Mohon tunggu...
TauRa
TauRa Mohon Tunggu... Konsultan - Rabbani Motivator, Penulis Buku Motivasi The New You dan GITA (God Is The Answer), Pembicara Publik

Rabbani Motivator, Leadership and Sales Expert and Motivational Public Speaker. Instagram : @taura_man Twitter : Taufik_rachman Youtube : RUBI (Ruang Belajar dan Inspirasi) email : taura_man2000@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Ini 3 Pelajaran dari Gugurnya "Penghuni Grup Neraka" Piala Eropa 2020

30 Juni 2021   20:08 Diperbarui: 2 Juli 2021   14:49 957
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu grup paling berat di EURO kali ini tentu saja adalah grup dimana Juara Bertahan (Portugal) bersama Juara Piala Dunia 2018 (Prancis) dan Juara Piala Dunia 2014 dan Piala Konfederasi 2017 (Jerman) bergabung bersama.

Ya, singkatnya, banyak pengamat memprediksi kalau salah satu atau minimal 2 dari ketiganya bisa sampai ke partai puncak, minimal semifinal Piala Eropa tahun ini.

Tapi apa hendak dikata, ketiganya kompak berguguran di babak 16 besar dari lawannya masing-masing. Portugal disingkirkan Belgia lewat tendangan melengkung adik Eden Hazard yaitu Torghan Hazard. 

Prancis disingkirkan keuletan permainan Swiss dan Jerman ditumbangkan musuh bebuyutannya, Inggris, yang disebut-sebut sebagai pembalasan setimpal atas kegagalan Pelatih Inggris (Gareth Soutghate) puluhan tahun yang lalu ketika gagal mengeksekusi penalti dalam pertandingan yang mungkin mustahil dilupakannya, yang juga melawan Jerman.

Dari kekalahan 3 tim unggulan ini, minimal ada 3 hal yang bisa kita jadikan pelajaran dalam hidup. Ya, sepakbola tidak melulu tentang menang kalah. Kalau jeli, justru kita bisa mengambil banyak hikmah dari sebuah pertandingan sepakbola.

Berikut adalah 3 pelajaran yang bisa kita ambil dari tersingkirnya penghuni "grup neraka" ini.

Portugal Vs Belgia - (Masa lalu Adalah Sejarah, Masa Kini Adalah Kenyataan) 

Ini adalah pelajaran pertama yang bisa kita ambil dari laga ini. Ya, Portugal memang juara bertahan. Tapi tetap saja, juara bertahan itu adalah masa lalu. 

Padahal hidup kita adalah masa kini. Kita tidak perlu membanggakan kehebatan kita di masa lalu, apalagi bukan karena kontribusi kita. 

Tapi kita perlu tetap merasa "kosong-kosong" atau setara dalam berbagai hal, agar kita tidak jumawa ketika diunggulkan dan tidak sedih ketika dikucilkan.

Singkatnya, mari kita bangun "kesuksesan masa kini" meskipun silakan saja mengingat kejayaan masa lalu untuk menjadi penyemangat kita dalam berkarya, berkarir atau melanjutkan kehidupan.

Jerman Vs Inggris - (Positif Menghadapi Situasi Sulit)

Di banyak media diberitakan kalau Inggris tetaplah dianggap kesebelasan yang seolah-olah hebat, padahal selalu terpuruk ketika perhelatan sesungguhnya dilaksanakan. 

Meski seringkali itu terjadi, tapi Inggris kali ini berbeda. Mereka sedikit "menjauhi" berkomentar di Media. Para punggawanya terlihat lebih kalem.

Mereka seolah-olah tidak mendengarkan kritik. Harry Kane, misalnya. Bagaimana dia dianggap "mandul" di EURO kali ini selama fase grup dan justru baru berkontribusi maksimal ketika menghadapi Jerman dan lain sebagainya.

Singkatnya, kita harus belajar untuk selalu berpikir positif bahkan ketika situasi dan lingkungan meremehkan kita. 

Mungkin Inggris hanya ingin membuktikan kepada dunia kalau "football is coming home" pada saat nanti mereka bisa mengangkat tropi dan pada saat itu mungkin mereka akan meluapkan kegembiraannya dengan banyak berkomentar.

Prancis Vs Swiss - (Jangan Lengah Sebelum Tugas Benar-benar Selesai)

Bisa jadi ini adalah laga yang akan disesali Pogba sepanjang hidupnya. Cobalah lihat bagaimana "suasana kemenangan" yang seolah-olah sudah mereka tunjukkan pada saat Pogba mencetak gol spektakuler di laga itu.

Semua pemain Prancis mendadak sudah terlihat seperti juara. Tidak ada lagi N'golo Kante yang berlari ke sana ke mari dengan gigih. Tidak ada lagi keseriusan Varane dalam menjaga wilayahnya. 

Kebanyakan dari mereka mulai "berjalan" di atas lapangan daripada tampil ngotot seperti menghadapi Jerman atau Portugal di fase grup.

Mereka lupa kalau laga belum usai. Satu detikpun bisa mengubah jalannya laga, apalagi 10 menit. Singkatnya, kita bisa belajar kalau jangan pernah lengah untuk bersenang-senang dulu sebelum tugas kita benar-benar selesai.

Dalam karir misalnya, jangan pernah berhenti dulu ketika Anda belum mencapai puncak dari apa yang Anda impikan. Jangan merasa jumawa ketika Anda sudah menyelesaikan sebagian tugas. 

Selesaikan dulu tugasnya secara keseluruhan, barulah Anda ambil waktu untuk istirahat, merayakan kemenangan dan begitu seterusnya.

Jadi, berjaga-jagalah. Jangan lengah dalam hidup, karena bisa jadi ada orang yang memanfaatkan kelengahanmu, yang sebenarnya bisa jadi kesombongan, untuk menyalipmu bahkan mengalahkanmu. Waspadalah, teman.

*** 

Ya, perhelatan akbar EURO 2020 ini tidak hanya tentang sepakbola. Banyak pelajaran yang bisa kita ambil di dalamnya. Semoga pelajaran ini bisa mengayakan kita dan tentu saja menjadi pengingat kita untuk terus selalu memperbaiki diri.

Semoga bermanfaat
Salam bahagia
Be the new you

TauRa
Rabbani Motivator

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun