pemimpin yang memiliki kekuasaan di berbagai bidang dan memahami bangsa serta mampu menembus sumber daya untuk menyelesaikan persoalan yang harus tetap kuat, sekalipun sulit. Sistem demokrasi adalah negara Indonesia, dan mengikuti ideologi Pancasila, negara dapat melalui sistem pemerintahan dengan pemimpin yang memiliki kualitas sendiri untuk menjadikan Indonesia negara yang lebih baik. Sistem pemerintahan yang hirarkis dimulai dari kepala negara hingga tingkatan paling bawah yaitu desa sebagai bentuk otonomi dari masing-masing pemerintahan. Pemimpin memiliki pengaruh yang besar terhadap bawahannya, dan seorang pemimpin harus menjadi pionir dalam memotivasi, menggerakkan dan mencapai tujuan organisasi bagi bawahannya. Seorang manajer strategis harus memiliki pengetahuan dasar dan kualifikasi untuk menjadi pemimpin organisasi atau tugas dan memahami kondisi dan situasi untuk mencapai tujuan.
 Permasalahan terkait perilaku siswa yang sering muncul adalah kenakalan remaja, merokok, tawuran antar siswa. Ketika hal ini terjadi di sekolah, salah satu tanggung jawab kepala sekolah adalah mencegah dan mengatasinya. Untuk mencegah dan menanggulangi kenakalan remaja di sekolah, kepala sekolah memerlukan kemampuan untuk membentuk perilaku siswa, itulah pentingnya acuan kepala sekolah dalam manajemen. Referensi atau pedoman ini dapat berupa model manajemen.
 Sekolah adalah lembaga pendidikan yang paling siap dan terlengkap peran dan partisipasinya dalam pembinaan dan pembentukan sikap dan perilaku peserta didik serta suasana sekolah. Dalam hal ini diasumsikan bahwa sekolah dapat menciptakan suasana yang kondusif bagi perkembangan perilaku pribadi peserta didik, dan tidak menjadi lembaga yang mekanis, birokratis, dan kaku, melainkan lembaga sosial yang organik, demokratis, dan inovatif.
 Dalam bidang pendidikan manajemen menurut Ki Hadjar Dewantara yang disebut dengan Trilogi Manajemen harus dikembangkan dalam penerapannya, sehingga dalam penerapannya dapat dengan mudah dilakukan model yang terdiri dari pokok-pokok manajemen Ki Hadjar . Dewantara diperlukan, maka kajian ini harus dilakukan. Kepala sekolah dapat diartikan sebagai tenaga pengajar yang bertugas mengelola sekolah, tempat berlangsungnya proses belajar mengajar. Kata "memimpin" dari susunan kata mempunyai arti yang luas, yaitu kemampuan mengerahkan seluruh sumber daya yang ada di sekolah, sehingga dimanfaatkan secara optimal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam praktek berorganisasi, kata kepemimpinan berarti menggerakkan, mengarahkan, mengarahkan, melindungi, memajukan, memberi contoh, mendorong, memberi pertolongan. siswa. berperilaku seperti yang diharapkan karena segala upaya memajukan sekolah menjadi tanggung jawab kepala sekolah yang dibantu oleh seluruh bagian sekolah. Dengan demikian, guru harus menjadi fasilitator, agar motivasi dan bimbingan dapat diterapkan untuk mengubah perilaku anak didik.Sementara setiap anggota masyarakat berhak dan berkuasa menentukan bentuk dan tempatnya masing-masing, ia juga berhak dan berkuasa untuk hidup. dan melakukan hidupnya sendiri. hidup bebas dan mandiri. , mengisi karakternya dan mengatur langkah perilakunya sesuai dengan karakter dan minatnya. Sementara itu, untuk memenuhi syarat persatuan di lingkungan manusia, yang tidak boleh menyimpang dari hukum ketertiban dan ketenteraman batin, diperlukan seorang pemimpin, seorang pemimpin yang tidak boleh kelihatan, tetapi harus mutlak diakui dan dipatuhi.
Menjadi sebagai seorang pemimpin seharusnya dalam praktek sehari-hari selalu berusaha memperhatikan dan mempraktekkan delapan fungsi kepemimpinan di dalam kehidupan sekolah. Yaitu : (1) pemimpin harus bertindak arif, bijaksana, adil, tidak ada pihak yang dikalahkan atau dianakemaskan, (2) Saran dari pemimpin sangat diperlukan, sehingga akan menambah semangat, rela berkorban, rasa kebersamaan dalam melaksanakan tugas masing-masing, (3) pemimpin harus bertanggung jawab untuk memenuhi atau menyediakan dukungan yang diperlukan oleh para guru, staf, dan siswa, baik berupa dana, peralatan, waktu, bahkan suasana yang mendukung, (4) pemimpin harus menjadi katalisator atau mampu menimbulkan dan menggerakkan semangat para guru, staf dan siswa dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan, (5) pemimpin harus dapat menciptakan rasa aman di dalam sekolah, (6) pemimpin akan menjadi pusat perhatian , oleh karena itu penampilan seorang kepala sekolah harus selalu dijaga integritasnya, terpercaya, dihormati sikap perilakunya, (7) pemimpin harus selalu membangkitkan semangat, percaya diri para guru dan memahami siswa, (8) Kepala sekolah harus selalu dapat menghargai apapun yang dihasilkan oleh para mereka yang diberi tanggung jawab.
