Saya tahu Frans. Dia bisa saja menjawab bahwa dia adalah direktur teknik dan lulusan S2 dari Jepang. Akan tetapi, pemilik sekaligus direktur salah satu perusahaan design, manpower supply dan engineering, itu selalu memberi jawaban tidak jelas atau samar setiap ia kali saya mengajaknya bertemu dengan client atau calon client baru. Frans seperti yang saya lihat adalah tipe orang yang ingin membedakan identitasnya di dunia kerja dan siapa dia sebenarnya di dunia sosial.
Frans bukan satu-satunya. Beberapa teman saya yang lain juga seperti itu. Mereka merasa identitasnya di dunia kerja dan dunia sosial harus dibedakan. Sejumlah pakar karier juga menyarankan seperti itu, "Dalam ranah sosial, orang-orang seharusnya bisa melepaskan identitas atau pekerjaannya".
Sejumlah pakar karier lainnya juga mengatakan, dalam beberapa artikel yang saya baca, bahwa ketika berada di luar kantor, bersama teman-teman, dalam ranah sosial, pekerjaan memang seharusnya tidak dijadikan topik diskusi. Orang lain yang sedang kita ajak berbicara mungkin saja bisa tidak paham dengan pekerjaan kita, karena pekerjaan adalah sesuatu atau hal sangat teknis. Â
Akan tetapi, saya yakin, tidak semua orang akan setuju dengan saran pakar karier tersebut. Mungkin bagi orang yang ingin berekpresi bebas dan tak memiliki motif apapun, menjawab dengan jujur mungkin adalah salah satu cara untuk membuat suasana menjadi kian cair dan gayeng.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H