Mohon tunggu...
deddy Febrianto Holo
deddy Febrianto Holo Mohon Tunggu... Relawan - Semangat baru

Rasa memiliki adalah perlindungan alam yang terbaik

Selanjutnya

Tutup

Pulih Bersama

Menuju Hari Bumi 2023: Kartini NTT Menyuarakan Keadilan Iklim dan Mencegah Bencana Ekologis

16 April 2023   01:51 Diperbarui: 16 April 2023   02:04 582
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Dewasa ini perempuan kehilangan akses dan kontrol terhadap sumber daya alam akibat industry ekstraktif
Data PBB 80% Perempuan paling terdampak dari adanya krisis iklim


Para aktivis lingkungan hidup di Nusa Tenggara Timur melakukan long march di sepanjang jalan El Tari tepat di depan gerbang kantor gubernur NTT mereka menyerukan berbagai isu yang terkait dengan lingkungan dan perubahan iklim pada saat melakukan  car free day.


Dengan membawa berbagai poster bertuliskan "bumi hanya satu, energi bersih buat rakyat, Nusa Tanpa Tambang, jangan biarkan Komodo punah, selamatkan ekosistem cendana, selamatkan ruang hidup rakyat, krisis iklim dan krisis pangan" merupakan sikap kritis  anak muda NTT dalam menyambut Hari Bumi 22 April 2023 mendatang.


Mereka ingin menyampaikan kepada dunia untuk menengok bumi hari ini yang sedang rapuh akibat berbagai kegiatan ekonomi industry yang tidak mementingkan lingkungan hidup dan berakibat pada pemanasan global. Aksi yang dilakukan para aktivis lingkungan sebagai wujud protes kepada dunia agar benar-benar berkomitmen mewujudkan keadilan ekologis khususnya bagi perempuan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.


Seperti penggalan lirik lagu berjudul "Rumah" yang dilantunkan oleh Derre telah membawa pesan penting bagi kita bahwa bumi adalah rumah kita, satu-satunya tempat kita tinggal, oleh karena itu kita semua perlu menjaganya dengan baik.


Perempuan memiliki peran yang sangat penting dalam mitigasi perubahan iklim, mereka mampu melestarikan alam dan mengelolanya dengan naluri keibuannya. Namun, justru hari ini perempuanlah yang paling terkena dampak yang paling besar dari perubahan iklim.


Data PBB menyebutkan bahwa 80 persen perempuan menjadi kelompok terdampak adanya perubahan iklim, karena perempuan berperan sebagai perawat dan penyedia makanan. Sehingga akan memberi dampak pada pangan, lingkungan, kesehatan, energi, sosial budaya hingga perekonomian.  


Tahun ini Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) NTT mengambil tema besar tentang " Perempuan Merawat Keadilan Antar Generasi, Mencegah Bencana Ekologis". Tema ini merupakan bentuk sikap kegelisahan besar  perempuan menolak solusi palsu yang selama ini diwacanakan oleh pengambil kebijakan dalam mengelola sumber daya alam yang adil dan berkelanjutan. Namun, sejatinya tidak mencerminkan azas keadilan dan keberlanjutan.


Selain melakukan seruan di jalanan, para aktivis lingkungan di NTT yang tergabung dalam Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI NTT) juga melakukan serangkaian road show pendidikan kritis lingkungan hidup di beberapa kampus dengan melakukan diskusi film story of stuff. Tujuannya adalah untuk memberikan kesadaran publik terhadap generasi muda tentang persoalan lingkungan hidup.


Suara perempuan di NTT dalam aksi menuju hari bumi sebagai pertanda bahwa perempuan hari ini telah kehilangan akses dan kontrol terhadap sumber daya alam yang selama ini menjadi sumber kehidupan. Hal ini pengaruhi oleh berbagai regulasi seperti perpu cipta kerja yang melanggengkan izin alih fungsi hutan untuk kepentingan investasi.


Perempuan NTT memiliki ikatan yang sangat kuat dengan alam. Namun, dengan regulasi yang meminggirkan perempuan dengan sumber daya alamnya tentu akan sangat berdampak terhadap nilai-nilai lokal yang sudah terbangun ratusan tahun dalam urusan pelestarian lingkungan.


Seperti kisah perempuan Timor, Sumba, dan Flores di NTT yang menjadi korban dari masifnya pembangunan ekstraktif harus berjuang mempertahan alamnya dari serakahnya pembangunan, akibatnya perempuan kehilangan ruang hidupnya dan di kriminalisasi bahkan sering mengalami kekerasan.


Oleh karena itu, seruan perempuan NTT menjelang Hari Kartini dan Hari Bumi 2023 menjadi pengingat (warning) kepada pemangku kebijakan agar benar-benar mewujudkan keadilan ekologis dan melindungi hak-hak dan ruang hidup perempuan dengan cara melibatkan perempuan dalam merencanakan berbagai kebijakan pembangunan yang bersentuhan dengan sumber penghidupannya sehingga tidak terjadi ketimpangan.


Deddy Febrianto Holo
Divisi Perubahan Iklim dan Kebencanaan WALHI NTT

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pulih Bersama Selengkapnya
Lihat Pulih Bersama Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun