Latar belakang
Sejak awal Kiai Haji Ahmad Dahlan mendorong perempuan untuk menempuh pendidikan, baik di pendidikan formal umum maupun keagamaan. Berbeda dengan konstruksi sosial saat itu menyatakan bahwa perempuan tidak perlu menempuh pendidikan secara formal. Tapi sebaliknya, KH Ahmad Dahlan mendorong anak gadis rekannya atau saudara teman-temannya untuk bersekolah. Para gadis inilah yang kemudian mengenyam pengkaderan ala KH Ahmad Dahlan juga temannya, serta Siti Walidah atau Nyai Dahlan.
Muhammadiyah adalah organisasi Islam yang cukup mapan
menempatkan perempuan setara dengan laki-laki. Kiai Ahmad Dahlan dibantu Nyai Walidah
menggerakkan perempuan untuk memperoleh ilmu, melakukan aksi sosial di luar rumah yang bisa
disebut radikal dan revolusioner saat itu. Kaum perempuan didorong meningkatkan kecerdasan
melalui pendidikan informal dan nonformal seperti pengajian dan kursus-kursus.
Banyak wanita masa kini memperjuangkan haknya karena mereka merasa norma agama menghambat kemajuan. Agama sering disalahartikan dan digunakan untuk melegitimasi budaya patriarki yang menempatkan laki-laki di atas perempuan. Ini adalah kesalahpahaman, karena Islam sejak awal telah menunjukkan komitmennya untuk memberdayakan perempuan.Gerakan wanita Islam memiliki banyak nilai positif. Perempuan yang mendapatkan akses pendidikan dapat berkarya di berbagai bidang dan mencapai banyak hal positif.Namun, penelitian tentang bagaimana gerakan wanita Islam berinteraksi dengan gerakan sosial lainnya masih terbatas. Kajian ini perlu dilakukan untuk memahami perkembangan gerakan wanita Islam secara menyeluruh.Perempuan Islam adalah garda depan dalam gerakan sosial. Mereka aktif dalam memahami dan menyelesaikan masalah perempuan, serta dalam memperjuangkan perubahan positif.Gerakan muslimah, baik individu maupun organisasi, telah memberikan pengaruh positif. Mereka mendorong perubahan ke arah yang lebih baik dalam berbagai bidang kehidupan.
Aisyiyah, organisasi wanita Islam terbesar di Indonesia, bergerak di bidang non-politik dan telah berkiprah di seluruh penjuru negeri. Awalnya bagian dari Muhammadiyah, Aisyiyah menjadi organisasi otonom di tahun 1952 karena kemandiriannya dalam mengelola organisasi.
Aisyiyah bertujuan untuk meningkatkan kesadaran beragama dan berorganisasi bagi para anggotanya. Organisasi ini mengajak para anggotanya untuk menciptakan "Baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur", yaitu kehidupan yang bahagia dan sejahtera di dunia dan akhirat, penuh limpahan rahmat Allah SWT.
*Rumusan Masalah :*
1.Bagaimana peran perempuan muhammadiyah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara ?
2.Bagaimana peran Aisyiyah sebagai  organisasi pemberdayaan perempuan ?
*Pembahasan*
Pembahasan
1.peran perempuan muhammadiyah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
Aisyiyah, dengan tugas dan peran sederhana, telah banyak berkarya di berbagai bidang. Mereka bergerak di bidang pendidikan, kewanitaan, PKK, kesehatan, dan organisasi wanita. Pimpinan pusat Aisyiyah fokus pada pembinaan muslimah agar berpakaian muslimah yang baik, bermoral, dan bermental luhur. Mereka juga memberikan bimbingan perkawinan dan kerumahtangganan, tanggung jawab istri dalam dan di luar rumah tangga, motivasi keluarga sejahtera, keluarga bahagia, serta bimbingan pemeliharaan bayi sehat, keluarga berencana, dan berislam.
Aisyiyah bergerak dalam bidang dan organisasi gerakan putri Islam. Mereka aktif di bidang keagamaan, kemasyarakatan, dan keputrian. Juga memberikan terobosan baru dengan mengadakan kegiatan SP (Siswa Praja) wanita, mendomestifikasi wanita dalam kegiatan-kegiatan rumah tangga, serta membekali wanita dan putri-putri Muhammadiyah dengan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan. Aisyiyah juga mengadakan tablig ke luar kota dan kampung-kampung, mengadakan kursus administrasi, dan ikut memasyarakatkan organisasi Muhammadiyah.
 Kegiatan SP (Siswa Praja) wanita merupakan terobosan inovatif dalam melakukan emansipasi wanita di tengah kultur masyarakat feodal saat itu. Kultur patriarkis mendominasi wanita dalam kegiatan-kegiatan rumah tangga. Orang tua sering melarang anak perempuannya keluar rumah untuk aktivitas-aktivitas emansipatif. SP (Siswa Praja) wanita mendobrak kultur patriarkis dan feodal ini dengan membekali wanita dan putri-putri Muhammadiyah dengan berbagai pengetahuan dan keterampilan.
