Kata gombal jika dicari didalam KBBI online memiliki arti rayuan. Seringkali kita mendengar kata ini disematkan kepada seseorang yang sedang jatuh cinta kepada siapapun, untuk mengungkapkan rasa rindu, rasa kasih dan sayang, bahkan kata-kata gombal sering kali menggunakan majas/kiasan kepada sesuatu benda dan sejenisnya. Contohnya, "Kalau kamu jadi senar gitar aku ga mau jadi gitarisnya, tau ga kenapa? Karena aku ga mau mutusin kamu".
Atau sebuah Syair dari Rabiatul Adawiyah ketika memberikan rayuan kepada tuhanya
Artinya:
Aku mencintaimu dengan dua cinta
Cinta karena diriku dan cinta karena dirimu
Cinta karena diriku adalah aku selalu mengingat dirimu tanpa terkecuali
Cinta karena dirimu, engkau telah menyingkap tabir
Sehingga diriku ini dapat melihat dirimu
Pujian tidak pantas disematkan untukku
Akan tetapi segala pujian hanya pantas untukmu
Atau sepenggal syair dari seorang Abu Nawas ketika meminta ampun kepada tuhannya
Artinya:
Ya tuhanku aku bukanlah ahli surga
Tapi ya Allah aku tak pula kuat di nerakamu
Ya allah engkau maha pemaaf segala dosa-dosa besar
Terimalah taubatku dan ampunilah dosaku
Dari pelbagai contoh diatas dapat kita melihat rayuan-rayuan tersebut merupakan sebuah pujian kepada seseorang, terlebih disini dua contoh terakhir ditujukan kepada tuhan pencipta yang welas asih kepada hambanya. Wujud seorang hamba yang ingin sekali melihat wujud dari tuhannya, dan seorang hamba yang memuji akan kebesaran dan keagungan tuhannya melalu sifat-sifatnya.
Namun terkadang pujian-pujian yang ingin disampaikan oleh seseorang hanyalah ucapan semata, tanpa ada pembuktian yang nyata, sehingga makna dari rayuan itu tidak sampai kepada yang ingin di rayu, tapi hanyalah berhenti hanya dicupakan saja, jikalau menggunakan bahasa yang popular saat ini seperti istilah "hanya manis di bibir saja".
Kata "hanya manis di bibir saja" mungkin kalimat yang tepat untuk menggambarkan bagaimana keadaan muslim saat ini. Gombalan yang  acap kali selalu di ucapkan ketika beribadah kepada tuhannya. Jika kalimat tersebut dipahami terjemahannya saja, sudah mengerti seberapa dalam makna dari kalimat tersebut. Apa bunyi kalimatnya? Yaitu kalimat yang ada di iftitah yang biasanya dibaca pada rakaat pertama sebelum Surat Al-Fatihah.
Artinya
Sesungguhnya solatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanya untuk tuhan yang memiliki alam.
Kalimat rayuan yang sangat mendalam bukan? Yang memasrahkan dirinya hanyalah kepada tuhannya, tidak kepada yang lainnya. Kalimat yang begitu manis yang terucapkan oleh lisan seorang, yang begitu rela hidup dan matinya diberikan kepada yang menciptakannya.
Namun apakah hal tersebut sudah berhasil diterapkan didalam kehidupan sehari-hari seorang muslim? Atau kalimat tersebut masih jadi gombalan palsu yang akan terus diucapkan? Mari kita bertanya kepada diri masing-masing. Kalau juga tidak menemukannya jawabannya, bertanyalah kepada rumput yang bergoyang.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI