Itu adalah pilihan sebagaimana mempertahankan rumah tangga juga pilihan. Semua pilihan punya konsekuensinya masing-masing dan setiap orang tentu berhak berdiri di atas pilihannya.Â
Dan perlu diingat, bahwa salah satu konsekuensi dari cerai tentu saja adalah "kecacatan" selamanya yang bahkan kalau pun dipasang dengan "kaki palsu", tetap saja tidak akan menghilangkan "status" cacat itu selamanya.
"Tetapi kan lebih baik cacat daripada mati..?"
Tentu selagi masih ada nafas di dalam diri, masih ada peluang untuk bersyukur dengan apapun kondisi kehidupan kita saat ini. Ingat, sepelik apapun kondisi kita saat ini, pada akhirnya yang membedakan antara satu orang dengan orang yang lain adalah bagaimana dia bisa menyikapi situasi yang sedang terjadi. kata kuncinya adalah Sikap dalam menghadapi sebuah situasi yang pada akhirnya bisa menentukan jalan cerita yang berbeda.
Ramai Kasus Perceraian di tengah situasi yang ada saat ini tidak perlu dirisaukan. Dari zaman seribu sampai zaman dua ribuan sekarang ini, permasalahan pasti sudah ada dalam biduk rumah tangga dan tentu banyak yang berakhir dengan perpisahan.
Tugas kita bukan "menduplikasi" sesuatu yang kurang baik itu, tetapi belajar dari pengalaman masa lalu, untuk kemudian kita bawa dikehidupan kita saat ini dan kita sesuaikan dengan situasi yang ada dan tentu saja dengan mengambil sari baiknya dan mencampakkan sari buruknya.
Baca : "Berdua bertengkar selalu lebih baik daripada damai sendirian" (TauRa)
Semoga bermanfaat dan selamat menjadi pribadi yang baru
Be The New You
TauRa
Rabbani Motivator, Pembicara Publik dan Penulis Buku Motivasi "The New You"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H