Beberapa makanan/minuman yang biasa dikonsumsi untuk meningkatkan imunitas tubuh antara lain seperti sayur-sayuran, buah-buahan, daging, telur, susu, minuman yang mengandung Vitamin C, madu, dan jamu yang terbuat dari bahan-bahan alami.
Selain itu, pada masa Pandemi ini terjadi peningkatan pengkonsumsian makanan instan. Hal ini dapat terlihat dari mahasiswa yang mengkonsumsi makanan instan selama masa pandemi Covid-19 sebanyak 32 orang (56.1%), dan sisanya sebanyak 25 orang (43.9%) tidak mengalami peningkatan dalam konsumsi makanan instan.Â
Dalam situasi sulit seperti ini, dapat dimengerti jika mahasiswa cenderung mengandalkan makanan siap saji atau makanan olahan sebagai pilihan cepat dan terjangkau, oleh sebab itu terjadi peningkatan dalam pengkonsumsian makanan instan.
Tiga jenis makanan instan yang paling sering dikonsumsi selama masa pandemi adalah mie instan, biskuit, dan makanan kaleng. Konsumsi mie instan yang tinggi disebabkan karena mie instan lebih mudah untuk diolah dan juga harganya terjangkau untuk ukuran kantong mahasiswa.Â
Selain itu konsumsi yang tinggi juga karena adanya bantuan sosial yang diberikan oleh pihak Universitas kepada mahasiswa yang terdampak pandemi corona dimana salah satu isi paket bantuan tersebut adalah mie instan.
Sebanyak 31 mahasiswa (54,4 %) Â mengalami peningkatan frekuensi makan dan sisanya sebanyak 26 mahasiswa (45,6 %) tidak mengalami peningkatan frekuensi makan dari biasanya. Secara psikologis peningkatan frekuensi makan dapat terjadi karena ada keinginan dari responden untuk meningkatkan daya tahan dan gizi. Hal lainnya karena dipengaruhi oleh beberapa informasi dari media dan atau karena mahasiswa berkuliah dari rumah sehingga ada keinginan dan waktu yang lebih luang untuk makan lebih banyak.Â
Mahasiswa yang mengalami peningkatan konsumsi jumlah yang dimakan lebih banyak persentasinya dibandingkan dengan yang tidak mengalami peningkatan. Salah satu dampak dari meningkatnya frekuensi makan dan jumlah yang dimakan adalah terjadinya peningkatan berat badan beberapa mahasiswa. Dari 57 orang mahasiswa, yang mengalami peningkatan berat badan sebanyak 31 orang (54,4 %). Kemungkinan hal ini terjadi karena energi yang masuk lebih banyak dari energi yang dikeluarkan atau sama dengan makanan yang dikonsumsi banyak tetapi kurang dalam beraktivitas atau berolahraga.
Pertanyaan terakhir dari penulis adalah tentang kekhawatiran mahasiswa akan kekurangan makanan di masa pandemi Covid-19. Fakta menarik dilapangan yang ditemui ternyata mahasiswa yang tidak khawatir akan kekurangan makanan lebih tinggi, yaitu sebanyak 32 orang (56.1 %) dibandingkan dengan yang khawatir kekurangan makan sebanyak  25 orang (43,9 %).Â
Ini merupakan bukti kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah terkait beberapa program yang telah dibuat untuk menjamin ketersediaan pangan. Food And Agriculture Organization (FAO) sehubungan dengan kondisi darurat Covid-19 menggelontorkan dana sebesar USD110 juta untuk program keamanan pangan global.
Pustaka :
- Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19. (2020). Tanya Jawab. Diakses dari : sini
- Allianz Indonesia. (2020). Pahami Lebih Jelas Arti Pandemi Pada Covid-19. Diakses dari : Â sini
- Redaksi JD. (2020). Konsumsi Rumah Tangga di Jawa Tengah Saat Pandemi. Diakses dari : sini
- UNICEF. (2020). Ketahanan Pangan dan Gizi dalam Konteks Pandemi COVID-19 di Indonesia. Diakses dari : sini
- Saragih, Bernatal. (2020). Gambaran Kebiasaan Makan Masyarakat Pada Masa Pandemi Covid-19. Diakses dari : sini
Penulis : Tiara Krisnani Muguri