Mohon tunggu...
Taufiq Haddad
Taufiq Haddad Mohon Tunggu... Penulis - Peminat Filsafat, Spiritualitas, Politik, Demokrasi, dan HAM

Liverpudlian, Moderat, Curiosity

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Eduardo Agnelli: Dari Roma Menuju Tuhan

29 April 2020   13:23 Diperbarui: 29 April 2020   19:20 534
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pria muda tinggi berusia 35 tahun dengan paras tampan itu memarkir vespa-nya. Mengetuk pintu kantor kedutaan Iran yang terletak di Roma. Tak lama sang penjaga keluar menemuinya. Ia pun menyampaikan maksudnya hendak bertemu Hassan Ghadiri Abyaneh, salah seorang staff kedubes. Hari itu Minggu, hari libur, kantor sedang tutup. Sang penjaga memintanya kembali esok hari di jam kerja. "Pintu-pintu Tuhan selalu terbuka", ujarnya bersikeras meminta penjaga menyampaikannya segera kepada Hassan. Pernyataan yang membuat sang tuan rumah pun akhirnya menemui, tak kuasa menolaknya.

"Saya Eduardo Agnelli", ia memperkenalkan dirinya. "Apakah ada hubungannya dengan Agnelli, sang konglomerat Italia, yang begitu tersohor", seloroh Hassan bertanya. "Saya adalah putranya,", jawab Eduardo yang membuat Hassan terkejut. Ia benar-benar kedatangan tamu istimewa sore itu.

Siapa yang tak kenal keluarga Agnelli di Italia. Pemilik Fiat (Fabbrica Italiana Automobili Torino) yang kekayaannya ditaksir saat itu mencapai 60 milyar dollar. Kedudukan keluarga Agnelli di Italia, sama prestisiusnya dengan Kennedy di AS. Bahkan di Italia, Agnelli sering juga di sebut Il Re, yang artinya sang raja, sebuah status yang menggambarkan betapa besar pengaruh ekonomi dan politiknya di Italia. Bisnis keluarganya meluas dari otomotif, fashion, media hingga olahrga. Keluarga Agnelli adalah pemilik Ferrari, Maseratti, hingga klub kebanggan Italia, Juventus.

Hassan terkejut dengan penampilan Eduardo yang begitu sederhana untuk seorang pewaris sebuah konglomerasi ternama di dunia. Ia tidak datang dengan Ferrari atau Maseratti, tapi justru dengan vespa yang nampak kumal dan butut. Lebih terpukau lagi, karena Eduardo kemudian mengajaknya berdiskusi mengenai agama, filsafat, dan pencarian makna hidup. Eduardo mengaku tertarik berdiskusi setelah menyaksikannya berdebat di sebuah acara talkshow televisi.

Disiarkan di salah satu stasiun TV Italia, saat tiba gilirannya Hassan dengan lantang dan berani memulainya dengan kata-kata yang memantik dan membuat seisi studio serta penonton tertegun,

.."Dengan Nama Tuhan yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dengan Nama Tuhan yang Lebih Besar dari kapal-kapal induk Amerika".

Ucapan Hassan inilah yang begitu memikat Eduardo, hingga mendorongnya ingin berdialog. Ketertarikan yang kelak dikemudian hari membuatnya harus menemui banyak kesulitan hidup, bahkan akhirnya menghantarkannya pada kematian.

Cuplikan dialog diatas adalah kesaksian Hassan Abyaneh, sahabat Eduardo, dalam sebuah film dokument mengenai Eduardo Agnelli, sang martir. Ia adalah pewaris utama kerajaan bisnis Agnelli, yang ditemukan wafat dibawah jembatan tol, dekat kota Turin. Tanpa otopsi yang akurat, polisi melaporkan kematiannya akibat bunuh diri. Pernyataan yang kemudian mengundang tanda tanya, dan perdebatan karena sangat bertentangan dengan profile dan aktifitas Eduardo Agnelli semasa hidup.

Belakangan penyelidikan independen kemudian menemukan bukti-bukti bahwa Eduardo telah dibunuh secara sengaja oleh pihak-pihak yang terancam dengan peranannya. Film dokumentar itu sendiri dibuat dengan sangat hati-hati, menghindari ancaman yang tak diinginkan, menguak fakta yang bertentangan dari apa yang telah diberitakan sebelumnya. Kesimpulan dari film tersebut jelas, Eduardo tidak bunuh diri, tapi ia terbunuh. Ia seorang martir.

Siapa Eduardo Agnelli

Lahir tahun 1941 di New York. Ia adalah putra pertama Gianni Agnelli, generasi ketiga dinasti Agnelli yang telah menghantarkan perusahannya menjadi salah satu perusahaan pendorong utama industrialisasi di Italia. Ia hanya bersaudara berdua dengan Margie (Margherita Agnelli de Pahlen), adiknya. Saat ia lahir, Fiat Group telah sedemikian besar di Italia, bahkan telah mengekspor produknya hingga ke beberapa negara di Eropa.

Semasa kecil, ia lebih banyak menghabiskan waktu bersama ibunya, Marella Agnelli, karena ayahnya begitu sibuk mengurus bisnis. Disamping karena Agnelli, sang ayah, terkenal lebih banyak menghabiskan waktu berpesta dengan banyak pebisnis, artis dll. Gianni kerap tertangkap kamera tengah bersama artis-artis terkenal di masanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun