Mohon tunggu...
Rahmat Hidayat
Rahmat Hidayat Mohon Tunggu... Lainnya - rahmat.h2903

Penulis Awam, Baru Mengawali Proses

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Kedongkolan Berpikir dalam Writingthon Asian Games

16 Agustus 2018   06:25 Diperbarui: 16 Agustus 2018   07:29 846
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa yang menarik untuk diperbinjangkan? Dari mana harus memulai pembicaraan? Bagaimana mengembangkan pokok bahasan?

Writers Writingthon Asian Games dalam momen ini mengalami  degradasi kreasi lewat kata untuk dirangkai jadi seuntaian kalimat yang tertawa menari menjadi beberapa paragraf. Intinya writers mengalami "kedongkolan" berpikir. 

Meski cukup banyak objek yang dilihat mata, didengar telinga, dan tergambar dalam imajinasi, tapi tetap saja hal itu belum akan mampu memuaskan dahaga kreasi ketika jari belum mampu berlari untuk menempuh sebaris kalimat pun.

Mungkin saja, tak akan ada yang mengaku bahwa di malam perdana ada yang sedang meratapi ketidakmampuan bersaingnya dan merenungkan kemalangannya di beberapa hari ke depan. 

Tetapi adalah kebohongan jika mengelak  bahwa logika sudah berupaya keras menyelami kolamnya untuk mencari 'pernak-pernik' menarik yang melayang bahkan yang tenggelam di dasar sekalipun. 

Ada yang membayangkan ketenangan sekitarnya demi inspirasi yang masuk bagai wahyu. Padahal, realitanya kita tak lebih dari melompat-lompatkan jari pada papan QWERTY yang bahkan untuk seuntai kata pun butuh penjejakan berulang untuk menyempurnakannya. Sudahlah, lagi-lagi Writers Writingthon Asian Games dalam kondisi 'kedongkolan' berpikir.

Apa yang menjadi tantangannya? Seperti apa capaiannya? Mana yang patut dipertaruhkan?

Tantangannya adalah melepaskan belenggu ketradisionalan dalam lingkaran generasi milenial yang terlihat lebih masif dalam menyikapi tutur sikap teknologi yang semakin hari kian menggantungkan popularitasnya sebagai kids jaman now. 

Foto, short promotion video, dan taggar demi tranding topic. Hanya karena demi sebuah intensif yang dianggap trend di masa ini, maka kemelekkan pun harus dilawan tanpa memberikannya kesempatan untuk menjajah. 

Yaahh, cukup rasional dan objektif manakala motif-nya ialah demikian. Inilah yang sekarang sementara terjadi. Namun, jika outcome dari proses ini ialah intensif yang berharga namun 'mungkin' tak memiliki nilai, apakah ini akan relevan dengan kebutuhan yang nantinya bertambah kompleks? Mungkin 'iya' bagi yang menggilanya, namun sebaliknya bagi yang terlampau jauh dengan belaian zaman dan tak mengenalnya. 

Kenapa demikian? Ini lagi-lagi hanya karena persoalan sentuhan informasi generasi kids jaman now dan kids jaman old. Writers melawan malam, mengejar deadline. Ada yan membelenggu kebebasannya dalam sekat petak kamar yang perlahan menyongsong menyambut mentari pagi. 

Padahal mereka tahu, esok itu waktu dimana kepala akan ditanam lebih dalam, disiram lebih sering dan daya kreasi akan semakin terkuras dalam waktu yang sejatinya diperlukan untuk rehat. 

Sederhananya, challenge atau tantangan dalam konteks karantina Writers Writingthon Asian Games tak lain hanya sebagai sarana mengatasi kejumudan pemuda dalam memberdayakan potensi dirinya pada bidang literasi media serta mendorong kestagnasian yang secara perlahan akan mengalir pada muara habituasi. 

Nyatanya, di hari malam perdana sulit untuk dielakkan bahwa para writers benar-benar mengalami 'kedongkolan' dalam berpikir meski kuat keinginan untuk berinovasinya.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun