"Alhamdulillah, yah, Farah (anak saya) dapat juara 1, " begitu isi pesan WA yang kerap dikirimkan kepada saya setiap kali istri saya selesai mengambil raport. Sudah lima semester (berturut-turut) pesan yang sama ia kirimkan kepada saya!
Mengapa saya bisa menjalani kehidupan long distance marriage alias LDM selama hampir 20 tahun lebih (sejak 1999 - 2020)? Jawabannya adalah karena saya dan istri saya sudah berhasil membangun pondasi sangat kokoh. Kami terus merawat rasa percaya, kami tidak egois, tidak curiga, dan kami selalu berdoa.
Bangunan rumah tangga LDM yang kami bangun tersebut menghasilkan konstruksi rumah/hubungan yang tahan terhadap retak, liukan gempa, dan bencana-bencana lain.
Menjalani LDM adalah pilihan hidup saya. Dulu, sebelum saya berangkat, saya memang pernah sangat kuatir dan takut. Tetapi, kembali, menyelamatkan masa depan keluarga saya adalah penting.Â
Saya tidak mau karir saya hanya "begitu-begitu" saja. Saya tidak boleh ragu, kalah oleh ketakutan, sebab kata orang bijak "Sometimes you have to make a decision that will break your heart but will give peace to your soul".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H