Mohon tunggu...
Taufiq Sentana
Taufiq Sentana Mohon Tunggu... Guru - Pendidikan dan sosial budaya
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi pendidikan Islam. peneliti independen studi sosial-budaya dan kreativitas.menetap di Aceh Barat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Berpikir Atomik

14 Maret 2023   21:59 Diperbarui: 14 Maret 2023   22:44 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Ide ini bermula saat terlintas di pikiran, kenapa buku buku penulis kita tidak sekaliber buku buku di luar? 

Kenapa tidak ada level buku penulis kita seperti 7 (8) Habits misalnya. Atau seperti buku  Kecerdasan Emosional Daniel.G. Atau buku Quantum Teaching  yang fenomenal di era 2000an. Atau bahkan des capital?

Tentu kita tidak menampik ada bebrapa buku nasional kia yang mencapai rekor" dunia. Tapi tidak banyak. Buku Marketing versi Hermawan K. Misalnya, masih terbaik di asia tenggara, walau kita tahu bahwa risetnya sangat kuat.

Baca juga: Atomik Kepemimpinan

Begitupun dengan novel novel kita. Apalagi hasil penelitian profesor kita.  Konfigurasi tradisi berfikir kita belum menjadi trend pengetahuan dan penelitian dunia. Mungkin ini asumsi dasar saja.

Sebab unumnya, setahu saya,  Buku buku dunia itu sebagiannya bersumber dari riset yang panjang. Seperti buku Sejarah Tuhan, misalnya..itu sangat  fenomenal.

 Atau Buku La Tahzan. Semua berbasis riset dan pengalaman yang panjang.

Jadi ini bukan hanya perkara budaya literasi dan sistem sosial saja. Banyak variabel yang mengikatnya. Termasuk variabel berfikir mendalam dan untuk tujuan apa buku itu dituliskan.

Berfikir mendalam  Itulah yang saya maksud berfikir atomik dalam forum.kecil ini. 

Bukan sekadar berfikir radikal (setingkat akar) seperti di kampus kampus: suatu pengantar filsafat yang selesai begitu saja.

Berfikir atomik akan membangun koneksi pikiran orisinal dengan lintasan cahaya- kuantum, sehingga membetuk ikatan pengetahuan dan kaidah kaidah yang realtif baru dan  bisa diuji.

Kemampuan berfikir atomik bukan sekadar sesi kreativitas, ia mendekati inspirasi dan ilham dengan latar impresi pengalaman kehidupan masyarakatnya.

Baca juga: Riset, Pentingkah?

Jadi..riset riset Barat kita pandang dengan wold view mereka sendiri. Kelemahan kita, tentu karena tidak  berfikir mendalam, maka Hanya" meninjau dari "mata pisau" kaidah mereka dalam membelah persoalan persolan lokal kita.

 Artinya, kita tidak  (bisa) mengembangkan tradisi (mercu suar) keilmuan kita sendiri. Sebagaimana tradsi Islam di era Spanyol dan Baghdad (7 -12 M).

Maka ketika saya melongok ke buku populer di google play pekan in? Buku Atomic Habit masih di pringkat kedua. Sebelumya teratas. 

Lalu menyusul buku "mind control", Bagaimana mengontrol.pikiran Anda.

Berdasarkan sedikit gambaran di atas, maka tulisan ringan ini akan menjadi kumpulan khas yang  penulis rangkum dalam Buku Berfikir Atomik.

Buku dengan serangkain tulisan berbasis pada sesi inner journey, perjalanan ke dalam diri. Dari perkara eksistensi manusia, akal, pengetahuan, pengalaman dan aspek aspek subtil lainnya. Bismillah.

"Dan pada dirimu sendiri tidakkah kamu mengambil pelajaran secara rinci?" Begitu bunyi sebaris Kalam Mulia Alquran.

Wsslam. Terima Kasih. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun