Mohon tunggu...
TauRa
TauRa Mohon Tunggu... Konsultan - Rabbani Motivator, Penulis Buku Motivasi The New You dan GITA (God Is The Answer), Pembicara Publik

Rabbani Motivator, Leadership and Sales Expert and Motivational Public Speaker. Instagram : @taura_man Twitter : Taufik_rachman Youtube : RUBI (Ruang Belajar dan Inspirasi) email : taura_man2000@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Ini 5 Bahaya "Overconfidence"

23 Oktober 2021   09:21 Diperbarui: 24 Oktober 2021   19:27 1745
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi seseorang yang terlalu percaya diri atau "overconfidence" | Sumber: Phototechno via Kompas.com

Percaya diri itu bagus, bahkan harus dimiliki setiap orang. Tapi, semua yang ditambahkan dengan "terlalu", selalu tidak pernah baik dan seringkali berakhir dengan hal yang tidak sesuai harapan.

Lihatlah bagaimana Timnas Prancis di Piala Eropa lalu. Sebagai tim unggulan, juara Piala Dunia, tapi harus tersingkir secara dramatis dari Swiss yang di atas kertas tidaklah diunggulkan bisa mengalahkan Prancis. 

Lihatlah bagaimana terlalu percaya diri yang mereka tunjukkan ketika gol ketiga Paul Pogba yang seolah-olah sudah "membunuh laga". Padahal, waktu masih panjang dan singkatnya Swiss mampu bangkit dan mengejar defisit gol hingga akhirnya memenangkan pertandingan via adu penalti.

Terbaru, kita lihat bagaimana ganda putra kita yang sedang berlaga di Denmark juga "seperti" terkena sindrom terlalu percaya diri ini. Setelah memenangi Piala Thomas, seolah-olah ganda putra kita sedikit "terlena" dan menganggap Denmark Open "sama saja" dengan Piala Thomas. 

Percaya diri berlebih ini yang pada akhirnya bisa kita saksikan langsung efeknya. Ganda nomor 1 dan 2 dunia kita gugur di babak-babak awal, dan ganda nomor 7 dunia (Fajar/Rian) yang diunggulkan di tempat keempat juga harus angkat kaki di perempatfinal dari ganda nonunggulan. Terlepas dari faktor lain yang mungkin terjadi, tapi tersirat rasa "terlalu" itu bisa kita saksikan di pertandingan yang mereka jalani.

5 Bahaya "Overconfidence"

Lalu pertanyaannya kemudian adalah, apakah bahayanya bagi kita yang selalu memiliki rasa "terlalu" percaya diri ini dalam kehidupan? Ingat, rasa "terlalu" ini bisa terjadi di semua tempat. Di kantor, di masyarakat, di pertandingan, di panggung atau di mana saja. Berikut coba kita lihat 5 bahayanya. Markililede (mari kita lihat lebih dekat).

1. Merasa Kompetisi Sudah Usai

Orang yang punya rasa terlalu percaya diri, cenderung menganggap "kompetisi" sudah usai. Dalam sebuah pitching bersama klien yang baru, saya dan tim pernah terlalu percaya diri ketika tampil di hadapan klien tersebut. Singkatnya, kami seperti sudah merasa memenangkan "kompetisi". 

Ya, bagaimana tidak, semua persiapan kami matang, strategi kami sepertinya menjawab kebutuhan klien. Program yang kami tawarkan sangat menarik dan sesuai dengan zaman. Seolah-olah, dengan semua hal ini, kami merasa sudah unggul di banding yang lain. Kami seperti "lalai" dan merasa sudah "menang", padahal kompetisi baru saja dimulai. Ya, pada akhirnya sebuah email penolakan dari klien seperti kembali menyadarkan kami.

Lain waktu kami melakukan pitching lagi. Persiapan tetap baik dan maksimal plus doa. Tapi kami hanya meletakkan porsi percaya diri secukupnya saja. Ajaib, email yang kami terima selanjutnya membuat kami tersenyum bahagia.

2. Meremehkan Hal Lain

Meskipun tidak pernah atau jarang diucapkan, tapi orang yang terlalu percaya diri seringkali meremehkan pihak atau hal lain. Ya, umumnya karena sudah begitu yakin akan sukses dengan cara dan pembawaannya. Padahal, dengan punya sikap ini, justru akan membahayakan diri sendiri. Orang-orang yang terlalu ini akan menganggap pihak lain lebih kecil di banding dirinya. Padahal, di saat yang sama orang lain (pihak lain) juga akan menganggapnya seperti itu.

3. Sulit Menerima Masukan

Kita akan terus bisa bertumbuh jika terbuka dan bisa menerima saran pihak lain untuk kemajuan kita. Orang yang sudah "terlalu"  ini, cenderung sulit untuk menerima masukan dari pihak lain. Dia merasa persiapannya sudah matang, permainannya sudah maksimal dan tentu saja seharusnya hasilnya juga maksimal.

Padahal, hanya dengan cermin kita bisa melihat kotoran di wajah kita. Hanya dengan cermin kita bisa melihat apa yang sudah baik dari diri kita dan seterusnya. Ya, terkadang cermin itu adalah lingkungan atau pihak lain yang seringkali peduli untuk kemajuan kita. 

4. Kurang Bersungguh-sungguh

Di sebuah kelas pelatihan public speaking saya, pernah ada seorang peserta yang sepertinya mudah menerima semua materi yang saya sampaikan. Ketika diminta melakukanpun dia dengan lihai melakukannya. Usut punya usut, ternyata dia punya pengalaman berkecimpung di dunia komunikasi dan presentasi.

Singkatnya, semakin lama berinteraksi dengan peserta lain, cukup terlihat kalau dia terkesan kurang bersungguh-sungguh dalam melakukan beberapa latihan yang diminta. 

Yang menarik, ketika mendekati di akhir kegiatan, hampir semua peserta lain yang terlihat bersungguh-sungguh selama berlatih, memiliki kemampuan yang (hampir) serupa dengan kemampuannya (peserta yang mahir tadi). Kemampuan seorang peserta yang terlihat menonjol di awal tadi seperti tidak terlihat menonjol lagi. Padahal, kalau saja seorang yang punya bakat tadi mendorong dirinya sama seriusnya dengan teman lain, dia pasti akan tetap menonjol di banding peserta lainnya.

5. Berhenti Belajar

Ini adalah efek bahaya turunan selanjutnya dari orang yang "terlalu" percaya diri. Ini adalah hal yang justru sangat berbahaya. Ingat, ilmu berkembang. Pengetahuan bertumbuh dan dunia bergerak. Kita perlu membekali diri kita terus dengan hal baru, pengetahuan baru dan seterusnya.

Seringkali orang yang sudah merasa "terlalu" percaya diri berhenti untuk belajar hal baru. Padalah, di sinilah orang yang "terlalu" tadi perlahan akan semakin tahu kalau dia sesungguhnya sudah jauh tertinggal dengan yang lain.

Sekarang, coba ingat lagi, kapan terakhir kali Anda pernah merasa "terlalu" percaya diri? Lalu coba ingat juga, apa hasilnya dari perasaan overconfidence itu?

Semoga bermanfaat
Salam bahagia
Be the new you

TauRa
Rabbani Motivator

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun