TANTANGAN FILSAFAT TERHADAP KEMAJUAN ISLAM: MEMBAHAS KEMUNDURAN ISLAM MASA KINI
Tauhid Awaludin
Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang
Email: tauhidawaludin306@gmail.com
Islam adalah agama yang kompleks. Saking kompleksnya, Islam dikenal sebagai agama yang kaya akan sejarah dan tradisi. Islam telah banyak menghadapi berbagai tantangan dalam mempertahankan dan memajukan dirinya. Salah satu tantangan utama yang dihadapi saat ini adalah kurangnya penerapan filsafat dalam memahami dan menjawab persoalan-persoalan kontemporer.
Filsafat, dengan kemampuannya untuk merangsang pikiran dan mendalami makna, seharusnya menjadi tonggak utama dalam memajukan pemikiran islam. Namun, ironisnya, penggunaan filsafat dalam konteks keagamaan sering diabaikan atau bahkan dianggap tidak relevan oleh sebagian umat islam masa kini. Ini semua karena terdapat masalah pada cara hidup dan cara berpikir masyarakat muslim dalam mengisi kehidupannya sehari-hari.
Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi lebih dalam mengapa filsafat menjadi kunci penting bagi kemajuan islam, bagaimana kurangnya penggunaan filsafat telah menyebabkan kemunduran dalam berbagai aspek kehidupan umat islam, dan mengapa penting untuk menghidupkan kembali semangat filsafat dalam pemikiran islam masa kini. Oleh karena itu, kita akan membahas satu per satu mengapa filsafat itu menjadi suatu momok yang penting dalam kemajuan islam masa kini. Dengan begitu silahkan baca dan simak penjelasan yang akan dipaparkan berikut ini.
Mengapa filsafat penting dalam kemajuan islam?
 Yaps, ini semua karena sejak awal sejarahnya, filsafat telah memainkan peran penting dalam perkembangan suatu peradaban, terkhusus dalam pemikiran islam itu sendiri. Sehingga kita bisa dapatkan bahwasanya filsafat itu menjadi suatu induk ilmu yang memang wajib untuk dipelajari. Kita bisa melihat bagaimana para filsuf muslim seperti Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Sina, dan Ibnu Rusyd tidak hanya memperkenalkan pemikiran-pemikiran Yunani klasik ke dunia Islam, tetapi mengembangkan tradisi filsafat itu sendiri secara unik dan berbeda tentunya. Para tokoh tersebut telah banyak berkontribusi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan.
Salah satu contoh penting adalah pemikiran ibnu sina tentang bagaimana hubungan antara filsafat dan agama. Ibnu sina memperjuangkan ide bahwa akal budi dan wahyu ilahi tidak bertentangan satu sama lain, melainkan saling melengkapi. Pandangan ini membuka jalan bagi integrasi antara ajaran islam dan warisan filsafat yunani, serta mendukung pengembangan pemikiran ilmiah dan kemajuan filosofis dalam dunia islam.
Namun sayangnya, hingga saat ini semangat umat islam terhadap filosofis mulai meredup seiring berjalannya waktu. Hal ini bisa terjadi, dimulai sejak abad ke-12 Masehi yang mana disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk perdebatan antara kaum teologis dengan kaum filosofis, serta munculnya aliran-aliran konservatif yang menolak pemikiran baru yang dianggap bertentangan dengan ajaran tradisional.
Tak hanya itu, ada salah satu opini yang mengatakan bahwa meredupnya semangat filosofis dikalangan umat islam adalah pemikiran yang dicetuskan oleh al-ghazali. Al-Ghazali merupakan seorang puritan Islam yang filosofinya menganut okasionalisme, yaitu kepercayaan bahwa semua hal itu karena Tuhan/Allah.
Betul, tidak salah, sejatinya semua hal itu ada karena Allah. Tetapi Allah menciptakan alam semesta beserta isinya dan membuat mereka mematuhi hukum-hukum Fisika dan Ilmu Alam lainnya dalam perjalanan hidup sehari-hari. Akhirnya yang terjadi adalah kemunduran filosofi, karena penguasa pada saat itu sangat senang sekali dengan filosofi sang Mujaddid, Al-Ghazali. Kenapa? pemikiran yang close minded seperti ini sangat mudah disalahgunakan dan dijadikan alat kekuasaan karena kecenderungan taqlid buta akan besar sekali.
Padahal Al-Ghazali sendiri tidak melarang tuntutan ilmu dan pemikiran kritis. Akan tetapi okasionalisme ini terlanjur menjadi legitimasi kaum Ulama untuk meredam kaum Cendikiawan kala itu. Setelah kemunduran filosofi terjadi, maka disusul-lah dengan kemunduran-kemunduran lain seperti kemunduran keilmuan (buat apa ke dokter, semua karena Allah kita bisa sembuh), pertahanan (buat apa bagus bagus tembok dan tentara kita, orang Mongol barbar itu tidak punya Allah, Allah menjadikan segalanya menjadi mungkin), dan kemunduran lainnya.
Celakanya pemikiran Al-Ghazali ini (yang disalahgunakan) terlanjur menjadi mainstream, jadi pemikir-pemikir besar seperti Ibnu Sina dan Al-kindi akan sulit sekali muncul dari dunia Islam seperti dulu karena ilmu terpenting, yaitu filosofi, sudah terkunci oleh okasionalisme. Inilah opini yang penulis dapatkan dari beberapa sumber, namun untuk kepastian kebenarannya itu tergantung pada masing-masing pembaca saja.
Kurangnya penerapan filsafat dan kemunduran islam masa kini
Dari keterangan sebelumnya dapat kita tarik kesimpulan bahwasanya dampak dari kurangnya penerapan filsafat dalam pemikiran islam terasa dalam berbagai aspek kehidupan umat islam saat ini. Pertama-tama, dalam bidang ilmiah atau sains, umat islam mulai tertinggal dalam hal inovasi dan penemuan.Â
Padahal jika dilihat kebelakang, yakni pada masa keemasannya, dunia islam menjadi pusat kegiatan dan penemuan, dengan kontribusi besar dalam bidang matematika, astronomi, kedokteran, dan filsafat. Namun, seiring dengan kemunduran penggunaan filsafat, minat dan kemampuan dalam ilmu pengetahuan juga menurun secara signifikan. Hal tersebutlah yang seharusnya menjadikan tamparan bagi kita sebagai umat Islam masa kini.
Selain itu, dalam pemikiran sosial dan politik, umat islam sering kali terbelunggu oleh tradisi dan dogma yang kaku, yang disampaikan baik oleh para ustadz-ustadz maupun ulama. Dogma yang kaku itu seperti, mengajak umat islam untuk lebih mementingkan akhirat dan meninggalkan dunia.Â
Padahal jika kita mau memikirkan secara gamblang, tentu kita akan paham bahwa jika kita ingin selamat di dunia akhirat tentu kita juga harus selamat juga dari dunia ini. Hal inilah yang membuat umat islam masa kini sulit untuk beradaptasi dengan dinamika zaman. Tak hanya itu dogma-dogma yang merasuki masyarakat telah membuat suatu kejumudan yang berkelanjutan.Â
Masyarakat islam khususnya, haruslah menelaah terlebih dahulu informasi-informasi ataupun dalil-dalil yang disampaikan oleh ulama-ulama dan ustadz-ustadz. Jangan hanya menelannya secara mentah-mentah informasi atau dogma yang diberikan oleh ulama dan ustadz tersebut. Ini bisa saja terjadi diluar itu semua, baik dari kalangan islam itu sendiri maupun dari luar agama islam itu sendiri.
Pandangan yang sempit dan kurangnya pemahaman yang mendalam tentang nilai-nilai universitas seperti keadilan, kesetaraan, dan kebebasan telah menghambat kemajuan sosial dan politik di banyak negara yang mayoritas penduduknya beragama islam. Kemunduran ini juga tercermin dalam ketidakmampuan umat islam dalam menanggapi dinamika global secara efektif.Â
Dalam era globalisasi, perubahan-perubahan dalam politik, ekonomi, dan teknologi tidak dapat dihindari. Namun, umat islam sering kali kesulitan untuk beradaptasi dengan perubahan ini, karena kurangnya perspektif yang luas dan fleksibilitas dalam memahami dan menghadapi realitas global.
Menghidupkan kembali semangat filsafat dalam pemikiran
Untuk mengatasi kemunduran ini, sangat penting untuk menghidupkan kembali semangat filsafat dalam pemikiran islam masa ini. Pertama-tama, umat islam perlu memahami bahwa filsafat bukanlah musuh agama, tetapi sekutu yang potensial. Filsafat dapat membantu umat islam untuk memahami ajaran agama dengan lebih mendalam dan kontekstual, serta memberikan kerangka yang kokoh untuk menjawab persoalan-persoalan kehidupan yang kompleks.
Selanjutnya, penting  untuk mengembangkan pendidikan yang menekankan pentingnya filsafat dalam pemahaman agama dan dunia. Ini dapat dilakukan melalui penyertaan mata pelajaran filsafat dalam kurikulum pendidikan, serta melalui promosi kegiatan-kegiatan diskusi dan debat yang mempertajam keterampilan berfilsafat dan kritis.
Selain itu, perlu juga adanya dukungan dari para pemimpin agama dan intelektual muslim untuk mempromosikan kembali nilai-nilai filsafat dalam masyarakat. Mereka dapat mengorganisir seminar, konferensi, dan konten-konten yang bermanfaat untuk membahas peran filsafat dalam memperkuat pemikiran islam, serta menghasilkan karya-karya intelektual yang menggabung antara ajaran agama dan warisan filsafat.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H