Ketika saya sudah bertekad untuk bertanya siapa yang bertelepon di dalam dan akan melaporkannya ke pihak rumah sakit setelah operasi, orangtua saya melarang dan mengatakan, "Sudahlah, yang pentingkan dia (kakak saya) sehat dan operasinya lancar.."
Memang benar, operasinya lancar dan semuanya baik-baik saja. Tapi, meskipun kami tidak tahu pasti siapa yang bicara di telepon itu, yang jelas kakak saya tidak pernah lagi ke dokter itu ketika melahirkan anak selanjutnya.
Ya, dokter adalah profesi yang seharusnya tidak "nyambi" melakukan pekerjaan lain, meskipun itu adalah haknya. Tapi coba bayangkan kalau hal seperti itu terulang lagi dan yang terjadi justru tidak baik-baik saja?
3. Pejabat Publik
Apa jadinya jika seorang bupati "nyambi" jualan katering? agar setiap agenda rapat dan seterusnya itu memakai jasa kateringnya? Atau apakah elok jika seorang walikota "nyambi" menjadi direktur CV sebuah percetakan agar semua pemesanan ATK dan seterusnya itu bisa dipesan melalui dia?
Entahlah. Bisa jadi ada yang menganggap tidak masalah. Tapi pada dasarnya itu bisa menjadi masalah. Coba Anda pikir sendirilah di mana letak masalahnya kemudian.
Ya, idealnya, ketika Anda dilantik menjadi pejabat publik, maka mengabdilah dengan setulus hari dan sepenuh jiwa. Ingat, tidak mudah menjadi pejabat publik. Ada satu orang saja yang kelaparan di wilayah kekuasaan Anda, maka Anda akan dimintai pertanggungjawabannya di hari akhirat kelak.
Itulah kenapa, Umar Bin Khattab sampai pernah menggendong sendiri gandum dan membawakannya ke salah seorang rakyatnya yang kelaparan. Ketika diminta sahabat lain untuk membantunya membawakan sekarung gandum itu, Umar dengan gemetar menjawab :
"Apakah kalian bisa menggantikanku untuk menjawab di hadapan Allah ketika diminta pertanggung jawaban terhadap hal ini.."
Kalaulah ada pemimpin yang begini hari ini, maka saya orang pertama yang memilihnya. Jadi, janganlah "nyambi" ketika jadi pejabat publik. Fokus ke rakyat Anda.
4. Guru
Ini adalah profesi selanjutnya yang seharusnya tidak boleh menyambi hal lain. Guru adalah garda terdepan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Ketika dia mengajar sambil jual kripik, mengajar sambil jual dimsum, mengajar sambil jual masker dan lain sebagainya, maka Pemerintah seharusnya lebih peka terhadap hal ini.
Apakah salah guru itu "nyambi"? Bagaimana mungkin bisa disalahkan, kalau apa yang diterimanya jauh dari kata cukup? Ini tentu bukan salah mereka para pendidik kita, tapi bisa jadi ada pihak yang kurang peka terhadap hal ini di lapangan.
Dulu, guru SD saya yang terkenal begitu disiplin dan tegas pernah ditanya oleh seorang wali murid. "Ibu selain ngajar ada usaha apa..?"