Andi (bukan nama sebenarnya),mendadak rumahnya gelap tiba-tiba. Dika, teman dan juga sahabatnya yang berjarak beberapa belas rumah melihat dari kejauhan kenapa rumah Andi mati di malam hari? padahal semua rumah menyala. Dika penasaran dan menelepon Andi untuk menanyakan apa yang terjadi dan apakah semua baik-baik saja.
Dengan bahasa setengah gagap, Andi menjawab kalau token listriknya habis dan dia sama sekali tidak punya uang lagi untuk membeli token. Dika segera membantu membelikan token listrik dan listrik rumah Andi pun menyala kembali.
Andi lalu bercerita kalau dia sudah 3 bulan lalu di PHK dan uang yang dia punya perlahan sudah habis hingga akhirnya malam ini adalah puncaknya. Andi sambil sesekali seperti mengusap air mata menceritakan hal ini ke sahabatnya Dika, karena dia tidak ingin ada orang lain yang tahu tentang kesulitannya, termasuk Dika.
Dika yang juga hanya karyawan rendahan sangat paham kondisi Andi dan menyemangatinya untuk melalui situasi yang tidak mudah ini.
***
Andi bisa jadi adalah 1 dari jutaan orang yang hari ini sudah dirumahkan oleh perusahaannya masing-masing. Apakah Andi dan keluarganya menderita? sudah tentu. Apakah ada yang bisa dilakukan Andi untuk mengubah situasinya menjadi lebih baik? Mungkin tidak sesederhana itu. Andi hanyalah tipe pekerja biasa yang mungkin tidak punya kreativitas tinggi dan modal uang yang cukup untuk memulai ini dan itu seperti orang lain.
Bagaimana kalau pertanyaannya kita balik? dimana posisi kehadiran Negara untuk orang seperti Andi dan jutaan Andi-andi lainnya? tentu itu adalah suara jeritan hati Andi yang mempertanyakan dimana Negara disaat dia sedang sangat tidak berdaya seperti ini.
Dika lalu bertanya lagi, apa harapan Andi yang lain di hari Ulang Tahun Indonesia yang akan jatuh sebentar lagi. Harapan Andi tidak banyak, dan mungkin harapan ini mewakili harapan jutaan manusia Indonesia lain yang mungkin mengalami hal seperti Andi atau bahkan lebih buruk.
1. Bisa Makan dan Sekolah Anak
Ini adalah asa pertama seorang Andi. Dia dan keluarganya bisa makan dan melanjutkan hidup dan bisa membayar uang sekolah anaknya. Jika pemerintah membuat program dengan kartu pra-kerjanya, tentu itu bagus. Tetapi apakah itu bisa mencukupi biaya makan dan sekolah Anak Andi? Entahlah.Â
Yang lebih menariknya lagi, disaat semua anak sekolah harus belajar dari rumah, darimana lagi Andi harus mencari uang pulsa untuk kuota? sedangkan untuk makan saja Andi sudah tidak sanggup lagi. Okelah rencananya akan diberikan pulsa, kemana pulsa itu akan diletakkan karena HP Andi saja sudah dijual?
Apakah mungkin pemerintah menganggap Andi ini hanyalah satu-satunya orang yang tidak beruntung saja, dan tidak bisa mewakili orang banyak lain yang lebih kreatif, lebih beruntung dan seterusnya. Rasanya tidak sesederhana itu. karena sayangnya, orang seperti Andi ini nyata, dan "sayangnya" juga dia adalah warga Negara Indonesia yang memiliki hak yang sama di mata Negara dan artinya Negara berkewajiban memberikan bantuan terhadap rakyatnya.
2. Bisa Dapat Pekerjaan yang Lain
Andi bukan tidak berusaha, lebih kurang 100 lamaran sudah ia kirimkan melalui situs lowongan kerja online maupun secara manual, dan sayangnya masih belum ada panggilan. Wajar kalau kemudian Andi kembali bertanya, dengan berusaha sekeras ini, saya merasa seperti dibiarkan pemerintah untuk mencari kehidupan saya sendiri, saya belum merasakan kehadiran pemerintah dalam membatu saya mendapatkan pekerjaan. Itu minimal yang dirasakan oleh Andi.
Pertanyaan selanjutnya adalah, langkah apa yang sudah dilakukan pemerintah untuk menjawab kesulitan Andi ini? Ya, Pemerintah sudah berusaha dengan mengeluarkan bantuan sebesar Rp 600 ribu selain kartu pra-kerja. Satu diantara keduanya mungkin harapannya bisa didapatkan oleh Andi. Tetapi bisa jadi juga Andi tidak kebagian kuota di gelombang ini sambil berharap dapat kuota di gelombang selanjutnya, sementara kehidupan Andi terus berlanjut.
Apakah Andi harus terjerat hutang (itupun jika ada yang meminjaminya uang), dan pemerintah akan menganggap, ya itu masalah Andi sendiri, kan dia yang berhutang. Apakah sesederhana itu? mungkin tidak demikian. Ini adalah harapan Andi yang kedua sebagai orang yang mengalami situasi sulit.
3. Bisa Bayar Kebutuhan Dasar (air,listrik dan minum dll)
Andi sangat malu dengan Dika karena sampai dibelikan token oleh Dika. Tetapi Andi tidak bisa menolak lagi. Karena dia memang sangat butuh hal itu. Benar ada gratis listrik dan diskon 50%, tetapi Andi juga tidak bisa mendapatkannya karena rumah itu kontrakan (rumah orang lain) dan ketika dia coba input (sesuai info beberapa temannya), pesan yang muncul kalau dia (listrik di rumah itu)tidak termasuk yang dapat fasilitas. Padahal watt nya juga sesuai dengan batas yang seharusnya dapat diskon 50%.
Tetapi Andi tidak tahu harus mengadu ke siapa. Dia tidak punya link pengaduan, Info yang dia dapatpun sangat terbatas, apalagi setelah HP nya harus dijual. Apakah mungkin pemerintah akan mengatakan, ya itu salah Andi sendiri, mengapa tidak update informasi yang diberikan pemerintah? yang terjadi di lapangan tidak sesederhana itu, teman ! Andi sudah berusaha sesuai kemampuannya, tetapi dia seperti merasa tidak "dianggap" atau dipedulikan menjadi warga Negara Indonesia, minimal itu pikiran Andi. padahal KTP Andi seratus persen adalah WNI.
Andi menunduk lesu seperti merasa tidak punya harapan lagi. Dika mencoba menghibur Andi dan menanyakan Andi sebuah pertanyaan pamungkas.
"Jadi, Andi, apa yang paling kau harapkan di hari ulang tahun Indonesia ini untuk dirimu dan keluarga?" Tanya Dika.
"Sekarang aku sudah tidak mengharapkan apa-apa lagi, karena aku khawatir akan kecewa kalau mengharap kepada manusia. Sekarang harapanku hanyalah Allah, sang Pencipta yang pasti tidak mungkin akan meninggalkanku.." Tutup Andi sambil menghela nafas panjang.
Semoga asa korban PHK seperti Andi bisa terjawab dan terkabul ! Aamiin.
Selamat HUT 75 RI, Majulah Negeriku, Jayalah Bangsaku !
TauRa
Rabbani Motivator
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H