Pada bab kedua cerita langsung beralih pada waktu Raina dan Gwenny telah menginjak masa remaja. Dari bab kedua inilah, kisah cinta dua tokoh utama yakni Dimas dan Raina dimulai. Raina yang tertabrak oleh Dimas saat mengantarkan bunga menjadi bagian perkenalan antara kedua tokoh utama ini, sebelum akhirnya mereka menjadi lebih sering bertemu pada bab-bab berikutnya hingga akhirnya menjalin cinta.
Terdapat dua tempat dan dua suasana yang menjadi sangat menonjol dalam cerita "Magic Hour". Dua tempat tersebut ialah dermaga dan Flora Florist (nama toko bunga kepunyan tante Flora). Mengapa dermaga sangat menonjol dalam novel ini? Hal ini dapat kita buktikan dengan judul novelnya, yakni "Magic Hour". Magic Hour merupakan waktu dimana matahari akan terbenam dan terlihat sangat indah. Fenomena ini sangat indah apabila bisa disaksikan langsung di tempat terbuka, terutama di area sekitar laut dan pantai.Â
Raina, sang tokoh utama, selalu mengunjungi dermaga setiap sore untuk menyaksikan secara langsung keindahan magic hour. Magic hour menjadi waktu favoritnya dan merupakan waktu krusial yang menjadi dasar cinta antara Dimas dan Raina. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan kalimat pada chapter lima belas seperti berikut: "Kamu bener. Indah banget di sini. Kayak lagi di belahan dunia lain," ucap Dimas. Ia dan Raina tengah menikmati senja, selepas matahari terbenam, di dermaga yang selama ini menjadi tempat favorit bagi Raina untuk menikmati magic hour.Â
Toko bunga Flora Florist merupakan kediaman Raina, Gwenny, dan tente Flora yang bukan hanya menjadi tempat mengobrol ketiga tokoh, melainkan juga sering dikunjungi oleh Tobi dan Dimas untuk menemui kekasih hatinya. Jika kita membaca chapter delapan, maka sudah jelas bahwa toko bunga Flora Florist merupakan tempat dimana Dimas dan Raina berbicara pertama kali.
Latar suasana yang sangat menonjol dalam cerita ini ialah suasana magic hour dan hujan. Seperti yang sudah kita bahas di paragraf sebelumnya, Magic Hour merupakan waktu yang krusial bagi Raina. "Ia sedang berada di dermaga, tempat favoritnya.Â
Setelah kurang lebih satu minggu dirawat, ia kini sudah diperbolehkan pulang oleh dokter sambil menunggu kabar untuk perawatan berikutnya dan juga tentang pendonor mata yang masih dicari. Tapi lebih dari itu, di dermaga ini, Raina sebenarnya tengah memendam rindu kepada seseorang yang telah cukup lama tak lagi ia dengar kabarnya."
Kalimat tersebut menggambarkan, dikala senang maupun sedih, Raina sudah terbiasa menyaksikan magic hour secara langsung di dermaga. Sedangkan hujan, hujan adalah waktu yang sangat disukai oleh Raina selain magic hour. Bersama hujan, Raina bisa menari dan membayangkan bahwa dirinya sedang menjadi putri dan mengingat moment indah lainnya.Â
Berikut pembuktian lain yang menyatakan betapa pentingnya waktu hujan bagi kisah cinta Raina: Benak Raina kini menggambar dengan jelas, kenangan ketika ia menari bersama dengan Dimas, di atas dermaga, dibawah guyuran hujan."Â
Dalam deskripsi di awal novel, terdapat pula kalimat yang menatakan bahwa hujan ialah satu sebab Raina lebih suka dipanggil "Rain" (dalam Bahasa Inggris yang artinya hujan). Dibalik semua itu, hujan juga yang menjadi moment penting bagi cinta Raina dan Dimas. Hujan telah membuat kedua tokoh menari bersama dan merasakan adanya cinta di antara mereka.
Setelah membahas beberapa tentang kisah novel "Magic Hour" ini, ada baiknya bila sekarang kita mulai membahas satu-persatu tokoh pentinya. Mungkin tak banyak, hanya mencakup garis besarnya saja. Pertama, tokoh utama wanita yakni Raina, si gadis penyuka hujan. Raina juga suka dipanggil Rain, yang dalam bahasa inggris berarti "hujan".Â
Sejak kecil, Raina sering menari di bawah hujan sambil berkhayal. Selain itu, ia juga punya kebiasaan pergi ke dermaga setiap sore untuk menyaksikan secara langsung magic hour. Raina merupakan gadis polos yang bisa dikatakan tidak terlalu mengerti dunia luar. Ia setiap hari hanya bertugas mengantarkan bunga kepada pelanggan Flora Florist, toko bunga milik Tante Flora, wanita yang mengadopsinya dari panti asuhan.Â