara, Logeni Salwas Sabina, mengeluhkan sistem pembelajaran daring yang kurang efektif. Menurutnya, pembelajaran daring tidak berjalan efektif karena kurangnya interaksi antara guru dengan murid dan juga antar sesama murid
“Sebenarnya cukup baik untuk memahami materi yang sedang diberikan, namun karena kurangnya komunikasi langsung antara guru dan murid. Jika tidak mencari materi tambahan sendiri di media lain (contoh: google) akan sulit untuk memahami materi yang sedang diberikan oleh guru,” ucap Logeni, siswa SMK Binantara Cibinong.
Pembelajaran jarak jauh menyebabkan berkurangnya komunikasi langsung antara guru dengan murid. Para siswa terpakasa harus belajar secara mandiri untuk mencari tambahan materi di media lain. Karena, jika tidak akan sulit untuk memahami materi yang diberikan oleh guru. Selain itu, dalam melakukan pembelajaran daring ini para siswa mengalami kendala. “Jika tidak ada wifi atau kuota tentu tidak bisa mengikuti kegiatan daring sama sekali,” ujarnya.
Akses internet merupakan salah satu kendala yang cukup banyak dialami siswa ketika melakukan pembelajaran secara online. Akibat akses internet yang mengalami gangguan, maka proses pembelajaran pun menjadi terganggu. Jika hanya sekali tidak mengikuti kegiatan pembelajaran tidak akan menjadi masalah, namun jika sudah berulang kali tentu siswa akan tertinggal megikuti pembelajaran dan akan ada sanksi yang diberikan dari sekolah.
Menurutnya pembelajaran tersebut akan berjalan efektif jika para guru dan siswa dapat memanfaatkan semua media yang bisa dimanfaatkan untuk kegiatan pembelajaran daring. Namun, jika bisa dilakukan, tidak semua murid atau guru mempunyai akses untuk memanfaatkannya.
Tantangan Baru dalam Pencapaian SDGs-4
Berbagai permasalahan yang dihadapi tentu saja mempengaruhi tujuan pembangunan berkelanjutan dalam pendidikan. Para stakeholders harus menyusun kembali rancangan pencapaian target SDGs(4).
“Pandemi Covid-19 sangat berpengaruh bagi pencapaian target SDGs. Kami harus berupaya lebih keras lagi dan juga harus lebih kreatif dan inovatif untuk mengatasi berbagai kendala pada pelaksanaan KBM dengan sistem daring agar pencapaian target tersebut bisa kami penuhi, atau setidaknya mendekati optimal,” ucap Chaerul Alvi Syahri, Waka Humas SMK Binantara Cibinong.
Terbatasnya komunikasi secara langsung dengan guru yang bersangkutan, membuat para murid menjadi tidak aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Guru diharapkan dapat membangun interaksi dan umpan balik dari siswa, memastikan bahwa siswa memahami materi yang disampaikan dan ilmunya diserap dengan baik.
Hal ini menjadi kekhawatiran, karena bisa menghambat tujuan pendidikan target yang pertama, dimana memastikan bahwa siswa menyelesaikan pendidikan primer dan sekunder yang gratis, setara dan berkualitas, yang mengarah pada hasil belajar yang relevan dan efektif.
Selain itu, akibatnya para guru tidak dapat mendidik murid seperti saat sistem pembelajaran tatap muka. Banyak siswa yang akhirnya mengalami krisis moral seperti tidak beretika, tidak disiplin, dan tidak memiliki sopan santun. Hal tersebut tentu saja menjadi ancaman untuk kita semua, jika melahirkan anak-anak yang tidak berkualitas tentu akan sulit untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu.
Strategi dalam Menciptakan Pembelajaran Efektif
Untuk menciptakan sistem pembelajaran yang efektif perlu adanya strategi khusus Seperti yang dilakukan SMK Binatara, menerapkan strategi untuk menciptakan pendidikan yang inklusif dan berkualitas. ”Menggunakan metode KBM yang variatif, guru lebih berperan sebagai fasilitator daripada sebagai narator, guru menggunakan media KBM yang menarik agar para siswa selalu bersemangat dalam belajar,” ujar Chaerul Alvi Syahri, Waka Humas SMK Binantara Cibinong.
Selain itu, dalam mengatasi kendala sistem pembelajaran yang kurang efektif pihak sekolah memberikan fasilitas khusus. Para guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan berkonsultasi secara pribadi. Hal tersebut dapat dilakukan secara langsung atau melalui komunikasi telepon untuk menanyakan materi yang belum dimengerti.
Pada sistem pendidikan saat ini guru memiliki peran penting dalam menggerakan roda pendidikan. Kualitas sekolah dan kualitas pengajaran adalah fungsi dari kualitas guru (Jatirahayu, 2013).
“Kami selalu mengadakan in house training untuk meningkatkan pengetahuan dan kompetensi guru, kami terus meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana belajar bagi siswa, kami juga mendatangkan ahli dan praktisi di bidang tertentu sebagai narasumber untuk studium general bagi para siswa dan guru,” ujarnya.
Program tersebut dilakukan dalam rangka untuk membantu mewujudkan tujuan pencapaian target SDGs(4), untuk pembangunan berkelanjutan nantinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H