Seringkah Anda menjumpai teman yang setelah pulang dari liburannya masih belum bisa move on dari liburan itu? Dia sibuk menceritakan keseruan liburannya dan tiba-tiba saja beberapa hari kemudian dia sudah merasa jenuh dan ingin merasakan liburan lagi?
Atau jangan-jangan Anda juga bagian dari orang-orang yang seperti ini? Jika iya, maka segeralah bertaubat, hahaha. Bisa jadi ada yang salah dalam cara Anda menjalani liburan itu.
Lalu pertanyaannya, apa yang salah? Tenang, jangan tergesa-gesa. Secara sederhana akan coba kita temukan jawabannya.
Liburan Dengan Raga (Saja)
Dalam sebuah penelitian, dikatakan kalau lebih dari 60% orang tidak bisa menikmati liburannya karena berbagai hal. Dan tahukah Anda apa salah satu hal yang membuat orang tidak bisa menikmati liburannya itu?
Mau tau aja atau mau banget? Baiklah. Ini jawabannya. Mereka yang tidak bisa menikmati liburannya (salah satunya) adalah mereka yang hanya liburan untuk menyegarkan dan membahagiakan fisiknya saja.Â
Dengan kata lain, dia sibuk eksis dengan fisiknya di tempat-tempat wisata itu. Dia terlalu sibuk menggunakan HP nya untuk mendokumentasikan semua yang dianggapnya sangat penting itu. Padahal, tahukah Anda berapa lama seseorang (terbiasa) melihat foto lamanya lagi? Tidak lebih dari 30 detik, teman.
Artinya, ketika dia sedang sibuk liburan dengan kebahagian fisiknya, maka pada saat itu sesungguhnya dia sudah kehilangan momentum sesungguhnya dari liburan, yang akan kita urai di bawah ini.
Liburan Dengan Jiwa
Dalam sebuah rombongan liburan yang saya ikuti, kami singgah ke sebuah pantai yang indah. Pada saat itu, saya dianggap (menghilang) dari hampir semua (tidak semua ya..) dokumentasi yang ada. Ketika teman-teman berkomentar tentang hal itu, saya sama sekali tidak merasa ada yang disayangkan dalam hal kurang terdokumentasinya wajah saya secara secara berjamaah.
Dalam keterasingan (yang dianggap mereka) itu, saya justru sangat menikmati setiap tarikan napas yang segar. Sambil memejamkan mata saya menikmati udara yang masuk ke paru-paru, lalu menghembuskannya kembali.Â
Saya juga mendengar dengan jelas deburan ombak, desiran angin dan seterusnya dengan penuh kenikmatan. Sungguh, suatu nikmat yang luar bisa kalau kita bisa menikmati setiap momennya dengan totalitas dan menghadirkan jiwa kita di dalamnya.
Ketika didesak dan ditanya mengapa saya banyak "menghilang" dari dokumentasi yang ada? Dengan santai saya menjawab,
"Kalau tujuan kita liburan hanya untuk foto-foto, maka (mungkin) aku sudah berhasil melakukannya dengan jauh lebih baik karena aku merekam setiap momen di ingatanku. Aku bahkan bisa menyebutkan tempat apa yang sudah kita lewati dan dengan siapa aku bertemu berikut pengalamannya, mungkin lebih tajam dari lensa kalian, hahaha"
Kita tentu setuju kalau dokumentasi dan mengabadikan momen itu penting, harus dan kudu dilakukan, bahkan sangat penting. Apalagi untuk public figure (termasuk penting untuk saya) atau orang yang justru pekerjaannya adalah mengabadikan momen seperti fotografer dan turunannya.Â
Tetapi yang keliru kemudian adalah, ketika kesibukan mengabadikan momen itu justru menyedot begitu banyak atensi kita, sehingga kita justru kehilangan momentum yang kita tunggu-tunggu yaitu menikmati liburan itu sendiri.
"Liburanlah dengan memasukkan jiwa Anda ke dalamnya. Jangan hanya fisik Anda" (TauRa)
Bagaimana dengan Anda, sudah mulai berlibur? Kalau belum, maka berliburlah dengan cara Anda sendiri dan nikmati setiap momennya. Jika sudah mulai berlibur, maka nikmatilah liburan Anda dan pastikan jiwa Anda masuk ke dalam liburan itu selain fisik, agar setelah liburan usai, Anda tidak dengan cepat berkata : "Sepertinya aku butuh liburan lagi deh.."
Semoga bermanfaat
Salam
TauRa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H