 Prinsip gerakan Aisyiyah adalah membentuk pribadi putri Islam yang berarti bagi agama, keluarga, dan bangsa. Tujuan organisasi ini adalah menuju terwujudnya masyarakat utama, adil, dan makmur yang diridhai oleh Allah SWT.
2.Peran Aisyiyah sebagai organisasi pemberdayaan perempuan.
Organisasi Aisyiyah merupakan organisasi perempuan Persyarikatan dari Muhammadiyah, merupakan gerakan Islam dan dakwah amar makruf nahi mungkar, yang berazaskan Islam. Aisyiyah didirikan di Yogyakarta tanggal 22 April 1917 dan resmi dideklarasikan pada tanggal 19 Mei 1917. Berdirinya organisasi Aisyiyah tidak lepas dari sejarah Organisasi yang menaunginya. Pendiri dari Muhammadiyah sendiri sangat memperhatikan pembinaan terhadap kaum perempuan. Aisyiyah berjuang mengenai hak dan peran perempuan serta mengangkat derjat kaum perempuan.bahwa berdirinya organisasi Aisyiyah berdiri dipengaruhi beberpa faktor baik dari dalam maupun dari luar. Faktor pendukung bergeraknya organisasi dipengaruhi peran tokoh-tokoh perempuan yang berperan dalm Aisyiyah dan menjadi kader Aisyiyah sendiri. adanya persaman perjuangan dengan organisasi perempuan lainnya, akhirnya muncul federasi perempuan yaitu Kongres Wanita Indonesia. Secara nasional Aisyiyah berjuang bersama organisai lainya dalam memperjuangkan hak dan derajat kaum perempuan. Secara keorganisasian Aisyiyah berjuangan bersama anggotanya dengan mendirikan Frobel School, Kweekschol, Nasyiatul Aisyiyah, Wa al-Ashri, AdzDhakirat, Magribi School. Aisyiyah menggunakan media cetak untuk penyebaran dakwahnya, media tersebut bernama Suara Aisyiyah. Aisyiyah dan organisasi perempuan mengalami masa sulit saat kependudukan Jepang. Gerakan perempuan dilarang sebagai gantinya didirikan Fujinkai. Tujuannya Fujiankai ialah sebagai pendukung dan melengkapi tentara Jepang. Tugasnya membuat seragam, mendirikan dapur umum, dan didiprong berfikir untuk mengatasi masalah krisis ekonomi. Jepang berusaha untuk memperluas kekuaasaan , namun sebaliknya pemerintah Indonesia memanfaatkan untuk persiapan kemerdekaan Indonesia. Hasil yang dicapai Aisyiyah pada tahun 1917-1945 dalam pemberdayaan perempuan meliputi berbagai hal. Dalam hal pemikiran, Aisyiyah merupakan hal yang baru dalam pembaharuan pemikiran mengenai perempuan Islam Indonesia yang melakukan gerakan untuk mengangkat derajat kaum perempuan serta mendorong kaum perempuan aktif di ruang publik untuk berdakwah. Melalui gerakan pendidikan, Aisyiyah membina generasi muda melalui pendidikan dan pengajian. Aisyiyah berkomunikasi dengan efektif melalui media cetak Suara Aisyiyah yang menyampaikan informasi sekaligus menjadi media dakwahnya. Sebagai organisasi nasional yang lahir pada masa penjajahan, ikut aktif dalam kegiatan membela dan memajukan bangsa dan negara serta aktif dalam proses menuju kemerdekaan Republik Indonesia.
*Penutup*
Kesimpulan
Perempuan Muhammadiyah, melalui organisasi Aisyiyah, memainkan peran penting dalam berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Peran mereka meliputi:
Pendidikan: Aisyiyah bergerak di bidang pendidikan, menyediakan akses pendidikan bagi perempuan dan meningkatkan kualitas pendidikan mereka.
Keagamaan: Aisyiyah aktif dalam dakwah dan pembinaan keagamaan bagi perempuan, serta mendorong mereka untuk memahami dan mengamalkan ajaran Islam dengan baik.
Kemanusiaan: Aisyiyah terlibat dalam berbagai kegiatan kemanusiaan, seperti membantu korban bencana alam dan menyediakan layanan kesehatan bagi masyarakat.
Keterampilan: Aisyiyah membekali perempuan dengan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan, sehingga mereka dapat berkontribusi secara produktif dalam pembangunan bangsa.
Emansipasi Perempuan: Aisyiyah mendobrak kultur patriarkis dan memperjuangkan emansipasi perempuan melalui berbagai program dan kegiatan.
Hasil yang dicapai Aisyiyah dalam pemberdayaan perempuan sampai saat ini cukup signifikan. Mereka telah membawa pembaharuan pemikiran tentang perempuan Islam Indonesia, mendorong perempuan aktif di ruang publik, membina generasi muda melalui pendidikan, dan berkontribusi dalam proses kemerdekaan Indonesia. Aisyiyah terus berkembang dan beradaptasi dengan zaman, sehingga tetap relevan dengan kebutuhan perempuan masa kini.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI