Mohon tunggu...
TauRa
TauRa Mohon Tunggu... Konsultan - Rabbani Motivator, Penulis Buku Motivasi The New You dan GITA (God Is The Answer), Pembicara Publik

Rabbani Motivator, Leadership and Sales Expert and Motivational Public Speaker. Instagram : @taura_man Twitter : Taufik_rachman Youtube : RUBI (Ruang Belajar dan Inspirasi) email : taura_man2000@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

Di Balik Ideologi yang "Dilahirkan" Sillicon Valley

11 Agustus 2020   09:54 Diperbarui: 11 Agustus 2020   10:18 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : Sillicon Valley sebagai pusat start up (sumber:ibukotakita.com)

Jika kita bicara tentang dunia teknologi, maka yang menjadi kiblat adalah Sillicon Valley. Dalam setiap perlombaan teknologi di seluruh dunia, termasuk di Indonesia,misalnya perlombaan di bidang start up dan seterusnya, para pemenang utama biasanya akan mendatapkan paket belajar dan perjalanan ke Sillicon Valley, California, Amerika Serikat. 

Tentu menjadi pertanyaan kita adalah kenapa harus ke Sillicon Valley? yang pertama tentu saja sudah di jawab di awal karena Sillicon Valley sudah diakui sebagai kiblatnya orang untuk "belajar" dan melihat langsung kemajuan perusahaan teknologi, contohnya Google.

Tentu dengan melihat ke perusahaan yang lebih baik dari kita diharapkan akan timbul jiwa "persaingan" dan kerja keras yang lebih yang pada akhirnya akan membuat kita jauh lebih baik dan lebih sukses khususnya dalam hal yang berkaitan dengan teknologi, karena untuk belajar, maka sah dan boleh dari siapa saja yang lebih baik dari kita.

Pertanyaan selanjutnya tentu saja adalah : "Bagaimana mereka (Sillicon Valley) membangun mental itu dan paradigma itu, sehingga diakui oleh dunia sebagai "kiblatnya" atau pusatnya teknologi? ternyata mereka memiliki ideologi sendiri yang selalu mereka anut (tentang teknologi) yaitu :

"Every problem has a technological solution"

Mereka meyakini bahwa setiap masalah yang terjadi dimuka bumi ini, pasti selalu ada solusi teknologinya. Sulit melihat wajah keluarga yang diluar negeri, ada video call. Sulit memesan taksi, ada taksi online.

Sulit memesan makanan di luar ketika hujan, ada makanan pesan antar dan begitu seterusnya. Dengan pemahaman yang mereka bangun ini, maka jangan kaget akan selalu muncul hal-hal baru dan teknologi baru di waktu yang akan datang. 

Lalu, dengan pendekatan yang mereka lakukan ini, bagaimana kita sebagai individu melihatnya?

Melihat dalam berbagai sudut pandang

Manfaat : Salah satu manfaat teknologi adalah untuk memudahkan manusia dan tentu saja itu harus kita akui sangat bermanfaat untuk kita sebagai pengguna. Selain memudahkan tentu saja akan menghemat waktu kita dalam melakukan banyak hal, bisa mengerjakan hal lain sambil melakukan hal lain (efektif) dan seringkali menjadi lebih murah dan hemat dibanding secara manual atau offline.

Semua manfaat ini bisa kita ambil dan gunakan untuk menjadikan kita pribadi yang lebih efektif dan efisien dalam banyak hal.

Mudharat : Salah satu hal yang akan berdampak buruk adalah akan semakin berkurangnya penggunaan sentuhan manusia dengan kehadiran teknologi. Benar bahwa dengan kehadiran teknologi berpotensi membuka peluang kerja baru, tetapi di saat bersamaan pengurangan manusianya akan lebih banyak di banding penggunaan karyawan barunya. 

Hal ini tentu saja berpotensi mengurangi jumlah pekerja. Bukan cuma pekerja, jumlah pekerjaan pun semakin lama akan semakin tergerus dengan penggunaan teknologi. Belum lagi jika bicara dampak, penggunaan teknologi juga bisa berdampak kurangnya interaksi "fisik" antar manusia yang mana itu sangat diperlukan dalam membangun emosional yang tidak bisa dilakukan dengan menggunakan teknologi.

Netral : Ada lagi orang yang tidak melihat dampak apa-apa dengan kehadiran teknologi. Dia merasa sama saja, karena bisa jadi dia tidak mengikuti perkembangan teknologi itu dan memilih bertahan dengan cara-cara lama dan ternyata tetap terbukti ampuh dan ada peminatnya. 

Misalnya Delman di Yogja, mereka tidak akan mengganti "kereta kudanya" dengan kereta robot atau sejenisnya meskipun teknologi kuda atau robot suatu hari nanti mungkin ada, minimal untuk saat ini, mereka tetap sama saja melayani orang secara offline dan tetap saja ada pelanggannya. Kalau nanti kemudian pemesanannya sudah bisa menjadi online, tentu itu hal lain (belum tentu mereka mau).

Becak bermotor (betor) di Medan adalah contoh yang lain, meskipun di gempur dengan ojek online disana-sini, mereka tetap bertahan dan selalu saja ada pelanggannya yang kebanyakan adalah ibu-ibu yang belanja di pasar dan mungkin tidak punya aplikasi online. Entah sampai kapan mereka bertahan tentu perlu kita lihat, tetapi minimal mereka melihat kemajuan teknologi dengan biasa saja.

Lalu pertanyaan selanjutnya adalah dimana posisi kita? terserah. Semua punya sudut pandangnya masing-masing. Jika Sillicon Valley saja berhak untuk punya pemikirannya sendiri tentu setiap kita juga berhak punya pilihan kita masing-masing.

Apakah kita akan melihat hal ini (kemajuan Teknologi) sebagai sebuah manfaat untuk kita, atau justru melihatnya lebih banyak mudharat nya sehingga kita tidak mau menggunakannya, atau bahkan kita biasa saja dengan kehadirannya? Semua berpulang ke diri kita masing-masing.

Semoga bermanfaat dan selamat menjadi pribadi yang baru.

Be The New You

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun