Mohon tunggu...
TauRa
TauRa Mohon Tunggu... Konsultan - Rabbani Motivator, Penulis Buku Motivasi The New You dan GITA (God Is The Answer), Pembicara Publik

Rabbani Motivator, Leadership and Sales Expert and Motivational Public Speaker. Instagram : @taura_man Twitter : Taufik_rachman Youtube : RUBI (Ruang Belajar dan Inspirasi) email : taura_man2000@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Liburan Bukan (Saja) di Raga tapi di Jiwa

29 Oktober 2020   08:35 Diperbarui: 29 Oktober 2020   08:43 625
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seringkah Anda menjumpai teman yang setelah pulang dari liburannya masih belum bisa move on dari liburan itu? Dia sibuk menceritakan keseruan liburannya dan tiba-tiba saja beberapa hari kemudian dia sudah merasa jenuh dan ingin merasakan liburan lagi?

Atau jangan-jangan Anda juga bagian dari orang-orang yang seperti ini? Jika iya, maka segeralah bertaubat, hahaha. Bisa jadi ada yang salah dalam cara Anda menjalani liburan itu.

Lalu pertanyaannya, apa yang salah? Tenang, jangan tergesa-gesa. Secara sederhana akan coba kita temukan jawabannya.

Liburan Dengan Raga (Saja)

Dalam sebuah penelitian, dikatakan kalau lebih dari 60% orang tidak bisa menikmati liburannya karena berbagai hal. Dan tahukah Anda apa salah satu hal yang membuat orang tidak bisa menikmati liburannya itu?

Mau tau aja atau mau banget? Baiklah. Ini jawabannya. Mereka yang tidak bisa menikmati liburannya (salah satunya) adalah mereka yang hanya liburan untuk menyegarkan dan membahagiakan fisiknya saja. 

Dengan kata lain, dia sibuk eksis dengan fisiknya di tempat-tempat wisata itu. Dia terlalu sibuk menggunakan HP nya untuk mendokumentasikan semua yang dianggapnya sangat penting itu. Padahal, tahukah Anda berapa lama seseorang (terbiasa) melihat foto lamanya lagi? Tidak lebih dari 30 detik, teman.

Artinya, ketika dia sedang sibuk liburan dengan kebahagian fisiknya, maka pada saat itu sesungguhnya dia sudah kehilangan momentum sesungguhnya dari liburan, yang akan kita urai di bawah ini.

Liburan Dengan Jiwa

Dalam sebuah rombongan liburan yang saya ikuti, kami singgah ke sebuah pantai yang indah. Pada saat itu, saya dianggap (menghilang) dari hampir semua (tidak semua ya..) dokumentasi yang ada. Ketika teman-teman berkomentar tentang hal itu, saya sama sekali tidak merasa ada yang disayangkan dalam hal kurang terdokumentasinya wajah saya secara secara berjamaah.

Dalam keterasingan (yang dianggap mereka) itu, saya justru sangat menikmati setiap tarikan napas yang segar. Sambil memejamkan mata saya menikmati udara yang masuk ke paru-paru, lalu menghembuskannya kembali. 

Saya juga mendengar dengan jelas deburan ombak, desiran angin dan seterusnya dengan penuh kenikmatan. Sungguh, suatu nikmat yang luar bisa kalau kita bisa menikmati setiap momennya dengan totalitas dan menghadirkan jiwa kita di dalamnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun