Mohon tunggu...
Taufiq Rahman
Taufiq Rahman Mohon Tunggu... Administrasi - profesional

Menyukai sunyi dan estetika masa lalu | Pecinta Kopi | mantan engineer dan titik titik...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Kami Ingin Pulang"

20 Juni 2019   22:10 Diperbarui: 21 Juni 2019   13:10 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: theguardian.com

"Tolong sampaikan kepada Pemerintah, kami ingin pulang," katanya dengan mata berair.

Sepenggal harap, yang dilirihkan salah satu mantan petempur ISIS, menghampiri timeline saya, pagi hari ini.

Membaca kalimat penuh harap itu, beberapa saat saya terdiam bungkam. Saya mengakui bahwa saya memang kerap menjadi peragu jika dimintai bantuan atau sekedar pendapat tentang humanisme, tentang cinta dan tentang kemanusiaan. Saya kerap tergagap-gagap seperti orang baru belajar mengaji.

Harapan yang dilirihkan dengan mata berair itu, bagi saya pribadi, adalah seperti bait kerinduan yang menyayat dan tak tertanggungkan untuk bisa segera melihat tanah halaman dan bertemu keluarganya.  

Pemulangan eks pejuang ISIS memang menuai polemik dan menjadi masalah sangat pelik. Bahwa memang benar ada satu dan dua pendapat yang setuju mereka disambut kembali pulang karena alasan kemanusiaan. Tetapi banyak sekali yang menyatakan ketidaksetujuannya.

"Jangan bawa mereka pulang!! Mereka sudah berharap mati syahid sebagai syuhada. Biarkan mereka menggapai mimpi itu. Itu mimpi terbesar dalam hidup mereka. Biarkan dia mendapatkannya."

"Tidak usah dikasih masuk sini lagi. Masih belum cukup banyak masalah di sini," kata yang lainnya.

Di salah satu forum (diskusi online), yang (kebetulan) saya ikuti, kalimat-kalimat penolakan yang disuarakan oleh hampir semua peserta diskusi, malah terlihat sangat emosional dan sangat tidak pantas dibaca. Mereka menyatakan menolak kepulangan -dengan alasan dan dalih apapun.

Detik, hari ini (Kamis 20 Juni 2019), juga menurunkan tulisan tentang mereka. Menurut Detikcom, sejak runtuhnya ISIS pada Maret lalu, masyarakat internasional kini berpikir tentang apa dan bagaimana yang harus dilakukan terhadap keluarga para petempur ISIS itu.

Masih menurut Detikcom, dilansir dari AFP, dilaporkan bahwa kini masih ada sekitar 12 ribu warga negara asing dari sekitar 40 negara masih berada di berbagai kamp pengungsian. Mereka terdiri dari 4 ribu perempuan dan 8 ribu anak-anak.

Hingga Februari lalu, sudah 200 perempuan dan anak-anak berhasil dipulangkan. Kebanyakan dari mereka berasal dari republik-republik Islamis Rusia di kawasan Kaukasus.

Kosovo, kawasan Eropa yang sebagian besar penduduknya adalah Muslim, mengumumkan pemulangan 110 warganya dari kamp-kamp di Suriah. Hampir semua dari mereka adalah perempuan dan anak-anak.

Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu, sebagaimana diberitakan Detikcom pada akhir 2018 lalu, menyebutkan masih ada 700 orang pejuang ISIS yang berasal dari Indonesia. Ratusan orang itu telah ikut bertempur di Suriah dan Irak.

Sebagian orang Indonesia yang ditemukan di antara ribuan petempur asing ISIS itu adalah puluhan anak dan perempuan, yang saat ini berada di kamp pengungsi di Al-Hol, Suriah bagian timur. Mereka adalah para pelarian dari wilayah Baghouz, kantong terakhir ISIS yang telah disikat Pasukan Demokratik Suriah dari Suku Kurdi.

Astari, seperti yang dituliskan dalam laporan yang dimuat Tempo (15 Juni 2019), menuliskan kisahnya betapa hidup di negeri orang ternyata tak seperti yang ia bayangkan sebelumnya. Di Ciledug, ia dan Irhasy, sebelum ia memutuskan berangkat, sudah hidup berkecukupan. "Saya di sini kaget. Tiap hari menangis dan berharap pulang ke Indonesia," katanya berharap.

Di penjara Derik, Ubaid Mustofa Mahdi juga berharap pemerintah bisa memulangkan dirinya. Ia ingin sekali mencium kaki ibunya untuk meminta maaf karena sudah pergi ke Suriah dan ingin berkumpul bersama keluarganya.

"Saya dengan empat anak dan keluar dari Baghuz. Kami ingin pulang ke negara asal kami, ke Indonesia," kata Maryam di Al Hol dalam rekaman video yang dibuat wartawan lepas bernama Afshin Ismaeli. Maryam adalah perempuan asal Bandung di antara kerumunan pejuang asing ISIS yang mencari keselamatan.

Sama seperti Astari, kisah petempur dan harapannya untuk bisa pulang juga dituliskan di The Guardian, surat kabar Inggris. Kisah seorang wanita Amerika yang ditangkap oleh pasukan Kurdi setelah melarikan diri dari kamp yang dikuasai oleh Negara Islam mengatakan penyesalannya meninggalkan negaranya dan memohon untuk diizinkan kembali pulang dan bertemu dengan keluarganya di Alabama.

Setelah salah satu agitator ISIS yang pernah menyerukan agar darah orang Amerika tumpah, Hoda Muthana, juga mengatakan mengakui kesalahannya ketika dia meninggalkan Amerika. "Saya sudah dicuci otak untuk melakukannya melalui bujukan-bujikan yang disebarkan oleh media online," katanya.

Berbicara dari kamp pengungsi al-Hawl, di Suriah bagian utara, Muthana mengakui dia sudah salah menafsirkan makna tentang "Iman". Ia mengatakan bahwa teman-temannya saat itu sangat percaya bahwa mereka mengikuti ajaran Islam dengan benar ketika mereka menyatakan bergabung dengan ISIS.

Kisah hidup yang begitu nestapa milik Astari, Ubaid Mustofa Mahdi, Hoda Muthana dan banyak kisah-kisah lainnya yang serupa adalah kisah sekaligus tragedi kemanusiaan yang memerlukan banyak perhatian. Mereka menyesal sudah meninggalkan negaranya.

Isu soal penerimaan Indonesia terhadap para mantan ISIS diyakini akan terus menuai pro dan kontra. Setuju dan tidak setuju. Iqbal Aji Daryono, misalnya, pernah meng-analogikan bahwa mantan pejuang ISIS ini sama saja dengan seorang perempuan yang berpisah dengan suaminya karena terpikat lelaki lain. Perempuan tersebut kemudian menyadari kesalahannya, karena lelaki yang telah memikatnya itu tak secemerlang harapannya.

Penyesalan selalu datang terlambat. Demikianlah, seperti biasanya ..

"Mereka memutuskan pergi karena tidak lagi percaya kepada Pemerintah. Bahkan membencinya. Dan, kini, mereka berharap dijemput. Pantas ya?" begitu teman saya menuliskan pesan yang dikirimkan ke mesin gawaiku, tadi padi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun