Mohon tunggu...
Taufiq Haddad
Taufiq Haddad Mohon Tunggu... Penulis - Peminat Filsafat, Spiritualitas, Politik, Demokrasi, dan HAM

Liverpudlian, Moderat, Curiosity

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Eduardo Agnelli: Dari Roma Menuju Tuhan

29 April 2020   13:23 Diperbarui: 29 April 2020   19:20 534
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seberapa mampu jasad dan keinginan manusia dapat terpenuhi oleh materi? Pertanyaan seperti ini mungkin yang berkelindan di benak Eduardo. Jasad punya keterbatasan. Dimana pemenuhannya pun pasti terbatas. Sebagaimana materi yang terbatas oleh ruang dan waktu, begitu pula keterbatasannya dalam memenuhi hasrat dan keinginan manusia.

Berpindah agama dan memeluk Islam di masyarakat Eropa yang terbuka dan modern adalah hal biasa. Itu ranah privat yang sangat di hargai di Italia, tanah tempat munculnya Renaisans. Namun hal ini tidak berlaku buat Eduardo. Sebagai pewaris sebuah kerajaan bisnis konglomerasi ternama, dan warga Italia, tempat dimana Vatikan berdiri tegak menjunjung nilai-nilai Katolik. Pilihan Eduardo jelas menimbulkan persoalan besar keluarganya. Selain sebagai pebisnis, Gianni Agnelli, ayahnya adalah seorang senator dari keluarga terpandang. Tentu berita ini bisa mempermalukan reputasinya.

Apalagi dalam beberapa rekaman foto, Eduardo nampak terlihat sedang sholat Jumat, dibelakang Imam Ali Khamenei, yang kini menjadi pemimpin tertinggi di Republik Islam Iran. Bahkan menurut kesaksian Hashemi Rafsanjani, mantan Presiden Iran, Eduardo sempat bertemu Imam Khomeini. Setelah mencium tangannya, Sang Pemimpin Revolusi itu balik mencium keningnya. Sebuah pertemuan yang tak akan pernah dilupakan Eduardo, yang kelak sangat mempengaruhi perjalanan hidupnya kemudian. Imam Khomeini berpesan memintanya banyak berfikir, dan merenungi kematian. Sebuah pesan yang akhirnya terjadi dan dialamimya tak lama kemudian.

Pilihan Islam ini membuatnya dimusuhi keluarganya. Keluarganya pun menganggapnya gila, dan perlu mendapatkan perawatan mental. Tuduhan ini pula yang kemudian selalu dibangun untuk menyudutkan pilihan perilaku dan gaya hidupnya kemudian.

Ia juga diisyukan pencandu narkoba, sehingga tak pantas menjadi penerus bisnis Fiat Group. Hidupnya diawasi ketat. Ia terisolir di villa milik Ayahnya, Villar Perosa, dekat pegunungan di Torino. Dokter yang merawatnya diketahui berdarah Yahudi yang membuat Eduardo sangat khawatir, kalau-kalau dirinya akan dibunuh.

Tak cukup sampai disitu, Eduardo berkali-kali menolak saat diminta mundur dari Fiat, serta melepaskan kepemilikan sahamnya. Ia tetap mempertahankan haknya, dan menyatakan siap memimpin bisnis Fiat. Dengan pengalamannya bekerja di Lehman Brother, saat itu lembaga keuangan ternama, yang berkantor di New York, Eduardo menyatakan siap melanjutkan estafet ayahnya Gianni yang mundur sebagai petinggi di Fiat Group. Kepemimpinannya telah teruji. Saat dibawah pengelolaannya, Juventus, lini bisnis olahraga milik keluarga Agnelli, menjadi kampiun terbaik di ajang European Cup Final tahun 1985.

Sampai akhir hidupnya, Eduardo tak pernah mendapatkan klaim atas haknya. Ia disingkirkan. Seringkali kawannya mengaku sedih melihat Eduardo yang tak miliki uang di kantongnya.

Eduardo bergeming dan tetap mempertahankan keyakinannya. Ia rela menukar hartanya yang tak terhitung dan berbilang tersebut dengan keyakinan dan spiritualitas. Menukar gemerlapnya limpahan harta walau dengan kemiskinan, kesepian dan kesunyian.

Sementara di dunia lain, ada banyak orang yang rela menukar imannya demi mendapatkan uang yang tak seberapa. Eduardo bertindak sebaliknya. Bagi Eduardo, dan mereka yang tercerahkan, dunia begitu rendah dibandingkan bersama dan merasakan kehadiran Sang Absolut.
Ia adalah contoh terbaik di abad ini dalam menilai sebuah keyakinan dan spritualitas.

Kematian Yang Menimbulkan Tanda Tanya

Pagi itu, sekitar pukul 10.15, pada 15 November 2000 seorang polisi menemukan sebuah mobil kosong terparkir rapi di tepi jembatan sebelah kanan dengan pintu terbuka. Ada seonggok mayat di bawah jembatan Generale Franco Romano, kota Torino. Dari dalam bajunya polisi menemukan kartu keterangan atas nama Eduardo. Polisi menulis, tanpa otopsi akurat, penyebab kematiannya adalah akibat bunuh diri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun