Pernahkah Anda merasa sedih? Atau pernahkan Anda merasa miskin, kaya, jujur, ramah, sombong atau apa saja?Â
Ya, bisa jadi banyak di antara kita hanya pernah merasa yang baik-baik saja. Jarang ada yang mengaku kalau dia pernah merasa hal-hal yang dianggap buruk itu semisal sombong, iri dan lain sebagainya.
Lalu pertanyaannya, salahkan semua rasa itu? Apakah rasa memang dikontrol untuk kemudian hadir dan kita rasakan? ataukah rasa itu bisa hilang kapanpun dan hadir kapanpun ia mau? lalu bagaimana cara kita mengontrol semua rasa itu?
Manusia adalah Makhluk "Kemungkinan"
Siapa yang hari ini hatinya sedang bahagia? coba angkat tangan! atau boleh juga beri komentar.Â
Pertanyaan selanjutnya, siapa yang hari ini benar-benar sedang sedih dan hanyut dalam kesedihan? misalnya baru ada keluarga yang meninggal, baru di PHK, baru bertengkar dengan pasangan dan lain sebagainya.
Apa yang Anda rasakan dengan semua situasi itu? Takperlu dijawab. Kita semua paham. Lalu pertanyaannya, apakah Anda yakin kalau situasi itu akan begitu selamanya? Apakah Anda yakin kalau ada orang yang hari ini, mungkin, berbuat keburukan, dia akan begitu selamanya?
Ya, kita adalah makhluk "kemungkinan". Hari ini jika kita baik, bisa jadi besok "kemungkinan" kita tidak baik. Sebaliknya, hari ini kita buruk, bisa jadi esok "kemungkinan" kita akan jadi pemenang dan menaklukkan dunia ini.Â
Karena kita semua adalah makhluk "kemungkinan", maka pantaskah ada di antara kita yang mencap dirinya lebih baik dari yang lain? pantaskan ada di antara kita yang lebih gemar menjelekkan orang lain daripada meresapi "kemungkinan" dirinya yang juga bisa jelek di masa mendatang?
Hidup bukanlah tentang banyak "merasa". Hidup seharusnya selalu berusaha untuk "menjadi". Ya, hidup tidak perlu merasa baik, merasa lebih hebat, merasa lebih cerdas, merasa kaya, merasa berkuasa dan seluruh perasaan lainnya.Â
Tapi kita cukup untuk "menjadi" baik, menjadi manfaat, menjadi berkah dan menjadi rahmat untuk sesama kita, syukur-syukur jika bisa untuk sekalian alam, persis seperti yang dicontohkah oleh baginda Rasul SAW.
Meskipun akhlaknya terbaik seantero bumi, ibadahnya paling yahud sejagad semesta, ilmu sosial politiknya tiada banding dan lain sebagainya yang takkan cukup uraian kalimat untuk menuliskannya, tapi beliau selalu berdoa,
"Allahumma Ij'alni Minal Qaliil"
yang terjemahan sederhananya adalah, Ya Allah, jadikanlah aku termasuk hambamu yang "sedikit". Ketika ditanya apa maksudnya, beliau dengan anggun menjawab, "sedikit hamba Allah yang pandai bersyukur"
Pertanyaannya, jika beliau saja meminta dimasukkan ke dalam golongan yang "sedikit", lalu mengapa kita selalu berlomba-lomba untuk masuk ke golongan yang banyak?Â
Mengapa banyak dari kita yang rela menghabiskan malam dan siang hanya untuk mengejar sesuatu yang "banyak" itu? yang sebenarnya justru sesuatu yang kita kira banyak itu adalah "sedikit"?
Ingat, kalau kita hari ini condong kepada keburukan, maka masih ada waktu untuk mengubah jalur ke arah kebaikan.Â
Ya, karena kita adalah makhluk "kemungkinan". Selama masih ada waktu yang diberikan kepada kita, maka selalu ada ruang untuk menjadi lebih baik setiap hari.
Semoga bermanfaat
Salam bahagia
Be the new you
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H