Mohon tunggu...
Taufiq Rahman
Taufiq Rahman Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

"Magic Hour", Novel Popular bagi Penggemar Cinta

22 Februari 2018   17:00 Diperbarui: 22 Februari 2018   17:04 5616
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Beberapa tahun belakangan ini, istilah-istilah cinta sudah sangat dikenal di kalangan remaja. Tidak terjadi begitu saja, obsesi cinta para remaja dipengaruhi oleh banyak faktor eksternal. Mulai dari pengaruh novel, film, komik, tokoh masyarakat, dan masih banyak hal lainnya. 

Berbicara tentang kisah cinta remaja, seringkah terbesit di benak kita sebuah pertanyaan, "Kenapa sih, film atau novel yang bertema cinta sering kali mirip atau bahkan sama persis?" Untuk menjawab pertanyaan ini, mungkin kita bisa mengatakan bahwa keuntungan jadi hal yang mematahkan inovasi. Namun, taukah anda sebuah fakta menarik di balik semua ini?

Ternyata, berbagai film cinta popular yang sering kita tonton merupakan hasil karya orang yang sama, namanya adalah Tisa TS. Tisa TS merupakan penulis specialist kisah cinta remaja.  

Seorang yang lahir dengan nama Georgia Patricia telah melahirkan berbagai karya tulis popular hingga ia dikontrak secara eksklusif oleh Screenplay Productions. Dalam artikel kali ini, kita akan bersama membahas salah satu hasil karyanya yang sangat popular dan telah membuat baper para remaja, yakni sebuah novel yang berjudul "Magic Hour".

"Magic Hour" merupakan novel popular best seller yang sangat digemari, khususnya oleh kalangan remaja. Karena kelarisannya, Novel ini sempat difilmkan, bahkan saat itu menjadi film terlaris Indonesia tahun 2015. 

Tak hanya berhenti sampai di situ, kepopularan "Magic Hour" membuat Dimas Anggara dan Michelle Ziudith, dua tokoh utama, terbang ke Amerika Sekrikat untuk melanjutkan shutting film "Magic Hourthe Series" yang akan tayang 8 episode, dan diperkirakan akan lebih sukses dari versi layar lebarnya.   

Sebelum kita membahas novel ini, ada baiknya kita terlebih dahulu tahu bahwa sang penulis novel, Tisa TS menggunakan sudut pandang orang ketiga serba tahu. Kalimat ini menjadi pembuktiannya: "Raina tersenyum tanpa kata. 

Lalu, ia pergi meninggalkan Tobi dengan kegalauan tingkat langit ke Sembilan." Siapa yang tahu tingkat kegalauan Raina saat itu? Hanya seorang Tisa TS lah yang tahu. Karena itu, dapat kita simpulkan bahwa sang penulis menggunakan sudut pandang orang ketiga serba tahu. Dengan kata lain, Tisa TS lah yang menguasai isi ceritanya.  

Secara keseluruhan, hal sensitif yang paling menonjol dari novel ini adalah kisah cinta. Dari bebagai percakapan dan gerak-gerik para tokoh, dapat kita sepakati bahwa tema dari novel "Magic Hour" ialah cinta. Pada awal novel ini terdapat bab yang manampilkan persahabatan antara Gwenny dan Raina. Namun, hal tersebut hanyalah bab pembukaan yang selanjutnya langsung melompat menuju waktu Raina dan Gwenny telah dewasa dan sedang mencari cinta sejati. Hal ini juga diperkuat setelah novel difilmkan. 

Pada bagian awal film, tidak sama sejali terdapat adegan masa kecil Raina dan Gwenny. Bahkan, sangat berbeda dengan novelnya, film "Magic Hour" dibuka dengan bab kedua novel yang menceritakan tentang Gweny yang tidak senang dijodohkan oleh ibunya. "Dengerin gue baik-baik, ya! Lo ke sana, terus bilang, nama lo, Gweny. Habis itu, lo cukup duduk manis di meja yang udah dipesen atas nama gue. Inget, Mimi gak boleh tau tentang hal ini!"begitulah kalimat yang dilontarkan Gwenny, menyuruh Raina menggantikan dirinya saat ia diminta menemui Dimas, lelaki yang akan dijodohkan dengan dirinya.

Seperti novel cinta remaja pada umumnya, "Magic Hour" menggunakan alur maju pada ceritanya. Hal ini dibuktikan dengan ketidakadaan penyajian kisah-kisah masa lalu dalam setiap babnya. Novel ini dibuka dengan cerita kecil Gwenny dan Raina yang bertemu di dermaga saat hujan sedang turun. Keanehan melihat Raina menari kegirangan di antara serangan air hujan membuat Gwenny tertarik padanya dan mengajaknya berkenalan. Singkat cerita, mereka menjadi saudara setelah Raina diadopsi oleh tente Flora, ibu kandung Gwenny. 

Pada bab kedua cerita langsung beralih pada waktu Raina dan Gwenny telah menginjak masa remaja. Dari bab kedua inilah, kisah cinta dua tokoh utama yakni Dimas dan Raina dimulai. Raina yang tertabrak oleh Dimas saat mengantarkan bunga menjadi bagian perkenalan antara kedua tokoh utama ini, sebelum akhirnya mereka menjadi lebih sering bertemu pada bab-bab berikutnya hingga akhirnya menjalin cinta.

Terdapat dua tempat dan dua suasana yang menjadi sangat menonjol dalam cerita "Magic Hour". Dua tempat tersebut ialah dermaga dan Flora Florist (nama toko bunga kepunyan tante Flora). Mengapa dermaga sangat menonjol dalam novel ini? Hal ini dapat kita buktikan dengan judul novelnya, yakni "Magic Hour". Magic Hour merupakan waktu dimana matahari akan terbenam dan terlihat sangat indah. Fenomena ini sangat indah apabila bisa disaksikan langsung di tempat terbuka, terutama di area sekitar laut dan pantai. 

Raina, sang tokoh utama, selalu mengunjungi dermaga setiap sore untuk menyaksikan secara langsung keindahan magic hour. Magic hour menjadi waktu favoritnya dan merupakan waktu krusial yang menjadi dasar cinta antara Dimas dan Raina. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan kalimat pada chapter lima belas seperti berikut: "Kamu bener. Indah banget di sini. Kayak lagi di belahan dunia lain," ucap Dimas. Ia dan Raina tengah menikmati senja, selepas matahari terbenam, di dermaga yang selama ini menjadi tempat favorit bagi Raina untuk menikmati magic hour. 

Toko bunga Flora Florist merupakan kediaman Raina, Gwenny, dan tente Flora yang bukan hanya menjadi tempat mengobrol ketiga tokoh, melainkan juga sering dikunjungi oleh Tobi dan Dimas untuk menemui kekasih hatinya. Jika kita membaca chapter delapan, maka sudah jelas bahwa toko bunga Flora Florist merupakan tempat dimana Dimas dan Raina berbicara pertama kali.

Latar suasana yang sangat menonjol dalam cerita ini ialah suasana magic hour dan hujan. Seperti yang sudah kita bahas di paragraf sebelumnya, Magic Hour merupakan waktu yang krusial bagi Raina. "Ia sedang berada di dermaga, tempat favoritnya. 

Setelah kurang lebih satu minggu dirawat, ia kini sudah diperbolehkan pulang oleh dokter sambil menunggu kabar untuk perawatan berikutnya dan juga tentang pendonor mata yang masih dicari. Tapi lebih dari itu, di dermaga ini, Raina sebenarnya tengah memendam rindu kepada seseorang yang telah cukup lama tak lagi ia dengar kabarnya."

Kalimat tersebut menggambarkan, dikala senang maupun sedih, Raina sudah terbiasa menyaksikan magic hour secara langsung di dermaga. Sedangkan hujan, hujan adalah waktu yang sangat disukai oleh Raina selain magic hour. Bersama hujan, Raina bisa menari dan membayangkan bahwa dirinya sedang menjadi putri dan mengingat moment indah lainnya. 

Berikut pembuktian lain yang menyatakan betapa pentingnya waktu hujan bagi kisah cinta Raina: Benak Raina kini menggambar dengan jelas, kenangan ketika ia menari bersama dengan Dimas, di atas dermaga, dibawah guyuran hujan." 

Dalam deskripsi di awal novel, terdapat pula kalimat yang menatakan bahwa hujan ialah satu sebab Raina lebih suka dipanggil "Rain" (dalam Bahasa Inggris yang artinya hujan). Dibalik semua itu, hujan juga yang menjadi moment penting bagi cinta Raina dan Dimas. Hujan telah membuat kedua tokoh menari bersama dan merasakan adanya cinta di antara mereka.

Setelah membahas beberapa tentang kisah novel "Magic Hour" ini, ada baiknya bila sekarang kita mulai membahas satu-persatu tokoh pentinya. Mungkin tak banyak, hanya mencakup garis besarnya saja. Pertama, tokoh utama wanita yakni Raina, si gadis penyuka hujan. Raina juga suka dipanggil Rain, yang dalam bahasa inggris berarti "hujan". 

Sejak kecil, Raina sering menari di bawah hujan sambil berkhayal. Selain itu, ia juga punya kebiasaan pergi ke dermaga setiap sore untuk menyaksikan secara langsung magic hour. Raina merupakan gadis polos yang bisa dikatakan tidak terlalu mengerti dunia luar. Ia setiap hari hanya bertugas mengantarkan bunga kepada pelanggan Flora Florist, toko bunga milik Tante Flora, wanita yang mengadopsinya dari panti asuhan. 

Semenjak diadopsi, Raina kini menjadi saudari angkat Gwenny, anak dari Tante Flora. Raina sangatlah menyayangi Gwenny, dan begitu pula Gwenny, sangat menyayangi Raina. Sejak kecil, mereka juga tinggal di satu rumah bahkan satu kamar. Berikut merupakan kalimat pembuktian kasih sayang paling khas dalam novel ini:

"Siapa yang paling sayang sama loe?" tanya Gwenny. "Kamu," jawab Raina.

"Siapa yang paling sayang sama gue?" tanya Gwenny. "Aku," jawab Raina.

"Ada sebuah perasaan aneh mulai masuk ke relung perasaannya. Dan itu mulai membuatnya tidak nyaman. Tapi anehnya, rasa tidak nyaman itu sangatlah menyenangkan baginya. Mungkinkah ini cinta? Entahlah. Yang jelas Raina sangat bahagia jika bersama Dimas."Kalimat ini, kalimat terakhir dari chapter empat belas, merupakan awal dari kisah cinta Raina dan Dimas. Sangat banyak lika-liku percintaaan yang dirasakan Raina bersama Dimas. Mulai dari kisah terbaik, hingga pengalaman terburuk. Bahkan dalam beberpa chapter, Raina kerap membuat pembaca bersimpati padanya. 

Contohnya kalimat berikut ini: "Raina tetap menunduk, air matanya mulai menetes. Namun Raina tetap memilih diam, kerena ia merasa sangat bersalah."Kalimat pada chapter ke dua puluh tiga ini merupakan gambaran kesedihan dan pengorbanan Raina ketika harus merelakan Dimas yang akan bertunangan dengan Gwenny, saudarinya. Tak hanya sampai disini, chapter selanjutnya bahkan menceritakan Riana yang buta akibat efek samping dari kecelakannya pada chapter kedua. Di sisi lain, ada pula tingkah Raina yang membuat pembaca tersenyum. 

"Suara music terdengar lantang kelaur dari dalam toko bunga, Flora Florist. Ada Raina yang sedang berjoget asal dengan begitu energik. Ia meraih sebuah sapu dan dijadikannya gitar. Raina naik ke kursi dan terus berjoget. Ia memejamkan matanya sambil ikut berteriak-teriak, menyanyikan lagu." Untaian kalimat ini merupakan satu paragraf dari chapter delapan yang dilanjutkan dengan adegan Raina yang terjatuh akibat terkejut saat seorang pria tampan datang sebagai pelanggan. Dari berbagai kejadian dalam cerita ini, dapat kita simpulkan bahwa Raina merupakan tokoh yang lugu, ramah, ceria, sabar, dan rela berkorban.

Kedua, tokoh utama pria yang bernama Dimas. Dimas merupakan anak dari Tante Cindy yang dikisahkan di awal cerita akan dijodohkan dengan Gwenny, anak perempuan Tante Flora. Dalam Novel ini, Dimas merupakan tokoh utama yang jatuh cinta pada Raina. Ada suatu kejadian penting dalam diri Dimas, yakni pengalaman buruknya tentang kecelakaan pada chapter kedua. "Mobil itu sepertnya berbelok patah dengan tidak sengaja, lalu menabrak Raina yang sedang mengayuh sepedanya. Tanpa ampun, tubuh Raina terpelanting ke atas mobil. 

Ia berguling dan akhirnya terjatuh dengan kepala menghamtam trotoar. Raina tidak sadarkan diri. Pelipisnya mulai mengucurkan darah." Walaupun merupakan pengalaman yang buruk, kecelakaan ini juga merupakan awal dari pertemuannya dengan Raina, cinta sejatinya. Sikap tanggung jawab atas kecelakaan tersebut membuat dirinya lebih dekat dengan Raina. Dari berbagai kalimat dan gerak-gerik tokoh, dapat kita simpulkan bahwa pria tampan ini, Dimas memiliki karakter yang kuat, lembut, berani, sabar, jujur, dan bijaksana. 

Penolakannya terhadap pernikahan dirinya dan Gwenny juga merupakan contoh kejujuran dan kebijaksanaan Dimas. Ia jujur akan perasaannya dan bijak dalam menentukan waktu yang tepat untuk menyampaikan perasaanya itu. "Saya minta maaf sebelumnya. Tapi saya gak bisa melakukan pernikahan ini."Begitulah kalimat yang dilontarkan Dimas dalam penyataan penolakannya. Walaupun setelah itu semua orang tidak setuju, tapi Dimas tetap pada pendiriannya dan melawan dengan kesabaran dan kalimat yang sopan. 

Dimas orang yang lembut, meskipun dalam keadaan yang tegang dan emossional, ia tetap berkata baik pada Gwenny yang telah menyakiti Raina dengan tamparan. "Gwenny membisu. Tapi, Dimas malah menatapnya dengan lembut. "Gwenn, semua yang terjadi gak ada yang kebetulan. Aku sangat berterima kasih sama kamu. Saat itu, kamu mengirim Raina buat aku. Kamu adalah alasan aku dan Raina bertemu."Begitulah kalimat Dimas yang coba meredam panasnya situasi.   

Ketiga, saudari angkat Raina yang sangat menyayanginya, yakni Gwenny. Cukup berbeda dengan Raina, Gwenny merupakan wanita yang sangat gaul dan cantik bagaikan model. Namun, ia hanya sedikit lebih manja karena asuhan ibunya sejak kecil. Gwenny merupakan orang yang cukup sabar. Walaupun Raina kurang gaul dan lugu, ia tetap sabar berbicara dengan Raina meskipun saudari angkatnya itu lambat mengerti. Mari simak kalimat berikut ini. "Terus, aku harus anter bunga apa?" tanya Raina polos. "Shhh Diem, dih. Ini bukan nganter bunga...! Degerin gue baik-baik, ya! Lo ke sana, terus bilang nama lo, Gwenny."

Kesabaran dan rasa kasih sayangnya pada Raina juga terbukti ketika ia tidak lelah datang setiap hari, merawat Raina yang terbaring di rumah sakit. "Memori itu terasa sangat menyakitkan. Tidak jauh darinya (Raina yang terbaring lemah), ada Gwenny dan Tante Flora saling bertangisan, sementara Tante Cindy berusaha menenangkan mereka."Juga dalam kalimat lain: "Gwenny muncul dengan air mata berlinang. Tapi, ia nampak lega dan bahagia. Gwenny lalu menghampiri Raina dan memeluknya. "Rain, lo dapet donor mata! Lo bisa liat lagi, Rain! ujar Gwenny".Kedua untaian kalimat tersebut menggambarkan bahwa meskipun ia kecewa pada Raina yang jatuh cinta pada Dimas, ia tetap khawatir bahkan menangisi keadaan saudarinya itu.

Keempat, seorang pria tampan bernama Tobi yang bekerja di coffee shop.Ia merupakan teman Raina sejak kecil. Tobi dan Raina sangat lah dekat, bahkan Tobi sebenarnya menyukai Raina dari dulu. Tobinyoong merupakan nama panggilan sayang dari Raina untuknya. Raina sangat akrab dan dekat dengan Tobi, meskipun dalam cerita tidak dijelaskan secara detail tentang asal usul kedekatan mereka. 

Tobi merupakan orang yang sangat penyabar dan ramah. Meskipun ia tidak suka digoda oleh berbagai gadis yang berkunjung ke Coffee shop, ia tidaklah kesal apalagi marah. Tobi tetap melayani pelanggannya dengan senyuman. Pada chapter Enam, Tobi mendapatkan tulisan cinta di atas tisu dari seorang gadis SMA, pelanggannya.   

Tidak marah, Tobi membalas dengan ramah seperti cuplikan kalimat berikut ini: "Tobi tertawa, melambaikan tangan. Melihat hal ini, Brandun dan Raka ikut melambai-lambaiakan tangan sambil tertawa lebar sok akrab."Kesabarannya juga dapat dibuktikan dengan kalimat-kalimat dalam novel yang menggambarkan sikap rela berkorban dan kasih sayang yang tiada hentinya pada Raina, meskipun Raina tidak peka akan perasaannya dan tidak pula membalas cintanya. "Air mata menetes lambat membasahi pipinya. 

Kemudian ia memeluk Raina erat sambil menangis tanpa suara."Kalimat ini muncul setelah menyebarnya kabar bahwa Raina kini adalah gadis buta. Begitulah bukti sabar dan sayang Tobi pada Raina. Tobi tetap menemani Raina dalam keadaan apapun, bahkan ketika Raina menjadi gadis buta.

Keempat tokoh yang sudah kita bahas merupakan tokoh penting dalam novel "Magic Hour". Selain dari pada itu, terdapat pula dua tokoh pendukung yang tak kalah penting dalam cerita ini. Mereka adalah Tante Flora dan Tante Cindy yang secara garis besar berkarakter baik dan memiliki rasa kasih sayang. Tante Flora merupakan ibu dari tokoh Raina dan Gwenny. 

Ia memiliki ciri khas ketika berbicara, yakni selalu mencampur Bahasa Sunda dan Bahasa Inggris dalam setiap kalimat yang dilontarkannya. Memang sudah terbiasa, ia selalu menampakkan ciri khas berbicaranya dalam keadaan apapun. Sedangkan Tante Cindy, ia lebih jarang masuk dalam cerita dibandingkan Tante Flora.

Sebelum kita tutup, mari bersama kita memebahas sekilas mengenai nilai kehidupan dalam novel "Magic Hour" ini. Sebagai pembaca, saya pribadi sebenarnya menyatakan bahwa tidak banyak hal yang dapat saya pelajari dari jalan ceritanya. Hanya saja, ada beberapa hubungan sebab akibat yang dapat saya simpulkan maknanya. Pertama, cerita ini menggambarkan bahwa seorang haruslah jujur dengan perasaannya. 

Bila Dimas tidak mengatakan hal yang jujur dan membiarkan dirinya dijodohkan, maka Dimas tidak akan pernah mendapatkan Raina sebagai cinta sejatinya. Kedua, keterbatasan bukan berarti seorang tidak akan mendapatkan yang terbaik. Tidak relevan kiranya seorang anak dari panti asuhan bisa mendapatkan hati seorang pria tampan dan kaya. 

Namun, Raina kini membuktikan bahwa setiap orang pasti bisa mendapatkan yang terbaik, melalui niat baik dan perbuatan yang baik. Di samping semua itu, sebagai manusia pastilah ada masa sedih dan senang dalam hidup. Berlarut dalam kesedihan bukanlah hal yang bijak, hanya buang-buang waktu saja. Kita boleh saja mengingat pengalaman yang buruk, tapi hanya untuk jadi pelajaran di masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun