Mohon tunggu...
Tiara Krisnani Muguri
Tiara Krisnani Muguri Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Hiduplah seakan-akan kau akan mati besok. Belajarlah seakan-akan kau akan hidup selamanya -Mahatma Gandhi

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Gambaran Kebiasaan Makan Mahasiswa Penerima Beasiswa Kota Jayapura di UKSW Selama Masa Pandemi COVID-19

27 Agustus 2020   20:56 Diperbarui: 1 September 2020   15:07 348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : https://www.canva.com/ 

WHO (World Health Organization atau Badan Kesehatan Dunia) secara resmi mendeklarasikan virus corona (COVID-19) sebagai pandemi pada tanggal 9 Maret 2020. Artinya, virus corona telah menyebar secara luas di dunia. Ketika WHO menetapkan COVID-19 sebagai pandemi global, WHO mencatat ada 118.000 kasus yang tersebar di 110 negara yang ada dunia. 

Direktur WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan bahwa COVID-19 tidak lagi sekadar krisis kesehatan publik, melainkan krisis yang dapat menyentuh seluruh aspek kemanusiaan, baik sosial, ekonomi, dan juga pangan.

Ketersediaan dan akses pangan masyarakat menjadi penting sehingga pemerintah pun terus berusaha membantu bukan saja dalam bantuan materi transfer uang langsung tetapi juga dalam bantuan sosial berupa bahan pangan. Selama masa pandemi, pola konsumsi rumah tangga mengalami perubahan. Pembatasan kegiatan yang diterapkan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dengan tujuan mengurangi dampak virus COVID-19 secara langsung mempengaruhi perubahan pola konsumsi masyarakat. 

Pandemi COVID-19 juga menjalar hingga berdampak pada pola konsumsi mahasiswa yang berkuliah di Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, khususnya yang terdaftar sebagai penerima beasiswa Program Khusus Putra Putri Port Numbay (PKP3N), beasiswa dari Kota Jayapura. Universitas sendiri sudah berupaya meringankan beban mahasiswa dengan memberikan bantuan sosial berupa sembako dan uang yang di transfer langsung ke rekening mahasiswa masing-masing. 

Bantuan sosial berupa bahan pangan diberikan kepada para mahasiswa yang merasa membutuhkan bantuan tersebut, dikarenakan keterlambatan pengiriman uang bulanan dari orang tua. Sementara untuk bantuan uang diberikan secara merata kepada seluruh mahasiswa untuk membantu dalam pembelian paket data selama proses perkuliahan dari rumah.

Total 57 dari 80 mahasiswa penerima beasiswa yang bersedia memberikan gambaran kebiasaan makan mereka selama masa pandemi. Mahasiswa yang mengalami perubahan kebiasaan makan sebanyak 42 orang (73.7 %) dan sisanya sebanyak 15 orang (26.3%) tidak mengalami perubahan kebiasaan makan. Pandemi Covid-19 membuat banyak orang tersadar akan pentingnya kesehatan dan kebersihan. 

Penerapan gaya hidup sehat yang saat ini sedang gencar-gencarnya dilakukan, yaitu dengan rutin berolahraga dan mengonsumsi berbagai makanan sehat inilah yang mungkin menyebabkan terjadinya perubahan kebiasan makan pada sebagian responden.

Kemudian, mahasiswa yang mengalami peningkatan keragaman konsumsi pangan sebanyak 30 orang (52.6%) dari total 57 orang. UNICEF sendiri menyatakan bahwa mengkonsumsi makanan yang seimbang, beragam, bergizi, termasuk biji-bijian, kacang-kacangan, buah-buahan, sayuran, dan sumber pangan hewani merupakan salah satu cara penting untuk meningkatkan kesehatan, gizi, dan menjaga sistem kekebalan tubuh. 

Peningkatan keragaman makanan dapat terjadi karena keinginan untuk memiliki gizi yang lebih baik dan mendukung untuk meningkatkan imunitas atau kekebalan tubuh.

Selama masa pandemi Covid-19 media memberitakan tentang mengonsumsi makanan /minuman yang dapat meningkatkan imunitas mampu melawan Virus Corona. Hal ini secara tidak langsung menaruh persepsi yang kuat dimasyarakat tentang makanan atau minuman yang mampu meningkatkan imunitas tubuh tersebut. Ini terbukti dengan data yang diambil dari 57 mahasiswa bahwa sebanyak 43 orang (75.4%) mengatakan mereka mengonsumsi makanan/minuman yang dapat meningkatkan imunitas tubuh selama masa pandemi Covid-19. Sementara sisanya yang tidak mengonsumsi 14 orang (24.6%).

