Mohon tunggu...
TauRa
TauRa Mohon Tunggu... Konsultan - Rabbani Motivator, Penulis Buku Motivasi The New You dan GITA (God Is The Answer), Pembicara Publik

Rabbani Motivator, Leadership and Sales Expert and Motivational Public Speaker. Instagram : @taura_man Twitter : Taufik_rachman Youtube : RUBI (Ruang Belajar dan Inspirasi) email : taura_man2000@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Ini 3 Alasan Kenapa Dijodohkan Itu Baik

20 Mei 2021   21:36 Diperbarui: 20 Mei 2021   21:45 801
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dijodohkan itu baik jika Anda paham (via okezone.com)

Saya memang bukan termasuk produk perjodohan. Tapi keluarga saya dan teman-teman saya beberapa adalah produk perjodohan yang alhamdulillah semuanya masuk kategori langgeng bin damai alias sejahtera, minimal hingga saat ini.

Salah seorang teman saya yang merupakan produk perjodohan murni (dari awal kenalan saya dampingi hingga menikah), bahkan saat ini sudah memiliki anak 3 dan sangat bahagia dengan istrinya yang juga adalah teman istri saya dulu.

Lalu pertanyaannya, benarkah sebegitu nyaman dan bagusnya jika kita dijodohkan dengan orang lain? Tergantung. Ya, tergantung Anda berkomitmen terhadap hidup Anda sendiri. 

Singkatnya, baik dijodohkan atau tidak, keduanya punya potensi yang sama untuk mengalami dinamika dalam rumah tangga. Bahkan, salah seorang teman saya yang sudah saling kenal selama lebih dari 10 tahun, ketika menikah ternyata nasib pernikahan mereka hanya bertahan beberapa bulan saja. Selebihnya? pecah kongsi.

Nah, lalu bisa jadi ada yang bertanya, kalau begitu lebih baikkah dijodohkan daripada mencari jodoh itu sendiri? Anda yang punya hidup, maka Anda jugalah yang punya pilihan. Tapi kali ini, saya akan kemukakan 3 alasan kenapa dijodohkan itu baik.

Baiklah, markililede (mari kita lihat lebih dekat).

1. Dipenuhi Opsi

Bagaimana cara seorang jomblo mendapatkan pasangan paling mudah? Salah satu cara paling mudahnya adalah dijodohkan. Saya dulu punya teman yang sudah 3-4 kali saya kenalkan dengan calon yang menurut saya bolehla untuk dijadikan pasangan hidup.

Kandidat pertama, lewat. Kandidat kedua, teman saya menolak karena ketika bicara belum nyambung. Kandidat ketiga tidak cocok karena terlalu pendiam. Singkatnya, beberapa orang yang saya kenalkan itu semuanya lewat meski sudah saling bertemu secara baik-baik.

Teman saya tadi sempat merasa sedih, bahkan sempat merasa kalau dialah mungkin yang tidak menarik para bidadari yang saya kenalkan itu. Setelah beberapa waktu kemudian, saya mencoba menghiburnya dan mengatakan kalau inilah indahnya dijodohkan orang lain, karena kamu bisa punya beberapa opsi sebagai pilihan yang bisa dipikirkan.

Jangan salah, bisa jadi hari ini merasa tidak cocok, tapi setelah seminggu, dua minggu, Allah menggerakkan hati kita dan ternyata terjadi kecocokan, siapa tahu? Ya, itulah indahnya dijodohkan. Anda punya opsi yang bisa Anda pikirkan dengan seksama.

2. Rekomendasi Umumnya Baik

Kalau Anda mau memesan makanan via online, apa yang pertama Anda lihat? Ya, rekomendasi atau ratingnya. Jika rekomendasi orang bagus untuk menu itu, maka biasanya Anda tidak ragu untuk memesan makanan itu, begitu juga sebaliknya.

Nah, jika pada makanan saja orang akan begitu selektif dan jujur dalam memberikan rating atau rekomendasi, apakah Anda mengira orang yang akan menjodohkan Anda itu sembarangan dalam memilih calon? mikir atu, mas!

Saya dulu sempat berpikir akan menerima rekomendasi gadis pilihan orang tua saya, jika sampai usia tertentu belum juga menikah. Tapi beruntungnya, karena pilihan saya juga pada akhirnya adalah highly recommended oleh orangtua saya setelah melakukan perkenalan.

Jadi, jangan ragukan rekomendasi orang (orangtuamu khususnya) dalam memilihkan jodoh untukmu.

3. Yang Menjodohkan Pasti Melihat Agamanya Dulu di banding yang Lain

Saya sepakat dengan lagu Bung Rhoma yang berbunyi

"Hanya Istri yang Shaleha Bisa Dijadikan Teman, yang Akan Tetap Setiap dari Hidup Sampai Mati, bahkan Sampai Hidup Lagi.."

Kalau saya diminta memilih, mau istri kaya atau istri yang shaleha? saya akan seratus persen menjawab istri shaleha, jika tidak ada pilihan yang lain. Saya yakin ada di antara Anda yang mau keduanya (kaya dan shaleha). Ingat, bung. Contohnya tidak ada pilihan ketiga. Tugas kita sebagai suami yang harusnya mengupayakan untuk kaya, bukan tugas (utama) wanita. Ingat itu baik-baik. 

Nah, yang menarik adalah, ketika kita akan menjodohkan seorang teman dengan teman yang lain, sadar atau tidak, pasti yang pertama kita lihat adalah agama dan ibadahnya dulu, minimal itu yang saya lakukan.

Alasannya sederhana, karena saya mau teman saya juga mendapatkan calon istri yang shaleha yang sama seperti saya. Adapun selain itu, bisa jadi itu hanyalah bonus saja. Jadi, bersyukurlah Anda kalau akan dijodohkan orang lain, apalagi orangtua Anda, karena umumnya, mereka akan melihat dari sisi agamanya dulu sebelum direkomendasikan kepada Anda. Setelahnya, Insya Allah kehidupan Anda lebih damai dan tentram jika punya pasangan yang shaleha, minimal itu yang saya rasakan.

***

Bagaimana sekarang para sendiriwan (pria yang sedang sendiri) dan sendiriwati (wanita yang sedang sendiri) yang budiman? Apakah Anda sudah mulai terbuka dan paham manfaat dari rekomendasi perjodohan?

Ingat, umumnya dijodohkan tidaklah dipaksa. Semua orang paham kalau pada akhirnya Andalah yang akan menjalani kehidupan dengan pasangan Anda selamanya, maka pasti akan diberikan ruang untuk Anda menimbang, berpikir dan seterusnya. Karena semua orang juga paham kalau hidup Anda adalah milik Anda dan bukan milik orang lain.

Semoga bermanfaat

Salam bahagia

Be the new you

TauRa

Rabbani Motivator

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun