Barusan saya mengecek beberapa buku yang laris di google book pekan ini. Buku itu jatuh ke buku Dahlan Iskan, yang berjudul Ganti Hati. Ratingnya sangat tinggi di Google. Setelah itu ada buku Atomic Habit yang bertengger sebagai Buku laris juga.
Ada banyak buku yang telah Bpk Dahlan Iskan (DI) tulis. Sekitar puluhanlah. Sebagian diterbitkan oleh kelompok Gramedia.
Menurut cuplikan di media Jabar online, prinsip menulis DI adalah sesuai basicnya sebagai wartawan. Ia fokus pada news value dst itu.
Maka wajar saat ia kembali menulis di media Disway, 2018 lalu, artikel pertamanya sempat tak bisa diakses, karena padat kunjungan.
Sejak itu ia terus menulis. Menurutnya dalam kurun waktu 5 tahun ini ia telah menulis setiap hari. 365 tulisan dikali lima tahun.
Sebagai wartawan ahli, istilah saya, DI menulis dengan gesit dan berisi. Menulis bagi DI adalah  untuk melatih komitmen. Apalagi dengan Disway nya sekarang ini.
Dia komitmen menulis dan tayang jam 5 pagi. Itu warna asli kehidupannya dulu. Era koran pagi. Semacam nostalgia. Katanya.Â
Saking komitnya, tulisan itu selalu selesai sebelum jam 21.00. Setiap hari. Seringnya lebih cepat dari itu. Dan dia bisa menulis kapan dan di mana saja.
DI hanya butuh waktu singkat untuk menulis, sekitar 20 menit atau satu jam saja. Sangat jarang lebih dari itu kecuali ada hal mendadak dan ganti topik.
Selain komitmen, misinya dalam menulis adalah untuk melatih otak. Mungkin ini cara dia bersyukur dianugerahi otak (akal).
Dahlan Iskan banyak menulis tentang ragam interaksinya dengan peristiwa. Perjalanan. Tokoh. Bisnis. Kesehatan bahkan ideologi pun bagian dari tulisannya.
Katanya, ia banyak belajar dari Tempo. Dan tokoh sekaliber Pramoedya. Tulisannya khas dan punya warna sendiri.Â
Belakangan dia menggunakan kata ganti (nyi) untuk perempuan (bukan "nya" yang sering digunakan sama dengan sebutan laki laki.
Jujur, menurutnya ia tidak lagi mengambil poin ekonomi dari tulisannya. Katanya, dia punya bisnis sendiri. Agaknya bisnis cadangan energi atau seputar itu, terkait penghematan energi.
Dalam interaksi dengan ragam tulisannya, walau tidak semua tulisannya di Disway, saya melihat ada Tiga Kekuatan Warna dalam tulisannya.Â
Kekuatan itu saya rangkum dalam tiga  "P":
Pertama, Pengalaman. DI banyak menuls perihal cara pandang dan pengalamannya sehari hari dengan basic nilai kewartawan. Ini ia gunakan saat isu isu besar dunia lagi sepi.Â
Kedua, Pergaulan. Ini lebih teknis dari sekadar pengalaman. Interaksinya dengan sesiapa saja..serta tokoh tokoh besar atau kecil, jadi bahan tulisannya. Ini sekaligus mwnunjukkan sikapnya yang mungkin humanis (tanpa "me").
Ketiga, Penghayatan dan Peristiwa . Dengan pola ini tulisan DI jadi hidup. Karena memasukkan unsur penghayatan atau teknik emosi yang kental.
Adapun peristiwa adalah kejadian sekitar kita yang tidak mencolok lalu diangkat sebagai angle tulisan, misalnya..yang terpopuler dari tulisannya pekan ini adalah "peristiwa" Lion yang menikung tajam pasca Pandemi dengan layanan terbang travel umrah yang padat dan rutin. Lion telah melipatgandakan pemghasilan mereka.
Itulah beberapa poin menulis versi Bapak Dahlaniskan yang dapat penulis refleksikan kepada khalayak. Kiranya bermanfaat dan berkah.
Salam K.ners.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H