 Kepemimpinan KI hajar dewantar yang ada di Perguruan Tamansiswa sangat tinggi dalam kaitan untuk menumbuhkan dan mengembangkan komitmen kepemimpinan. Pendidikan tamansiswa mempunyai kemampuan untuk mewujudkan kepemimpinan dengan adanya instrumen : Sifat, Bentuk, Isi, dan Irama (SBII). Sifat yang senantiasa lestari dan tidak berubah, sedangkan bentuk, isi, irama boleh berubah sesuai dengan perkembangan atau kemajuan jaman. Model kepemimpinan  Tamansiswa sangat penting dalam penyelenggaraan pendidikan dan pengabdian masyarakat untuk mencerdaskan kehidupan masyarakat.
 Kepemimpinan Dalam Tamansiswa yang dikenal dengan  Trilogi Kepemimpinan, kepemimpinan tidak lebih dari kepemimpinan adalah "kebijaksanaan", yaitu nilai internal yang menurut doktrin adabi dianggap sebagai pusat gerakan psikologis yang mengandung unsur hukum dan keadilan. . . Pada saat yang sama, demokrasi Tamansiswa diberi arti khusus: demokrasi tidak liberal atau  otoriter atau diktator dengan cara lain. Demokrasi  Tamansiswa dilengkapi dengan Leiderschap atau Kepemimpinan. Demokrasi  demikian tidak berdasarkan jumlah suara yang menentukannya, tetapi lebih didasarkan pada pertimbangan untuk mencapai kesepakatan, demokrasi  lebih didasarkan pada semangat kekeluargaan (Suratman, 1991: 9). Pemahaman seperti itu mendukung kebebasan setiap orang, tetapi mengakui bahwa kepala ketertiban dan keamanan itu bersama. Demokrasi dan kepemimpinan yang bijaksana adalah pedoman hidup dan ajaran  Tamansiswa. Demokrasi tanpa kearifan administratif menciptakan kekacauan dan anarki, membahayakan masyarakat. Kepemimpinan politik tanpa demokrasi menciptakan tirani dan kesewenang-wenangan, penindasan terhadap sesama manusia.
Permasalahan ini berfokus pada upaya mendeskripsikan kepemimpinan kepala sekolah Ki Hadjar Dewantara menurut objek yang membentuk model, kemudian deskripsi tersebut menjadi model kepemimpinan Ki Hadjar Dewantara. Oleh karena itu, fokus penelitian artikel ini adalah: Bagaimana model kepemimpinan Ki Hadjar Dewantara mengambil dari model kepemimpinan kepala sekolah untuk meningkatkan sikap dan perilaku siswa, yang penerapannya membutuhkan pengajaran dalam bentuk poin-poin model.
Hasil karya tulis ini berupa pola, pola yang digunakan berupa lingkaran kecil dengan tulisan keluarga di dalamnya, dan lingkaran besar tersebut dibagi menjadi empat bagian yang masing-masing bertuliskan Ing ngarsa Sung tulada, Ing . madya mangun karsa dan tutwuri handayani dan kepemimpinan yang demokratis. Formula yang digunakan adalah lingkaran, dan syarat dasarnya adalah ketika Ki Hadjar memimpin Dewantara selalu menggunakan metafora lingkaran. Titik-titik suatu lingkaran selalu berjarak sama dari pusat lingkaran, jika ada titik-titik yang tidak berjarak sama, maka titik tersebut tidak membentuk lingkaran. Seperti dalam sebuah organisasi, anggota harus selalu berada pada jarak yang sama dengan pusat atau mengikuti/mengikuti aturan. Jika ada anggota yang tidak taat/mengikuti aturan atau tidak jauh dari pusat, maka anggota tersebut dikatakan bukan anggota organisasi atau harus keluar dari organisasi. Dengan demikian, lingkaran memberikan gambaran tentang ketaatan dan hubungan antar anggota terhadap aturan yang ada.
 Lingkaran Besar dibagi menjadi empat bagian dan setiap bagian diukir dengan aspek kepemimpinan yaitu Ing ngarsa Sung tulada, Ing madya mangunkarsa dan Tutwuri Handyaani dan demokrasi dengan kepemimpinan. Setiap aspek kepemimpinan diikuti dengan rangkuman poin-poin yang merangkum hasil wawancara mendalam dan penelitian literatur tentang kepemimpinan, kepemimpinan manajerial dan demokrasi Ki Hadjar Dewantara. Poin-poin tersebut disampaikan sedemikian rupa sehingga semua aspek manajemen dapat diterapkan dengan mudah.
 Rumusan tersebut merupakan hasil akhir penelitian tentang kepemimpinan Ki Hadjar Dewantara, dimulai dengan wawancara mendalam, kemudian penelitian literatur dan menemukan pedoman dan hubungan antar obyek, dan terakhir adalah pedoman Ki Hadjar Dewantara. Pola diturunkan dari fakta lapangan. Berdasarkan poin-poin tersebut, setelah dilakukan wawancara mendalam di lapangan dan literatur tentang kepemimpinan kepala sekolah diperoleh konsep kepemimpinan yang digambarkan sebagai model lingkaran.