Pagi hampir pergi dan matahari hampir ke atas kepala. Di pasar pagi tak ramai lagi. Orang orang tetap belanja untuk keperluan sehari dua hari atau keperluan yang dujual kembali.
Para pedagang dan pekerja telah menakar tubuh dan waktunya untuk penghidupan. Seorang agen melintas. Singgah di beberapa toko. Menagih janji dan negosuasi. Dan lalu ia mengambil photo lokasi.Â
Penarik becak yang selalu sepi pelanggannya duduk mencerna suasana dan mendengar gemuruh di batinnya. Ia telah menjual dirinya untuk suatu martabat,tanpa meminta minta sana sini.
Sesekali tercium aroma cabai dan rempah rempah yang digiling. Suara mesinnya menderu memanggil harapan hingga ke akhir petang.
Kadang di sini jalanan basah dan pasti sempit. Beberapa mobil lalu lalang bersisian yang kadang terjebak macet yang panjang.Â
Di pasar pagi kita berbagi ruang dan peristiwa. Mungkin juga peristiwa kalah dan menang. Di sini orang orang membangun cerita cerita kecil tentang perjuangan menyambung hidup di tengah gempuran hegemoni market modern.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H