Beberapa makanan/minuman yang biasa dikonsumsi untuk meningkatkan imunitas tubuh antara lain seperti sayur-sayuran, buah-buahan, daging, telur, susu, minuman yang mengandung Vitamin C, madu, dan jamu yang terbuat dari bahan-bahan alami.

Selain itu, pada masa Pandemi ini terjadi peningkatan pengkonsumsian makanan instan. Hal ini dapat terlihat dari mahasiswa yang mengkonsumsi makanan instan selama masa pandemi Covid-19 sebanyak 32 orang (56.1%), dan sisanya sebanyak 25 orang (43.9%) tidak mengalami peningkatan dalam konsumsi makanan instan. 

Dalam situasi sulit seperti ini, dapat dimengerti jika mahasiswa cenderung mengandalkan makanan siap saji atau makanan olahan sebagai pilihan cepat dan terjangkau, oleh sebab itu terjadi peningkatan dalam pengkonsumsian makanan instan.

Tiga jenis makanan instan yang paling sering dikonsumsi selama masa pandemi adalah mie instan, biskuit, dan makanan kaleng. Konsumsi mie instan yang tinggi disebabkan karena mie instan lebih mudah untuk diolah dan juga harganya terjangkau untuk ukuran kantong mahasiswa. 

Selain itu konsumsi yang tinggi juga karena adanya bantuan sosial yang diberikan oleh pihak Universitas kepada mahasiswa yang terdampak pandemi corona dimana salah satu isi paket bantuan tersebut adalah mie instan.

Sebanyak 31 mahasiswa (54,4 %)  mengalami peningkatan frekuensi makan dan sisanya sebanyak 26 mahasiswa (45,6 %) tidak mengalami peningkatan frekuensi makan dari biasanya. Secara psikologis peningkatan frekuensi makan dapat terjadi karena ada keinginan dari responden untuk meningkatkan daya tahan dan gizi. Hal lainnya karena dipengaruhi oleh beberapa informasi dari media dan atau karena mahasiswa berkuliah dari rumah sehingga ada keinginan dan waktu yang lebih luang untuk makan lebih banyak. 

Mahasiswa yang mengalami peningkatan konsumsi jumlah yang dimakan lebih banyak persentasinya dibandingkan dengan yang tidak mengalami peningkatan. Salah satu dampak dari meningkatnya frekuensi makan dan jumlah yang dimakan adalah terjadinya peningkatan berat badan beberapa mahasiswa. Dari 57 orang mahasiswa, yang mengalami peningkatan berat badan sebanyak 31 orang (54,4 %). Kemungkinan hal ini terjadi karena energi yang masuk lebih banyak dari energi yang dikeluarkan atau sama dengan makanan yang dikonsumsi banyak tetapi kurang dalam beraktivitas atau berolahraga.

Pertanyaan terakhir dari penulis adalah tentang kekhawatiran mahasiswa akan kekurangan makanan di masa pandemi Covid-19. Fakta menarik dilapangan yang ditemui ternyata mahasiswa yang tidak khawatir akan kekurangan makanan lebih tinggi, yaitu sebanyak 32 orang (56.1 %) dibandingkan dengan yang khawatir kekurangan makan sebanyak  25 orang (43,9 %). 

Ini merupakan bukti kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah terkait beberapa program yang telah dibuat untuk menjamin ketersediaan pangan. Food And Agriculture Organization (FAO) sehubungan dengan kondisi darurat Covid-19 menggelontorkan dana sebesar USD110 juta untuk program keamanan pangan global.

Pustaka :

  • Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19. (2020). Tanya Jawab. Diakses dari : sini
  • Allianz Indonesia. (2020). Pahami Lebih Jelas Arti Pandemi Pada Covid-19. Diakses dari :  sini
  • Redaksi JD. (2020). Konsumsi Rumah Tangga di Jawa Tengah Saat Pandemi. Diakses dari : sini
  • UNICEF. (2020). Ketahanan Pangan dan Gizi dalam Konteks Pandemi COVID-19 di Indonesia. Diakses dari : sini
  • Saragih, Bernatal. (2020). Gambaran Kebiasaan Makan Masyarakat Pada Masa Pandemi Covid-19. Diakses dari : sini

Penulis : Tiara Krisnani Muguri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun