Mohon tunggu...
Taufiq Rahman
Taufiq Rahman Mohon Tunggu... Administrasi - profesional

Menyukai sunyi dan estetika masa lalu | Pecinta Kopi | mantan engineer dan titik titik...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menanyakan Pekerjaan, Sopan atau Tidak?

9 September 2020   14:57 Diperbarui: 30 April 2021   21:20 3686
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menanyakan pekerjaan sopan atau tidak (Sumber gambar: brimbankyouth.com)

"Sekarang kerja di mana, mas?"

Pertanyaan "sepele" itu terlontar begitu saja dari mulut saya beberapa tahun yang lalu. Pada salah satu acara reuni lingkaran perkawanan.

Awalnya, saya mengira pertanyaan itu tampak biasa-biasa saja. Itu adalah pertanyaan sangat lumrah. Namun, beberapa saat kemudian, saya mendadak merasa agak menyesal melontarkan pertanyaan tersebut.

Hans, teman saya yang seharusnya menjawab pertanyaan tersebut, memilih tidak menjawab dan diam beberapa saat. Saya bisa membaca perubahan raut wajah Hans. Ia terlihat ragu menjawab dan ia seperti tidak suka dengan pertanyaan itu.

Mengapa Hans tidak suka dengan pertanyaan itu? Jawabannya barangkali bisa bermacam-macam. Tetapi, setidaknya, saya paham (meminjam istilah pakar karier), ia barangkali sedang memiliki hubungan yang tidak "baik" antara pekerjaan dan identitasnya.

Bukan tanpa sebab, bisa saja Hans sedang bekerja di perusahaan dengan jenis pekerjaan yang tidak bisa dibanggakan orang. Atau, bisa saja ia sedang menganggur. Sehingga ia menganggap pertanyaan saya tersebut sebagai pertanyaan yang mengusik rasa kepercayaan dirinya.

Ya. Demikianlah. Saya mengaku bahwa memang benar ada saja tipe orang-orang seperti Hans. Saya sih sebenarnya tak pernah mempermasalahkan orang lain memberikan pertanyaan seperti itu kepada saya. Tetapi, barangkali tidak bagi yang lainnya. Contohnya, Hans teman saya itu.

Kalau ada yang bertanya pekerjaan ke saya, misalnya: pada saat kumpul-kumpul, saya sih ringan saja menjawab dan menjelaskan jenis pekerjaan dan nama perusahaan tempat saya bekerja. Menurut saya, penanya itu pasti hanya ingin tahu saja. Sekedar berbasa-basi sebelum kami bertukar cerita.

Mereka yang menanyakan pekerjaan sebenarnya hanya berupaya mengira-ngira status sosial orang lain. Nah, ya, ini kan jamak dilakukan dalam budaya Indonesia dan bahkan dalam budaya Asia.

Saya setuju dengan pendapat bahwa mungkin memang benar ada beberapa orang yang memiliki motif yang tertentu - tidak hanya sekedar ingin tahu pekerjaan kita. Mereka, maaf (barangkali) ingin membanding-bandingkan status atau menerka-nerka berapa gaji dan pendapatan kita. Nah, jika saya yakin orang yang bertanya itu adalah orang tipe seperti ini, atau jika saya ragu-ragu, saya biasanya lebih memilih memberikan jawaban yang samar-samar.

Memberikan jawaban samar. Itulah juga yang juga kerap dilakukan Frans -teman saya yang lain.  

Saya tahu Frans. Dia bisa saja menjawab bahwa dia adalah direktur teknik dan lulusan S2 dari Jepang. Akan tetapi, pemilik sekaligus direktur salah satu perusahaan design, manpower supply dan engineering, itu selalu memberi jawaban tidak jelas atau samar setiap ia kali saya mengajaknya bertemu dengan client atau calon client baru. Frans seperti yang saya lihat adalah tipe orang yang ingin membedakan identitasnya di dunia kerja dan siapa dia sebenarnya di dunia sosial.

Frans bukan satu-satunya. Beberapa teman saya yang lain juga seperti itu. Mereka merasa identitasnya di dunia kerja dan dunia sosial harus dibedakan. Sejumlah pakar karier juga menyarankan seperti itu, "Dalam ranah sosial, orang-orang seharusnya bisa melepaskan identitas atau pekerjaannya".

Sejumlah pakar karier lainnya juga mengatakan, dalam beberapa artikel yang saya baca, bahwa ketika berada di luar kantor, bersama teman-teman, dalam ranah sosial, pekerjaan memang seharusnya tidak dijadikan topik diskusi. Orang lain yang sedang kita ajak berbicara mungkin saja bisa tidak paham dengan pekerjaan kita, karena pekerjaan adalah sesuatu atau hal sangat teknis.  

Akan tetapi, saya yakin, tidak semua orang akan setuju dengan saran pakar karier tersebut. Mungkin bagi orang yang ingin berekpresi bebas dan tak memiliki motif apapun, menjawab dengan jujur mungkin adalah salah satu cara untuk membuat suasana menjadi kian cair dan gayeng.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun