2. Puisi yang dihasilkan bisa berupa gambaran pengalaman batin dan personal terhadap satu objek/peristiwa.
3. Puisi itu juga bisa menjadi rupa peristiwa yang baru (imaji dan fantasi) yang kita sajikan ke publik sebagai wujud ekspresi, solusi atau perspektif kehidupan yang bebas dimaknai.
4. Merangkai kata sebebas mungkin dengan kadar estetls dan normatif tertentu untuk membangun satu bait pengertian atau badan puisi. Â Misal, Â kita menyaksikan Sungai yang Keruh. Â kita bisa mengekspresikan gambaran diri kita atau kita bisa menggambarkan sungai itu dengan pilihan diksi : " aku kadang, seperti sungai yang keruh itu. sesak oleh harap yang pengap dan mimpi yang terlelap".
5. Beberapa puisi tidak terikat sintaksis antarbait. anda bebas menyusunnya hingga menjadi rupa puisi, Â suatu peristiwa, gambaran dan sesuatu yang bisa dialami.
6. Puisi bebas umumnya memilih kata kata yang mewakili semua imaji pembaca, imaji visual, Â taktil, audio: sampah sampah di aliran sungai itu seperti menggaruk garuk di bagian belakang kepalaku (visual dan taktil).
7. Sebagian membebaskan diri dari atap formalistik puisi, Â seperti hal hal di atas tadi : metafora. kiasan. imaji. dst. mereka hanya menuliskan pikiran dan pengalamannya lalu menyusunnya menjadi pengertian yang cenderung otonom dan bermakna ganda.
8. Memilih kata/ diksi sebebas mungkin dan mengeksplornya sedalam mungkin. contoh :suatu malam, aku menemukan kepalamu di kulkas. aku sepi dan kosong. hingga aku benar benar sadar bahwa...... dst
Anda bisa mencoba tips tadi dan melanjutkannya sendiri.
CONTOH: Puisi Bebas, ditulis dengan spontan atas impresi di pikiran dan pengalaman // Identitas :
https://www.kompasiana.com/taufiqsentana9808/62f78839a1aeea195d442aa5/identitas
===
salam puitis!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H