Setiap orang pasti punya kecepatan yang berbeda dalam bekerja. Ada yang senang kejar-kejaran dengan deadline, ada yang cepat, dan tentu saja ada yang lemot bin lambat alias lelet.
Apakah semua punya kelebihan? bisa jadi, minimal untuk yang ada di tiap kategori itu. Minimal mereka akan mempertahankan argumennya, kalau situasi dan cara kerja mereka adalah yang paling baik dan ideal. Ya, silakan saja.
Tapi yang menjadi PR kemudian adalah, bagaimana jika si cepat dan si lambat bergabung dalam sebuah tim? Â Ya, bisa jadi akan memacu si lambat menjadi cepat, atau bisa juga sebaliknya, memaksa si cepat untuk memperlambat lajunya dan ikut alur si lambat.
Mana yang lebih baik? rasanya setiap kita sudah tahu jawabannya. Lalu pertanyaannya, adakah cara agar si cepat tetap bisa mempertahankan kecepatannya, meskipun lingkungan kerjanya begitu lelet dan lambat?
Hal ini yang akan kita bahas kali ini. Berikut adalah 3 cara bagi si cepat agar tetap konsisten dalam kecepatannya, meskipun berada di lingkungan yang lambat. Mari kita lihat lebih dekat.
1. Fokus Selesaikan Pekerjaan Pribadi dengan Cepat
Cara pertama yang harus dilakukan si cepat adalah segera selesaikan pekerjaan yang sudah disepakati di dalam tim sesegera mungkin. Dalam sebuah projek tim, setiap orang pasti diberikan tanggung jawab untuk menyelesaikan bagian masing-masing.
Nah, makan bagianmu segera, jangan pakai lama. Pengalaman saya bekerja dalam sebuah tim yang punya deadline pekerjaan 3 minggu, saya selesaikan dalam waktu 1 minggu saja.Â
Semakin cepat Anda menyelesaikan bagian Anda, semakin banyak hal yang bisa Anda lakukan di waktu yang lain. Ingat, sebisa mungkin hindari bekerja di waktu mepet dengan berbagai alasan apapun.
Kalau Anda beralasan,
 "aku sedang buntu, ga punya ide.." sebaiknya Anda baca lagi tulisan saya tentang konsep IDEA, cara menemukan ide.
Jadi, jangan tunda pekerjaan Anda hingga akhir batas waktunya.
2. Update Pekerjaan Anda yang Telah Selesai
Dalam sebuah projek yang pernah saya kerjakan bersama beberapa rekan, saya menyelesaikan "kue" saya beberapa minggu sebelum jangka waktu tiba, meski cukup melelahkan dan seterusnya.Â
Pikiran saya sederhana, mau dikerjakan nanti atau sekarang, toh pekerjaan ini tetap harus dikerjakan. Jadi saya memilih mengerjakannya secepat mungkin, agar banyak waktu lain untuk belajar hal baru dan sebagainya.
Singkatnya, setelah selesai, saya menginformasikan via email dan grup bersama kami, kalau saya sudah selesai mengerjakan bagian saya. Ajaib, beberapa teman merespon dengan positif dan selebihnya hanya diam.
Lebih ajaib lagi ketika 2 minggu kemudian, semua orang telah selesai mengerjakan bagiannya masing-masing (padahal ada di anggota tim yang bertipe deadliner dan si tenang, sebutan lain untuk si lambat). Kami jadi bisa masuk ke reviu pertama dan hingga pekerjaan selesai, kami 1-2 minggu di depan skejul yang sudah dicanangkan.
Jadi, jangan diamkan pekerjaan yang sudah selesai. Update ke rekan tim Anda dan bangunkan mereka yang lambat untuk dapat berlari bersama. Ingat, Anda tidak sedang memaksa si lambat menjadi cepat, tapi Anda hanya menunjukkan kalau semakin cepat sesuatu diselesaikan, semakin banyak hal yang bisa dilakukan.
3. "Bantu si Lambat"
Jangan menganggap semua anggota di dalam tim memiliki kapasitas dan kemampuan yang sama. Tapi jangan juga menganggap kemampuan mereka berada di bawah atau di atas Anda. Anda baru akan mengetahuinya seiring pergeseran masa dan perputaran waktu.
Ketika tugas pribadi Anda sudah selesai, update pekerjaan juga sudah Anda lakukan, tapi tetap saja ada yang belum mengerjakan apa-apa mendekati atau melewati waktu yang sudah ditentukan, maka Anda harus membantu.
Memang ada tipe orang yang enggan bertanya karena malu, takut dibilang menanyakan pertanyaan bodoh dan lain sebagainya. Sudahlah, tidak perlu dipersoalkan kondisi seseorang.Â
Intinya, Anda (si cepat) harus turun dan membantu, atau minimal bertanya apa yang bisa dibantu agar semua pekerjaan yang sudah ditargetkan bisa selesai sebelum waktunya.
Ingat, jangan terkesan menggurui. Bantulah dengan tulus. Orang akan tahu dengan jelas mana bantuan yang tulus, dan mana bantuan yang sekaligus "meremehkan" orang lain. Anda mungkin juga bisa menilainya.
***
Penting untuk dicatat, kata kuncinya adalah cepat dan tepat, bukan sekadar cepat tapi berantakan. Cepat dan lambat adalah tentang keinginan. Si cepat bisa menjadi lambat dan si lambat pun dengan kondisi tertentu bisa menjadi cepat. Tugas kita tentu saja bukan menjadi hakim dan menghakimi kalau si cepat pasti lebih berhasil dan begitu sebaliknya.
Tugas kita adalah tentang kontribusi positif yang bisa kita berikan. Pada akhirnya, baik si cepat ataupun lambat, selama semuanya bisa berkontribusi positif, maka tidak ada yang salah di sana.
Tapi, bukankah lebih baik kalau hal positif yang bisa kita berikan itu, dibagikan dengan cara yang lebih cepat? dibanding kita menunda dan tanpa sadar penundaan itu telah membuang peluang kita untuk berkontribusi positif?
Ingat, pesawat tidak mungkin menunggu Anda terlambat. Kapal laut tidak mungkin menunggu Anda yang lelet datang, dan sebuah meeting juga tidak mungkin ditunda hanya gara-gara si lambat terlambat bangun.
Semoga bermanfaat
Salam bahagia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H