Mohon tunggu...
Taufiq Sentana
Taufiq Sentana Mohon Tunggu... Guru - Pendidikan dan sosial budaya
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi pendidikan Islam. peneliti independen studi sosial-budaya dan kreativitas.menetap di Aceh Barat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Teknik Puisi: Sapardi dan Mata Pisau

4 Desember 2021   21:48 Diperbarui: 9 Januari 2022   12:10 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yaitu, saat kita tak sempat berjaga-jaga bahwa mata pisau itu ternyata  "berkilat ketika terbayang olehnya urat leher kita". 

Memang,  Eyang Sapardi senang sekali menghidupkan benda-benda mati, tanaman, dan alam. Mereka bisa berpikir, saling kenal, kadang terjadi konflik-pokoknya di luar dugaan.

2// Daya Ungkap itu Penting

Saya selalu suka membaca semua puisi Eyang, utama yang pendek dan naratif-realis, surealis. Secara pribadi, puisi Eyang sangat imajinatif, jinak , edukatif dan jenaka. 

Kata Eyang, sekali waktu, tugas penyair, diantaranya menghidupkan ungkapan baru, menambah khazanah kebahasaan:itulah fokus beliau dalam berpuisi/sajak.

3// interpretasi

Dari puisi Mata Pisau di atas kita bisa melihat, merasakan permainan fantasi dan seni kata  Eyang Sapardi. Puisinya itu bisa menjadi hiburan/keindahan, sekaligus ironi bahkan ketakutan.

Diantara yang mungkin dari makna " mata pisau" itu adalah: hal hal tak terduga yang bisa menimpa siapa saja. atau kilatan sang "pengintai maut" yang selalu siap setiap saat. Atau ianya "niat" buruk seseorang akan kembali ke dirinya. 

semua makna dan tafsir" dasar itu bisa bebas kita resapi menurut kedalaman penghayatan masing masing. plus mencari latar bagaimana situasi saat puisi di atas diciptkan Eyang, sehingga semakin mudah memaknainya.

Salam selalu. Tks.

BACA JUGA: https://www.kompasiana.com/taufiqsentana9808/610227ff06310e2376683372/puisi-sapardi-dan-sebait-hujan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun