Mohon tunggu...
Taufiq Haddad
Taufiq Haddad Mohon Tunggu... Penulis - Peminat Filsafat, Spiritualitas, Politik, Demokrasi, dan HAM

Liverpudlian, Moderat, Curiosity

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Memaknai Penderitaan: Sketsa Kehidupan Ayyub as dan Victor Frankl

12 Juni 2020   06:58 Diperbarui: 15 Juni 2020   19:36 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ia meyakini, Tuhan Yang Maha Baik kepadanya selama ini, pasti menyembuhkannya. Penderitaan ini pasti segera berakhir. Kebenaran pun tersingkap bagi Ayyub as. Setanlah pelakunya.

Akhirnya dengan ketentuan Tuhan, segala harta dan properti lainnya yang hilang  telah kembali kepadanya. Ayyub as pun sembuh dari penyakitnya.Ketaatan Ayyub as terbukti tulus, jujur, teruji dalam segala kondisi. Setan gagal menggelincirkannya.

Sketsa Kehidupan Victor Frankl

Di era modern, ada Viktor Emil Frankl, MD, Ph.D, neurolog dan psikiater Austria. Ia salah seorang Yahudi yang selamat dari peristiwa Hollocaust. Lahir pada 26 Maret 1905 di Wina. Terkenal brilian, dengan karir gemilang. Setelah menyelesaikan sekolah hingga kuliah kedokteran di Universitas Wina, selama 2 tahun sejak 1940-1942, ia memimpin departemen neorologi di RS Rothchild, salah satu RS yang saat itu masih menerima seorang Yahudi.

Kemudian ia menikah. Namun kebahagiaan merayakan pernikahan tersebut hanyalah sesaat, sembilan bulan kemudian ia dihadapkan pada gerbang kesengsaraan hidup. Bersama isteri, adik, saudara, dan kedua orangtuanya, mereka dimasukan ke kamp konsentrasi Yahudi di Auswich, Austria dari tahun 1943-1945. Hidupnya pun berubah drastis. Sebagai seorang dokter dan psikiater, Frankl, menyaksikan dan mengalami penyiksaan dan kekejaman tentara Nazi dari dekat. Isteri, saudara dan kedua orangtuanya terbunuh, menjadi korban Hollocaust. Hanya ia dan adiknya yang selamat.

Kehilangan orang-orang yang dikasihi tentu saja sebuah mimpi buruk, tragedi besar bagi seseorang. Namun, Frankl mampu mengatasi kegetiran hidup yang dialaminya. Di tahun 1945, ia kemudian menulis bukunya yang sangat terkenal dan menjadi best seller di seluruh dunia, "Man's Search for Meaning". Buku itu menceritakan pengalamannya selama menjadi tahanan di kamp konsentrasi. Ia mengobservasi dan memilah kehidupan dan perilaku para tahanan dari sudut pandangnya sebagai seorang psikiatri. Mengamati dan menyelidiki alasan dibalik tahanan yang bisa bertahan hidup, dengan mereka yang kemudian frustrasi, bahkan menjemput kematian.

Menurut Frankl, dalam kondisi yang palng absurd sekalipun seperti keadaan para tahanan di kamp konsentrasi Auschwich yang mengalami penyiksaan dan penderitaan lainnya, manusia masih sejatinya tetap dapat merasakan kehidupan yang bermakna, yang hal ini membuatnya mampu bertahan hidup. Seraya mengutip pendapat Nietche, "He who has a 'why' to live can bear with almost any 'how' ".

Kesimpulannya ini kelak menjadi dasar yang kuat bagi pemikiran psikiatri yang dikembangkannya, yaitu logoterapi. Diambil dari kata logos yang berarti "makna" (meaning) dan juga "ruhani" (spirituality), dan therapy yang artinya penyembuhan. Dengan bahasa sederhana, logoterapi adalah proses penyembuhan dengan cara memberikan makna spiritual dari segala peristiwa yang dialami.

Saat manusia menghadapi situasi yang tidak dapat diubahnya (deterministik), menurut Frankl, manusia sejatinya, di sisi lain dapat mengubah sesuatu yang ada dalam kontrol dirinya dengan memberikan respon yang bermakna dalam setiap peristiwa. Dari penelitiannya ini pula, ia menemukan banyak tahanan yang berselera humor diketahui memiliki daya hidup yang jauh lebih baik, daripada tahanan lainnya. Rasa suka cita yang ada dalam humor, merupakan bagian dari seni menjalani hidup (art of living) yang membuat penderitaan relatif menjadi lebih ringan. Humor menurut Frankl, adalah salah satu senjata jiwa yang bisa menyelamatkan seseorang dalam peperangan demi mempertahankan diri.

Output dari logoterapi adalah "pribadi yang mengatasi diri", yang mampu melihat kehidupan dunia tidak hanya dalam kerangka pengejaran akan kekuasaan dan kenikmatan semata, tetapi lebih berhubungan dengan kemampuannya hidup bermakna dalam berbagai kondisi, baik senang maupun susah. Bagi Frankl, tujuan hidup, bukanlah hanya mengejar kondisi keseimbangan (equilibrium) yang serba flat, bahagia tanpa ketegangan, melainkan senantiasa berada dalam semacam tegangan yang produktif antara apa yang kita hayati sekarang dengan prediksi dan pengandaian tentang apa yang kita hayati pada masa mendatang.

Memaknai Penderitaan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun