Mohon tunggu...
Taufiq Sentana
Taufiq Sentana Mohon Tunggu... Guru - Pendidikan dan sosial budaya
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi pendidikan Islam. peneliti independen studi sosial-budaya dan kreativitas.menetap di Aceh Barat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tradisi Sekolah Kuttab

9 Maret 2023   14:35 Diperbarui: 9 Maret 2023   17:08 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendidikan Islam memiliki sejarah panjang dalam pembangunan budaya belajar. 

Sejak era Nabi di Makkah dan Madinah hingga mencapai puncaknya di Andulisia dan Baghdad: sekitar rentang awal abad ke 7 sd ke akhir abad 12. Itu jauh melampaui capaian Eropa yang datang 600 tahun kemudian.

Tradisi belajar dasar Islam awalnya dilakukan secara mandiri, karena sebagai kewajiban dalam agama. 

Pengajaran awal dilakuakan oleh Ayah kepada anak dan keluarganya. Atau oleh Ibu kepada anaknya bila sang Ayah dalam perjalanan sabilillah.

Katakanlah itu sebagai kultur belajar yang terkecil. Dengan materi pokok yang dasar. Seperti amalan ibadah praktis menuju aqil baligh, keimanan dan akhlaq.

Selebihnya fokus pada penguasaan Alquran, baca dan tulis, menghafal bahkan memahaminya.

Dari kultur keluarga ini barulah berkembang dengan mendatangi guru/sang alim untuk mempelajari satu bidang ilmu, hingga selesai dan tuntas. Begitu seterusnya.

Hingga perkembangan formalnya memuncak setelah 30 tahun era khilafah yang empat.  

Pada era itu, pusat sekolah Kuttab adalah masjid, bersifat non formal, selain mempelajari langsung dari sang Alim.

Namun di era (daulah) Umayyah, barulah dibentuk lembaga lembaga formal untuk setiap bidang ilmu, utamanya tentang  Alquran. Lalu berkembang dan menjadi lebih terstruktur dan terspesialisasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun