Mohon tunggu...
Taufiq Rahman
Taufiq Rahman Mohon Tunggu... Administrasi - profesional

Menyukai sunyi dan estetika masa lalu | Pecinta Kopi | mantan engineer dan titik titik...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengapa Orang Bergosip dan Kisah Pakaian Kain Perca

5 September 2020   21:20 Diperbarui: 5 September 2020   22:11 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjadi makhluk sosial membuat orang seperti tak mungkin untuk tidak melakukan interaksi dengan orang lain. Membangun komunitas dan berbicara dengan orang lain adalah keniscayaan. Namun, ketika satu orang berbicara dengan orang lain, hampir selalu saja kita bisa menemukan orang-orang yang memperbincangkan orang lainnya atau bergunjing.

Bergunjing, dalam format dan tatanan masyarakat kita, adalah omongan "negatif". Mengatakan atau memperbincangkan diri orang lain kemungkinan besar akan menimbulkan ketersinggungan, ketidaksenangan, kebencian, bahkan mengusik rasa percaya diri kita.

Cuek barangkali adalah pilihan paling realistis. Tetapi, bersikap dengan tidak terlalu memikirkan omongan orang yang jelek tentang kita bisa jadi bukan perkara mudah. Mungkin mudah bagi sebagian orang, tetapi tidak sebagian lainnya.

Mengapa orang bergunjing (bergosip)?

Ya, demikianlah. Hampir semua orang pasti pernah, langsung atau tidak, mengambil bagian dalam beberapa obrolan tentang orang lain di tempat kerja, di bus, di rung tunggu, di ruang-ruang WAG, di pasar, dan di segenap tempat. Sadar atau tidak..

Apakah pernyataan tersebut berlebihan? Tidak. Karena, faktanya, sebuah studi observasi yang dilakukan pada tahun 1993 menemukan bahwa lak-laki (umumnya) menghabiskan 55% waktu percakapan mereka dan wanita menghabiskan 67% waktu percakapan untuk membicarakan orang lain.

Orang, dalam tatanan hidup kita bermasyarakat, cenderung menganggap "bergunjing" sebagai atau identik dengan ketidakbaikan, fitnah, atau biasa disebut sebagai ghibah. Namun, para peneliti mengatakan (sedikit) berbeda. 

Mereka mendefinisikan "bergunjing" secara lebih luas: sebagai "membicarakan orang (lain) adalah sesuatu yang sangat alami". Bergunjing atau membicarakan orang lain adalah bagian integral dari percakapan dan berbagi informasi. Ia membentuk bangunan sebuah komunitas sebagai mahluk sosial.

Dalam salah satu jurnal yang dipublikasikan Social Psychological and Personality Science, ditemukan bahwa dari rata-rata 52 menit percakapan (sehari) yang dihabiskan untuk membahas 467 subjek, tiga perempat dari topik obrolan sebenarnya adalah topik netral (tidak dikategorikan sebagai bergunjing). 

Dan, sekitar 15% dianggap sebagai bergunjing. Jadi, meskipun benar dikatakan bahwa orang-orang dapat menghabiskan banyak waktu untuk berbicara tentang orang lain, sering kali obrolan itu tidak dapat dikatakan sebagai bergunjing.

"Itu adalah sesuatu yang sangat alami bagi kami" - bagian integral dari percakapan, berbagi informasi, dan bahkan pembangunan komunitas. Demikian kata Megan Robbins, asisten profesor psikologi di The University of California, Riverside.

---

Nah, sekarang, apakah Anda bersedia mendengarkan sedikit kisah tentang pakaian Mawar dan pakaian kain perca -- yang pernah Tyo, teman saya, bagikan kepada saya? Anda tahu pakaian kain perca, kan? Pakaian kain perca adalah pakaian yang dibuat dari kain sisa guntingan yang berasal dari pembuatan pakaian, kerajinan atau produk tekstil lainnya.

Kata Tyo, ketika Mawar memakai kain baju perca, ia mendengarkan ragam komentar yang berbeda-beda dari orang-orang yang melihatnya.

Pertama, tetangga sebelah rumahnya mengatakan: "kok, bahannya seperti bahan keset rumah, ya!"

Kedua, tetangga yang sebelahnya lagi mengatakan: "Ah, kreatif sekali kau Mawar. Ajari dong aku membuatnya?"

Ketiga, tante Ros mengatakan: "Hmm.. Indah sekali. Itu seni!"

Keempat, pak Said, tetangga yang sebelah warung, mengatakan lain lagi: "Astagfirullah... "

Begitulah. Komentar orang seperti sebuah hukum alam: selalu ada yang positif dan negatif. Meskipun tetangga-tetangga Mawar menyaksikan object atau beda yang sama (baju perca), mereka memiliki komentar yang berbeda-beda. Komentar dan opini adalah milik pribadi.

Mendengarkan komentar itu perlu. Tetapi mendengarkan satu persatu, memasukkan ke dalam hati dan memikirkannya itu membuang waktu berharga kita.

"If you have nothing nice to say, don't say anything at all." Demikianlah kata orang bijak yang sering saya dengar.

#Catatan Ringan Akhir Pekan#

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun