Mohon tunggu...
Pengge Rutoo
Pengge Rutoo Mohon Tunggu... -

Huhh... @#!&^%*$?!!!...

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Ramah = Baik ?

14 November 2014   20:04 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:49 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Umumnya ramah selalu dikaitkan dengan kebaikan. Orang yang ramah biasanya baik hatinya. Sayangnya kenyataannya tidaklah selalu begitu. Ada juga yang ramah karena basa-basi kebiasaan saja. Atau yang lebih parah bersikap ramah untuk menutupi kejahatan. Jadi ternyata ramah tidaklah selalu identik dengan kebaikan. Jika dibuat kombinasinya antara ramah-tidak ramah dan baik-tidak baik (jahat) maka hasilnya kira-kira seperti berikut: Terdapat 4 area kombinasi. Dan tentu saja kombinasi yang terbaik adalah area 1 Ramah-Baik. Dan menurut pendapat saya, urutan berikutnya adalah area 2 Tidak Ramah-Baik, area 3 Tidak Ramah-Tidak Baik/Jahat. Dan yang terakhir area 4 Ramah-Tidak Baik/Jahat. Saya memilih area 4 sebagai area terburuk karena di area ini ada bahaya potensi penipuan dan penyelewengan moral yang luar biasa, yang bisa memutar balikkan antara kebaikan dengan keburukan/kejahatan. Beda dengan area 3 yang memang sudah sepantasnya bila yang jahat itu biasanya tidak ramah, maka orang bisa berjaga-jaga atau mengantisipasinya sebelumnya. Contoh-contoh yang berada di area 4 mungkin sebagai berikut:

  • Para pengkhianat dan munafikun yang berpura-pura baik di depan dan menusuk dari belakang. Di depan ramah tamah, di belakang malah memfitnah.
  • Para teroris yang berbaur dengan masyarakat umum.
  • Para koruptor yang bersikap ramah, santun, suka tersenyum dan suka berderma pakai uang haram.
  • Orang yang melanggar rambu lalu lintas sambil tersenyum, dan marah kalau ditegur karena merasa sudah senyum kok masih ditegur.
  • Para ahli agama kharismatik yang ternyata malah mencabuli atau mengeksploitasi umatnya.
  • Panutan masyarakat yang sambil senyum ramah melakukan tindakan-tindakan asusila yang akhirnya dianggap sah-sah saja oleh pengikutnya.
  • Para penculik bayi/anak orang lain.
  • Tukang gendam.
  • Para penjahat kelas kakap. (Penjahat kelas teri biasanya di area 3)
  • Para penjahat berdasi.
  • Pencitraan yang berbeda 180 derajat dari kenyataan.
  • Dan seterusnya...

Seperti disebut di atas, bahaya dari area 4 adalah penyelewengan moral yang bisa memutar balikkan antara kebaikan dengan kejahatan. Timbulnya kesalahan persepsi bahwa keramahan itu lebih utama dibandingkan dengan kebaikan. Seperti ungkapan yang sempat populer dulu 'nggak apa-apa korupsi yang penting santun'. Tentu saja ini tidak berarti bahwa sikap ramah itu tidak penting lagi. Karena ada hukum alam bahwa kebaikan mengundang kebaikan lain, contoh: hormati orang lain kalau ingin dihormati. Keburukan mengundang keburukan lain.  Hal positif adalah menarik hal-hal positif lain. Sesuatu yang bersifat negatif akan menimbulkan atau menarik hal-hal negatif lain. Ramah dan baik keduanya mempunyai sifat positif. Biasa bersikap ramah akan membangkitkan sifat-sifat baik seseorang. Yang harus diwaspadai adalah jika keramahan sudah menjadi basa-basi saja, karena ini sudah mendekati area dimana keramahan bisa menjadi topeng dari kejahatan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun