Tetapi, sesuai dengan kaidah-kaidah dalam ISO, penerapan sistim atau metoda untuk menjalankan proses manajemen risiko, mestinya, bukan hanya menjadi milik perusahaan, melainkan juga dapat dipakai oleh semua organisasi, termasuk sekolah yang akan melakukan kegiatan yang teridentifikasi sebagai kegiatan rawan insiden (kecelakaan).
Manajemen risiko adalah sistem yang diterapkan untuk menjalankan proses manajemen risiko yang mencakup identifikasi risiko, analisa dan dampak risiko dan manajemen tindakan pengendalian risiko, cara-cara mengkomunikasikan dan mengkonsultasikannya.
Kembali ke soal sekolah, manajemen risiko seperti yang dimaksud dapat dilakukan dengan membentuk forum atau rapat antara guru, pimpinan dan (mengundang serta) pihak-pihak yang kompeten untuk mendiskusikan bahaya dan potensi bahaya, bagaimana akibat dan peluang terjadinya insiden dan memberi masing-masing dengan nilai/skor kemudian mengalikannya. Hasil perkalian adalah representasi tingkat risiko kegiatan.
Jika tingkat risiko kegiatan (misalnya) didapatkan angka 11, maka kegiatan tersebut dapat dikatakan sangat tidak aman dilakukan. Pihak sekolah harus segera mendefinisikan atau merumuskan tindakan untuk menurunkan tingkat risiko tersebut. Keterlibatan pimpinan diperlukan untuk pengendalian tersebut.
Dalam kasus kali Sempor, sebagai contoh kasus, tindakan-tindakan tersebut dapat berupa; membekali setiap peserta dengan life jacket atau life vest, meningkatkan jumlah pengawas dan menempatkan mereka di setiap titik dengan jarak 30 meter, menetapkan rencana tindakan darurat, dan sebagainya.
Dengan mendefinisikan tindakan-tindakan tersebut di atas, maka tingkat risiko kegiatan yang (awalnya) bernilai 11 diharapkan akan berkurang menjadi (setidaknya) 5 atau kurang agar kegiatan dapat dikategorikan aman dilakukan. Â Â Â Â
Mas Pramudya, teman saya yang menempati posisi sebagai HSE leader perusahaan internasional yang mengoperasikan ladang-ladang minyak, pernah menyampaikan narasi menarik kepada peserta pelatihan. Mas Pram menjelaskan bahwa manajemen risiko diciptakan bukan dimaksudkan untuk menghilangkan potensi kecelakaan, tetapi untuk mencegahnya.
"All accidents and injuries are preventable," katanya. Â
Bahkan, lanjut mas Pram, jika analisa dampak menghasilkan tingkat risiko yang tetap tidak dapat ditoleransi, meski beberapa tindakan pengendalian lain sudah ditambahkan, maka opsi paling kerap dipilih adalah: menunda mengerjakan.
"There is always time to do it right atau do it safely or not at all," kata mas Pram menirukan slogan-slogan OH&S perusahaan tempatnya bekerja.