Mohon tunggu...
Taufiq Rahman
Taufiq Rahman Mohon Tunggu... Administrasi - profesional

Menyukai sunyi dan estetika masa lalu | Pecinta Kopi | mantan engineer dan titik titik...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Kami Ingin Pulang"

20 Juni 2019   22:10 Diperbarui: 21 Juni 2019   13:10 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: theguardian.com

Kosovo, kawasan Eropa yang sebagian besar penduduknya adalah Muslim, mengumumkan pemulangan 110 warganya dari kamp-kamp di Suriah. Hampir semua dari mereka adalah perempuan dan anak-anak.

Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu, sebagaimana diberitakan Detikcom pada akhir 2018 lalu, menyebutkan masih ada 700 orang pejuang ISIS yang berasal dari Indonesia. Ratusan orang itu telah ikut bertempur di Suriah dan Irak.

Sebagian orang Indonesia yang ditemukan di antara ribuan petempur asing ISIS itu adalah puluhan anak dan perempuan, yang saat ini berada di kamp pengungsi di Al-Hol, Suriah bagian timur. Mereka adalah para pelarian dari wilayah Baghouz, kantong terakhir ISIS yang telah disikat Pasukan Demokratik Suriah dari Suku Kurdi.

Astari, seperti yang dituliskan dalam laporan yang dimuat Tempo (15 Juni 2019), menuliskan kisahnya betapa hidup di negeri orang ternyata tak seperti yang ia bayangkan sebelumnya. Di Ciledug, ia dan Irhasy, sebelum ia memutuskan berangkat, sudah hidup berkecukupan. "Saya di sini kaget. Tiap hari menangis dan berharap pulang ke Indonesia," katanya berharap.

Di penjara Derik, Ubaid Mustofa Mahdi juga berharap pemerintah bisa memulangkan dirinya. Ia ingin sekali mencium kaki ibunya untuk meminta maaf karena sudah pergi ke Suriah dan ingin berkumpul bersama keluarganya.

"Saya dengan empat anak dan keluar dari Baghuz. Kami ingin pulang ke negara asal kami, ke Indonesia," kata Maryam di Al Hol dalam rekaman video yang dibuat wartawan lepas bernama Afshin Ismaeli. Maryam adalah perempuan asal Bandung di antara kerumunan pejuang asing ISIS yang mencari keselamatan.

Sama seperti Astari, kisah petempur dan harapannya untuk bisa pulang juga dituliskan di The Guardian, surat kabar Inggris. Kisah seorang wanita Amerika yang ditangkap oleh pasukan Kurdi setelah melarikan diri dari kamp yang dikuasai oleh Negara Islam mengatakan penyesalannya meninggalkan negaranya dan memohon untuk diizinkan kembali pulang dan bertemu dengan keluarganya di Alabama.

Setelah salah satu agitator ISIS yang pernah menyerukan agar darah orang Amerika tumpah, Hoda Muthana, juga mengatakan mengakui kesalahannya ketika dia meninggalkan Amerika. "Saya sudah dicuci otak untuk melakukannya melalui bujukan-bujikan yang disebarkan oleh media online," katanya.

Berbicara dari kamp pengungsi al-Hawl, di Suriah bagian utara, Muthana mengakui dia sudah salah menafsirkan makna tentang "Iman". Ia mengatakan bahwa teman-temannya saat itu sangat percaya bahwa mereka mengikuti ajaran Islam dengan benar ketika mereka menyatakan bergabung dengan ISIS.

Kisah hidup yang begitu nestapa milik Astari, Ubaid Mustofa Mahdi, Hoda Muthana dan banyak kisah-kisah lainnya yang serupa adalah kisah sekaligus tragedi kemanusiaan yang memerlukan banyak perhatian. Mereka menyesal sudah meninggalkan negaranya.

Isu soal penerimaan Indonesia terhadap para mantan ISIS diyakini akan terus menuai pro dan kontra. Setuju dan tidak setuju. Iqbal Aji Daryono, misalnya, pernah meng-analogikan bahwa mantan pejuang ISIS ini sama saja dengan seorang perempuan yang berpisah dengan suaminya karena terpikat lelaki lain. Perempuan tersebut kemudian menyadari kesalahannya, karena lelaki yang telah memikatnya itu tak secemerlang harapannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun