Dalam upaya menyelamatkan ancaman penyakit tatanan desa, tentu pemuda sangat diharapkan sebagai tonggak kemajuan desa. Misalnya mahasiswa,  kita kenal dengan gaya idealismenya yang kuat dan pergerakannya yang begitu terorganisir dengan tujuan yang jelas. Mereka  harus ikut andil dalm mengelelola desa. Buanglah perspektif  peran  pemuda tidak penting di suatu desa.
Demikian juga mahasiswa desa yang belajar di luar kota sering terlalu percaya diri, emosionalnya tinggi. Akhirnya egoisme yang terjadi. Merasa gengsi di kampung halamannya sendiri. Sampai kapanpun desa seperti rumah kosong, dihuni dan dikendalikan oleh jin. Pergerakannya tidak terlihat, tetapi imbasnya jelas dirasakan. Demikian jika pemuda desa tidak ikut andil dalam pengembangan daerahnya.
Hilmar Farid dalam bukunya 'Meronta dan Berontak: Pemuda dalam Sastra Indonesia' sebagaimana di kutip oleh Alfian dan Nurshafira (2015) berpendapat bahwa gerakan pemuda direpresantikan secara berbeda-beda di setiap era. Pada awal abad ke-20, pemuda digambarkan sebagai mereka yang bersinggungan dekat dengan kemajuan berkat persentuhannya dengan kultur Eropa. Representasi yang  lain nampak pada era Perang Kemerdekaan. Umumnya, pemuda digambarkan sebagai mereka yang berjuang demi kemerdekaan.
Walaupun di sisi lain karya-karya Pramoedya Ananta Toer menggambarkan pemuda lebih sebagai 'bandit' atau 'pengkhianat'. Pada era orde baru, pemuda digambarkan sebagai pemberontak. Keberagaman ini membuat Farid berani menyimpulkan bahwa tak ada gerakan pemuda yang sejati. Pemuda merupakan 'flating signifer' yang tak punya sifat tetap. Karakternya akan terus berubah dari masa ke masa.
Oleh karena itu, pemuda sebagai investasi jangka panjang kemajuan bangsa, harus terus mengaplikasikan kemampuan untuk memajukan daerahnya masing-masing, terutama di pedesaan. Brandal boleh akan tetapi, setidaknya bisa mampu berkontribiusi untuk masayarakat sekitar agar tidak dikatakan sebagai sampah masyarakat. Saatnya pemuda bersatu, waktunya Indonesia maju.
        Â
     Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H