Perempuan NTT memiliki ikatan yang sangat kuat dengan alam. Namun, dengan regulasi yang meminggirkan perempuan dengan sumber daya alamnya tentu akan sangat berdampak terhadap nilai-nilai lokal yang sudah terbangun ratusan tahun dalam urusan pelestarian lingkungan.
Seperti kisah perempuan Timor, Sumba, dan Flores di NTT yang menjadi korban dari masifnya pembangunan ekstraktif harus berjuang mempertahan alamnya dari serakahnya pembangunan, akibatnya perempuan kehilangan ruang hidupnya dan di kriminalisasi bahkan sering mengalami kekerasan.
Oleh karena itu, seruan perempuan NTT menjelang Hari Kartini dan Hari Bumi 2023 menjadi pengingat (warning) kepada pemangku kebijakan agar benar-benar mewujudkan keadilan ekologis dan melindungi hak-hak dan ruang hidup perempuan dengan cara melibatkan perempuan dalam merencanakan berbagai kebijakan pembangunan yang bersentuhan dengan sumber penghidupannya sehingga tidak terjadi ketimpangan.
Deddy Febrianto Holo
Divisi Perubahan Iklim dan Kebencanaan WALHI NTT
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H