Mohon tunggu...
Taufiq Suni Prtama
Taufiq Suni Prtama Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Mencoba merangkai huruf menjadi kata-kata membentuk prosa !

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Nasionalisme di Persimpangan

27 Januari 2016   10:15 Diperbarui: 27 Januari 2016   10:32 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari kedua macam nasionalisme ini kita bisa mengambil kesimpulan bahwa dengan budaya yang sama tanpa ada pembedaan kita senantiasa menegur diri kita untuk rela mengorbankan sedikit waktu demi kesetaraan (equality) , kemudian nasioanalisme kewarganegaraan membuat kita sadar kita bekerja juga untuk menjaga stabilistas ekonomi , sosial dan politik serta lebih mengutamakan kepentingan nasional sendiri. jadi penekanan terhadap pengibaran bendera dan pemasangan pengeras suara di setiap persimpangan ini akan membuat kita lebih cinta lagi terhadap NKRI , lalu sejenak juga kita merenung bahwa setelah kemerdekaan itu kita lebih banyak berkutat pada konstelasi kepentingan pribadi tanpa memikirkan kemanakah tujuan dan cita-cita negara ini seperti yang tercantum di mukadimah undang-undang dasar kita? di salah satu negara di asia ada sebuah negara yang masih melakukan hal ini bahkan semuanya harus berhenti dan hormat dimana tempat ia berjalan dan berada. memang terkadang ide ini gila namun manfaat yang akan kita buat amatlah besar.

The Founding father Indonesia selalu meneriakkan bahwa nasionalisme kita bukanlah , nasionalisme barat tapi nasionalisme Indonesia adalah kemanusiaan. kita bukan orang kapitalis namun kita adalah sosio-demokratis aliran marx sangatlah kental dalam tubuh negara ini.

Kelak gagasan nasionalisme Soekarno tersebut mengejawantah dalam konsep Berdiri di Atas Kaki Sendiri (Berdikari). Ketika berpidato dihadapan Sidang Umum IV MPRS pada tahun 1966, Soekarno menegaskan makna dari Berdikari;

“..bahwa berdikari tidak berarti mengurangi, melainkan memperluas kerja sama internasional, terutama antara semua negara yang baru merdeka. Yang ditolak oleh Berdikari adalah ketergantungan kepada imperialis, bukan kepada kerja sama yang sama derajat dan saling menguntungkan. Berdikari bukan saja tujuan, tetapi  yang tidak kurang pentingnya harus merupakan prinsip dari cara kita mencapai tujuan itu, prinsip untuk melaksanakan pembangunan dengan tidak menyandarkan diri kepada bantuan negara atau bangsa lain. Adalah jelas, bahwa tidak menyandarkan diri tidak berarti bahwa kita tidak mau kerja sama berdasarkan sama derajat dan saling menguntungkan.”

Bagi murid ini setelah melanjutkan gagasannya ia berpendapat bahwa kedua aspek ini akan menuai banyak manfaat apabila di terapkan dan akan menjadikan Indonesia sebagai negara yang berdikari seperti yang di katanya bung karno di atas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun