Suatu hari, ketika kami bertemu, saya bertanya dengan tetangga saya tadi,
"Mas, kok jarang kelihatan sekarang sepulang jam kerja..? ada proyek lain kah?" tanya saya ringan.
"Iya, mas. Pulang kerja saya lanjut ngojek. Ya, lumayan untuk nambah-nambah penghasilan.." balasnya.
"Lah, kan istri juga kerja mas..?" lanjut saya
"Iya, mas. Tapi masak iya, pakai uang istri kalau mau beli ini itu. Semua kan tanggung jawab saya, mas..!"Â balasnya santun.
Kagum. Itu adalah pikiran yang langsung keluar di kepala saya. "Ini baru kepala keluarga.." saya ngomong dalam hati.
Bagaimana dia bertanggung jawab terhadap istri dan keluarganya adalah hal yang patut di contoh. Dia merasa dan meyakini bahwa dialah sebagai suami yang harus menjadi contoh dalam banyak hal seperti kerja keras dan lain sebagainya.
Kalau kemudian istri juga bekerja, maka itu adalah untuk "tambahan" dan tidak seharusnya digunakan untuk kebutuhan sehari-hari, apalagi sampai membiayai semua kebutuhan yang ada.
Pertanyaannya kemudian adalah, sudah bisakan kita menjadi contoh dalam hal kerja keras untuk memenuhi kebutuhan keluarga kita? kita tentu yang paling tahu jawabannya.
2. Suami Adalah Penanggung Jawab
Jangan pernah anggap enteng ijab-kabul dalam pernikahan itu. Dalam bahasa sederhana, makna dari ijab-kabul lebih kurang begini :
"Wahai suami anakku (kata ayah istri kita), sekarang aku serahkan kepadamu seluruh tanggung jawab terhadap putriku. Mulai dari sandangnya, pangannya, papannya dan seluruh kebutuhannya kepadamu. Tolong berikan yang terbaik kepada anakku, sebagaimana aku selalu memberikan yang terbaik untuk putriku.."