Mohon tunggu...
Taufiq Rahman
Taufiq Rahman Mohon Tunggu... Administrasi - profesional

Menyukai sunyi dan estetika masa lalu | Pecinta Kopi | mantan engineer dan titik titik...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Long Distance Marriage Itu Berat, tetapi Saya Bisa Menjalaninya Selama 20 Tahun!

7 September 2020   18:25 Diperbarui: 8 September 2020   01:31 3010
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Sudah ya, ma. Sudah mendengar bunyi tit -tit- tit - pulsa saya tinggal dua menit, nih," begitulah saya kerap berdalih.     

Keempat; kepercayaan adalah segala-galanya. Kepercayaan adalah keyakinan. Saya harus memiliki keyakinan bahwa istri saya masih setia dan ia akan baik-baik saja. Layaknya sebuah bangunan, kepercayaan menjadi landasan dan pondasi sebuah hubungan.

Kedengarannya (ke-empat tips di atas) seperti teori. Tetapa, ya, hanya itulah yang menyelamatkan saya..

---

Masa terus berganti. Hari dengan cepat berganti bulan dan tahun. Dan, singkat cerita, saya tiba-tiba sudah 2 tahun lebih tinggal di Korea dan bisa "bertahan" untuk tidak pulang ke Indonesia. Dan, ya, Alhamdulillah, keluarga saya baik-baik saja setelah saya pulang.

Setelah saya pulang dari Korea, ternyata saya keterusan dan sulit menolak setiap saya menerima tantangan baru. Saya terus berpindah-pindah tempat pekerjaan dan pernah tinggal di kota-kota di Kalimantan, Sumatera, Riau kepulauan, Thailand, Malaysia, Eropa dan tempat-tempat lainnya. 

Itu saya lakukan terus menerus sampai akhirnya saya "lelah" dan memutuskan Jakarta sebagai "tempat terakhir" saya berkarir. Itu saya lakukan mulai 2013 hingga saat ini.

Sekarang, saya bukanlah seseorang yang mudah dikalahkan oleh perasaan cemburu, takut atau kesepian. Saya sudah sangat terbiasa bepergian dan jauh dari orang-orang terkasih. Sekedar Anda tahu, meskipun Jakarta - Surabaya itu relatif "dekat", tetapi saya kerap pulang ke Surabaya hanya sebulan sekali.

Saya sangat bersyukur sebab saya dikaruniai keluarga kecil yang baik. Mereka tak mempermasalahkan "ditinggal" pergi ayahnya sekaligus orang terkasihnya selama hampir 20 tahun.

Istri saya adalah seorang wanita sekaligus ibu yang baik sekali. Ia bisa merawat 2 orang anak-anak saya yang cantik dan pintar dan berhasil menjadi teladan bagi anak-anaknya kelak.

Mendidik, memasak, mencuci, menjaga rumah, merawat anak-anak, mengantarkannya mereka sekolah dan menjemput pulang serta menghadiahkan kepada saya anak-anak yang pintar tentu bukan pekerjaan mudah untuk seorang ibu tunggal - tanpa suami. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun