Kata pepatah, kegagalan adalah jalan memutar. Sering juga kita dengar bahwa kegagalan merupakan sukses yang tertunda. Mungkin saja kalimat tersebut hanya sebagai penghiburan. Namun yang pasti, hampir tak bisa kita menghindari kegagalan. Sehingga kita butuh perspektif dalam melihatnya.
Pada seri berfikir atomik ini, kita berupaya mencerdasi kegagalan sebagai suatu seni dalam penyelesaian persoalan.
Artinya, bisa saja kegagalan bukan suatu persoalan sebelum ia menjadi persoalan selanjutnya. Secara materiil, kegagalan bisa sangat merugikan si individu/keluarganya, Â perusahaan atau kantor tempat kita bekerja.
Di beberapa tempat dan kultur, bisa saja toleransi terhadap kegagalan sangat tinggi. Mereka terbiasa berinovasi dan berproses dengan banyak kegagalan.
Kita tidak pernah betul betul menyadari bahwa atlet lompat galah dalam  olimpiade telah merasakan banyak kegagalan dalam latihannya, bahkan mungkin dalam lomba yang sejenis, hingga akhirnya ia menjadi juara.
Banyak bentuk dan wujud kegagalan. Ini berpulang pada prinsip nilai si individu dalam memandang hidupnya. Kadang juga dipengaruhi oleh keluarga dan nilai setempat. Misal, seorang masih dianggap gagal bila ia belum menjadi ASN, dst.
Jadi, banyak dimensi gagal, sebagaimna banyak pula dimensi sukses. Kita kita bisa memandangnya dari perspektif yang berlainan.
Fokus pada Gambar Besar
Namun, diantara seni dalam mencerdasi kegagalan adalah tetap fokus pada gambar besar yang anda maksud. Atau kita bisa berkompromi dengan diri sendiri dan lingkungan kita terhadap suatu pencapaian.
Di samping itu, para psikolog sering menganjurkan istilah kompensasi saat anda gagal. Yaitu, mengambil sikap untuk bisa juara dan sukses di bidang yang lain yang mendukung kebahagiaan kita.
Tentu, kegagalan bukanlah secara khusus kita pilih. Kadang ada kondisi tertentu yang di luar alam sadar kita yang "membawa kita pada kegagalan. Ada hikmahnya.
Pada prinsipnya, pencipta kita (Allah swt)tidaklah Ingin Melihat kita gagal. Melainkan Dia ingin Melihat bagaimana kita bersikap dan bertindak melampaui kegagalan itu: dalam hal apa saja, pendidikan, keluarga, karir dsb.
Kegagalan akan memperluas cara pandang kita. Ia akan membuka kemungkinan baru sesuai kadar keyakinan kita untuk mencapai suatu maksud.
Boleh jadi maksud itu terus kita perjuangkan sampai level tertentu. Atau boleh jadi kita mulai menyadari bahwa maksud yang ingin kita capai itu belum tentu menjadi kebaikan untuk kita.
Sehingga kita tetap bisa fokus pada tujuan atau mencari dan melalui jalur lain untuk melampaui kegagalan itu.Â
Lalu secara bertahap, menyusun ulang tangga tangga sukses itu secara individual dan sosial.Â
Jangan Gagal Total!
Kita pun Menimbang kembali makna hidup dan nilai nilai yang kita anut, sambil terus mempertajam kesadaran untuk mengembangkan potensi demi kebaikan bersama dan kepentingan mulia.Â
Itu diperlukan agar kita tidak gagal total. Ada sisi sisi mutiara hidup yang bisa kita biakkan menjadi keutamaan hingga sampai pada keabadian.
Inilah inti berfikir atomik saat terbentur dengan kegagalan. Inilah seninya!
Salam Bahagia!
*konsultan SDM. Penulis buku 99 Inspirasi Bahagia dan Buku Inspirasi 1000 Bulan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H