Mohon tunggu...
TauRa
TauRa Mohon Tunggu... Konsultan - Rabbani Motivator, Penulis Buku Motivasi The New You dan GITA (God Is The Answer), Pembicara Publik

Rabbani Motivator, Leadership and Sales Expert and Motivational Public Speaker. Instagram : @taura_man Twitter : Taufik_rachman Youtube : RUBI (Ruang Belajar dan Inspirasi) email : taura_man2000@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sebuah Cerita tentang Ikan

16 September 2020   22:05 Diperbarui: 16 September 2020   22:08 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sebuah cerita tentang ikan (sumbe:rumah.com)

Suatu hari di sebuah kereta, ada seorang bapak yang mengamati perilaku seorang pria paruh baya lainnya. Dia mengamati bapak itu mengeluarkan seekor ikan dari dalam sakunya untuk di makan di dalam sebuah nasi bungkusnya. Pelan dia mengamati perilaku si bapak. Bapak yang sedang makan itu pelan-pelan memakan nasi dan lauk pauknya, termasuk ikan yang sudah digabungkannya bersama lauk lainnya.

Setelah beberapa saat, semua makanan itu hampir habis dan hanya menyisakan kepala ikan. Bapak itu tiba-tiba berhenti dan memasukkan sisa kepala ikan itu ke dalam bungkusan dan memasukkannya kembali ke dalam saku nya.

Bapak yang dari tadi memperhatikan si Bapak yang sedang makan, langsung mendatanginya dan bertanya :

"Kenapa Anda menyisakan kepala ikan itu?" tanya si Bapak yang mengamati sedari tadi.

"Saya menyisakannya karena justru di bagian kepala lah letak gizi tertinggi dari ikan itu, dan saya akan memakannya nanti.." balas nya.

"Maukah Anda memberikannya untuk saya..?"

"Boleh, saya akan menjualnya 10 Dollar kepada Anda.."

"Baik, ini 10 Dollar"

"Ini ikannya, terima kasih.." Sang Bapak berlalu dan turun dari kereta.

Si bapak yang baru saja membeli kepala ikan itu mendadak sadar, kalau seharusnya dia bisa membeli beberapa ikan utuh dengan 10 dollar itu, dibandingkan hanya mendapatkan kepala ikan bekas." Dia terlihat menyesal.

***

Berapa banyak dari kita yang sering menjadi si Bapak yang membeli kepala ikan itu. Kita sering melihat kalau apa yang ada pada orang lain, jauh lebih berharga di banding apa yang kita miliki saat ini. 

Bahkan, seringkali kita rela menukar apa yang kita miliki, yang sebenarnya jauh lebih berharga, dengan milik orang lain yang ternyata tidak lebih berharga dari yang kita punya.

Kita (mungkin) rela menukar liburan di tengah pandemi daripada tetap berdiam diri di rumah, padahal biaya liburan di tengah pandemi pasti lebih tinggi di banding tetap berdiam di rumah, belum lagi dengan risiko yang lebih tinggi. 

Kita (mungkin) rela menukar kesetiaan pasangan kita di rumah hanya untuk naluri dan hasrat sesaat bersama rekan kantor. Dan banyak hal lainnya milik kita yang rela kita tukar dengan sesuatu yang kita anggap lebih berharga, padahal justru milik kita lah yang jauh lebih berharga di banding milik orang lain.

Apa yang kita lakukan persis seperti si Bapak yang rela menukar uangnya hanya untuk sebuah kepala ikan yang padahal dengan uang itu dia bisa membeli ikan yang utuh dengan kepala yang utuh pula.

Kita perlu mengetuk hati kita lebih sering, berdialog dengannya lebih rutin dan berkonsultasi dengannya lebih intens, bahwa begitu banyak hal di dunia ini yang kita miliki adalah hal yang unik dan pasti tidak dimiliki orang lain. Kita hanya perlu bersyukur dan berpikir sejenak, bagaimana memanfaatkan semua yang kita miliki untuk kemaslahatan kita, keluarga dan masyarakat luas, dibanding terus mengamati apa yang ada pada orang lain. Ayo, coba kita pikirkan sejenak.

Semoga bermanfaat

Be The New You

TauRa

Rabbani Motivator dan Penulis Buku Motivasi "The New You"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun