Mohon tunggu...
TauRa
TauRa Mohon Tunggu... Konsultan - Rabbani Motivator, Penulis Buku Motivasi The New You dan GITA (God Is The Answer), Pembicara Publik

Rabbani Motivator, Leadership and Sales Expert and Motivational Public Speaker. Instagram : @taura_man Twitter : Taufik_rachman Youtube : RUBI (Ruang Belajar dan Inspirasi) email : taura_man2000@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Anda Pilih Mana, "Dimanfaatkan" atau "Memanfaatkan"?

20 Februari 2021   10:33 Diperbarui: 20 Februari 2021   10:50 3374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang teman pernah bercerita kalau dia sudah "dimanfaatkan" oleh atasannya di kantor. Dia diminta mengerjakan banyak hal jauh di atas job desk pekerjaannya. Sialnya, masih menurutnya, dia sama sekali tidak mendapatkan kompensasi tambahan dari semua hal yang dilakukannya itu.

Singkatnya, dia merasa benar-benar "dimanfaatkan" dengan segala kemampuan yang dimilikinya. Dia mengomel, ngedumel, mengeluh dan seterusnya. Intinya, dia tidak senang dengan apa yang menimpanya itu.

Teman saya tadi pasti bukanlah satu-satunya orang di dunia ini yang merasakan hal yang sama. Di luar sana bisa jadi ada jutaan orang yang merasakan hal yang sama, baik disadari atau tidak.

Lalu pertanyaannya, burukkah kalau kita dimanfaatkan oleh orang lain? atau justru memanfaatkan (orang lain) adalah lebih baik daripada dimanfaatkan oleh orang lain?

Markililede (mari kita lihat lebih dekat).

Dimanfaatkan

Setelah lama mengomel, teman saya tadi meminta sudut pandang yang lain. Setelah diminta, saya dengan senang hati bertukar sudut pandang. Saya membukanya dengan sabda Rasul yang artinya,

"Sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain"

Sampai di sini, saya berhenti sejenak dan sepertinya tidak perlu melanjutkan lagi pembahasan karena semuanya sudah tuntas. Ya, sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain.

Jika begitu, ketika Anda dimanfaatkan oleh orang lain, dalam artian positif, maka seharusnya Anda bersyukur, karena itu artinya Anda berpotensi menjadi manusia yang terbaik.

Ingat, dalam artian positif. Ketika Anda "dimanfaatkan" untuk menjadi kurir narkoba, maka itu bukan saja buruk, tapi juga tercela. Jadi, kata kuncinya adalah dalam artian positif.

Saya lanjut bertanya ke teman tadi,

"Brader, ketika kau dimanfaatkan, apa ada yang hilang darimu..?"

"Gak ada sih.." jawabnya.

"Apa ada yang bertambah..?" tanya saya lagi.

"gak ada juga sepertinya.." balasnya lagi.

"Ada...! kemampuanmu pasti bertambah. Skillmu pasti bertumbuh, pengalamanmu juga akan mengembang. Itu adalah keuntungan sederhana dari dimanfaatkan oleh orang lain.."

Dia terdiam sejenak. Wajahnya datar antara setuju dan tidak. Saya tidak mempermasalahkan itu. Entah dia setuju atau tidak, yang penting dia sudah meminta view dan saya memberikan sudut pandang saya.

Saya melanjutkan lagi,

"Belum lagi, kalau kau dimanfaatkan, itu artinya ada kelebihanmu yang tidak dimiliki oleh orang lain. Kau harus mensyukuri itu, brader. Tidak semua orang sepertimu. Jangan lihat hari ini, tapi lihat apa yang kau lakukan ini pada 5-10 tahun yang akan datang."

Dia mulai mengangguk. Setuju atau tidak itu persoalan lain. Tapi yang jelas, bisikan syaitan di hatinya mungkin bisa sedikit terlawan dengan kalimat positif yang saya sampaikan.

Ya, dimanfaatkan adalah bukti kita punya "sesuatu". Syukuri saja hal itu. Fokus pada memberi manfaat, bisa jadi hadiah yang kau harapkan itu tidak datang sekarang, tapi yakinlah, dia akan datang cepat atau lambat.

Saya juga pernah dimanfaatkan oleh seorang klien untuk memberikan sebuah pelatihan. Singkatnya, dia tidak pernah mau untuk berdiskusi tentang harga pelatihan dari awal hingga hari H. 

Karena modal percaya dan sudah saling kenal, kami lakukan bagian kami dengan baik dan setelah acara, si klien ternyata hanya memberikan ucapan terima kasih saja.

Saya hanya tersenyum dan tetap menjalin pertemanan dengan klien itu. Tapi apa yang terjadi kemudian? Ya, sekitar 3 hari dari acara itu, saya dihubungi oleh salah satu peserta pelatihan, dan anehnya menawarkan harga 2 kali lipat dari harga pelatihan umumnya. Ajaib.

Jadi, biar saja Anda dimanfaatkan, karena memang itulah derajat sebaik-baiknya manusia.

Memanfaatkan  

Kalau ada yang dimanfaatkan, pastilah ada yang memanfaatkan. Sederhananya begini saja, orang yang memanfaatkan (orang lain), jangan-jangan tidak menemukan apa-apa dari dirinya yang bisa dimanfaatkan.

Ini tentu berbahaya. Kalau Anda selalu memanfaatkan (orang lain), jangan-jangan Anda tidak menemukan hal yang bermanfaat dari diri Anda. Kalau sudah begini, jangan-jangan Anda akan menjadi orang yang tidak bermanfaat untuk hidup Anda.

Memilukan sekaligus memalukan. Sedih. Ya, sedih, kalau ada orang yang tidak tahu apa manfaat dari dirinya hadir ke dunia ini. Jangan bangga menjadi orang yang sering memanfaatkan (orang lain). Bisa-bisa itu adalah bukti awal kalau tidak ada yang bisa dimanfaatkan dari diri Anda.

Jadi, coba cek, apakah Anda lebih sering memanfaatkan orang lain dibanding dimanfaatkan? Kalau lebih banyak memanfaatkan, maka cobalah cari cara agar Anda sesekali dimanfaatkan oleh orang lain.

***

Dimanfaatkan atau memanfaatkan pada akhirnya adalah tentang mindset dan pola pikir kita. Bisa jadi kita pernah melakukan keduanya. Tidak masalah, selama kita melakukannya sesuai porsi.

Jika Anda tidak bisa instalasi listrik, maka manfaatkanlah petugas listrik yang mengerti, Anda memanfaatkan, dia dimanfaatkan. Kalau Anda bisa membetulkan genteng, bantulah jika diminta tetangga Anda, Anda dimanfaatkan dan dia memanfaatkan Anda.

Bahkan sesungguhnya, bukankah dalam hidup ini tugas kita sebenarnya adalah saling "memanfaatkan" dalam kebaikan dan saling "dimanfaatkan" untuk kebaikan?

Lalu, apa yang perlu dikhawatirkan dari memanfaatkan atau dimanfaatkan? Ya, satu-satunya hal yang perlu dikhawatirkan adalah bagaimana Anda mendefinisikan keduanya.

Semoga bermanfaat

Salam bahagia

Be the new you

TauRa

Rabbani Motivator

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun