Mohon tunggu...
Taufiq Kurniawan
Taufiq Kurniawan Mohon Tunggu... -

Bukan siapa-siapa, hanya ingin belajar dan terus belajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Keutamaan Mawas Diri

23 Mei 2016   07:55 Diperbarui: 23 Mei 2016   08:01 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sini semakin terlihat keutamaan dan pentingnya mawas diri, palagi firman-Nya ini ditutup dengan kata”dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”

Setelah jelas bahwa kita terus-menerus diawasi oleh kamera rabbani, masihkah kita meragukan sifat Allah yang Maha Tahu dan maha Melihat.

Pada suatu hari Jibril a.s. bertanya kepada Rasulullah tentang ihsan, maka Rasulullah saw. menjawab ,”Sembahlah Allah seolah-olah kamu melihat-Nya. Kalau kamu tidak melihat-Nya, maka sungguh Dia melihatmu.

Ibnul Mubarak berpesan kepada seseorang, katanya, “Waspadailah Allah”. Ketika ditanyakan maksudnya, ia menjawab, “ Bersikaplah seolah-olah anda melihat Allah!”

Abdul Wahid bin Zaid berkata, “Apabila Tuhanku senantiasa mengawasiku, aku tidak peduli rehadap yang lain,”

Ibnul ‘atha berkata, “ Taat yang paling utama adalah selalu takut kepada Allah,”

Abu Utsma berkata, “ Abu Hashafi berpesan kepadaku, katanya,. ‘kalau kamu duduk bersama orang lain, jadilah dirimu sebagai penasihat diri pribadi dan kalbumu. Janganlah kamu tertipu sewaktu berkumpul dengan mereka. Sesungguhnya mereka mengawasim dari luar, sedangkan Allah mengawasimu dari batinmu,”

Dikisahkan, dalam suatu jamaah orang-orang tua, ada seorang murid yang selalu didahulukan dan diistimewqakan oleh gurunya. Salah seorang dari orang-orang tua tersebut bertanya kepada seorang guru, “Mengapa anda selalu mendahulukan anak muda itu daripada kami sedangkan kami lebih tua daripada dia?” Lalu guru jamaah itu memberikan seekor burung dan sebilah pisau kepada setiap anggota jamaahnya, termasuk anak muda itu, sambil berpesan, “ Sembelihlah burung irtu di tampat yang tersembunyi yang tidak terlihat oleh siapapun!”

Setelah beberapa saat berpencar, para anggota jamaah itu datang kembali, masing-masing membawa burung yang sudah disembelih. Namun, ternyata burung yang dipegang pemuda masih hidup. Sang guru bertanya kepada pemuda itu, “Mengapa kamu  tidak menyembelih burung itu seperti teman-temanmu?” Ia menjawab, “Saya tidak menemukan tempat tersembunyi karena Allah SWT selalu melihat dan mengamati saya!” Akhirnya, para anggota jamaah itu mengakui hak anak muda itu untuk dihargai.

Dalam kisah Zulaikha dan Yusuf diceritakan, ketika hendak menggoda Yusuf a.s yulaikha menutup muka arc yang terdapat di kamar itu dengan sehelai kain. Yusuf berkata kepadanya, “Mengapa nyony malu dilihat oleh arca yang terbuat dari batu tetapi tidak malu dilihat oleh Allah yang Maha Kuasa?”

Dikisahkan ada seorang pemuda membuntuti dan menggoda seorang wanita. Si wanita bertanya kepada pemuda itu, “Apakah kamu tidak malu?” Si pemuda menjawab, “ Malu terhadap siapa? Bukankah yang melihat kita hanya bintang di langit?” Si wanita bertanya lagi, “Lalu dimanakah yang menciptakan dan menggerakkan bintang-bintang itu?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun